navigasi pertemuan

berlangsung | pertemuan 2


















Apa itu Data dan Konsep Dasarnya

profile Al Muhdil Karim user avater image
Al Muhdil Karim
10 min red
September 24, 2025
Apa itu Data dan Konsep Dasarnya

Data adalah representasi fakta, angka, atau simbol yang disimpan dalam bentuk tertentu sehingga dapat diproses menjadi informasi (Silberschatz, Korth, & Sudarshan, 2020). Dalam konteks sistem informasi, data menjadi pondasi yang memungkinkan organisasi melakukan pencatatan dan analisis. Perpustakaan, misalnya, menyimpan data berupa judul buku, nama penulis, atau tahun terbit yang nantinya digunakan untuk kebutuhan pencarian koleksi. Tanpa data yang terdefinisi, aktivitas peminjaman maupun pengelolaan koleksi akan sulit dilaksanakan. Oleh karena itu, pemahaman dasar mengenai data penting sebelum membahas konsep basis data.

Data juga dapat dipahami sebagai sumber daya organisasi yang memiliki nilai strategis (Laudon & Laudon, 2018). Sama seperti aset fisik, data harus dikelola agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Perpustakaan modern memanfaatkan data untuk mengetahui pola minat pembaca dan tren peminjaman. Dari sini, pengelola dapat menentukan koleksi mana yang perlu diperbarui. Dengan demikian, data bukan hanya catatan, tetapi juga aset yang mendukung pengambilan keputusan.

Definisi data terus berkembang seiring dengan teknologi yang digunakan untuk menyimpannya (Connolly & Begg, 2015). Jika dulu data hanya berupa catatan manual, kini data hadir dalam bentuk digital yang jauh lebih kompleks. Pada perpustakaan digital, data mencakup informasi bibliografi, metadata, bahkan interaksi pengguna dengan sistem. Hal ini menunjukkan pergeseran peran data dari sekadar catatan menjadi bagian penting dari infrastruktur informasi. Perubahan ini menuntut keterampilan baru dalam pengelolaannya.

Menurut Elmasri & Navathe (2016), data dapat dibedakan dari informasi berdasarkan tingkat pengolahannya. Data adalah bahan mentah, sedangkan informasi adalah hasil olahan yang memiliki makna bagi pengguna. Dalam perpustakaan, daftar buku yang baru masuk adalah data, tetapi laporan tren koleksi tahunan adalah informasi. Tanpa pengolahan yang tepat, data hanya menjadi kumpulan angka atau teks tanpa makna. Inilah mengapa pemahaman konsep data menjadi langkah awal sebelum mempelajari SQL.

Dengan memahami definisi data, peserta akan lebih siap mengikuti modul-modul berikutnya. Modul ini menjadi landasan untuk memahami struktur tabel, relasi antar entitas, serta bahasa kueri. Contoh kasus perpustakaan akan terus digunakan agar konsep terasa dekat dengan kehidupan nyata. Dengan cara ini, teori tidak berhenti di ranah abstrak, tetapi dapat langsung dihubungkan dengan kebutuhan pengelolaan perpustakaan sehari-hari. Pemahaman awal ini akan menjadi benang merah yang menghubungkan materi konseptual dengan praktik langsung.


Perbedaan Data dan Informasi

Data adalah input, sedangkan informasi adalah output setelah dilakukan pemrosesan (Turban et al., 2017). Pada perpustakaan, data berupa daftar buku yang dipinjam setiap hari. Namun, jumlah total peminjaman per minggu adalah informasi yang berguna bagi manajemen. Transformasi dari data ke informasi membutuhkan alat bantu, seperti database management system. Dengan memahami perbedaan ini, peserta dapat melihat bagaimana SQL digunakan untuk menghasilkan informasi.

Menurut Laudon & Laudon (2018), informasi adalah data yang memiliki makna dan berguna untuk pengambilan keputusan. Tanpa konteks, data hanya kumpulan angka atau kata yang sulit dipahami. Misalnya, angka “30” bisa berarti jumlah buku, jumlah anggota, atau hari dalam sebulan. Informasi baru muncul jika angka tersebut dikaitkan dengan konteks tertentu, seperti “30 buku dipinjam bulan ini”. Hal ini menunjukkan bahwa informasi selalu kontekstual.

Elmasri & Navathe (2016) menekankan bahwa informasi adalah hasil dari interpretasi data berdasarkan kebutuhan pengguna. Dalam perpustakaan, data peminjaman harian bisa diolah menjadi laporan tren koleksi populer. Informasi ini membantu pengelola menentukan strategi pengadaan buku. Oleh karena itu, proses transformasi data menjadi informasi tidak bisa diabaikan. Sistem basis data dirancang untuk memfasilitasi transformasi ini secara efisien.

Menurut Han, Kamber, & Pei (2012), data yang diolah dengan algoritma tertentu dapat menghasilkan pengetahuan baru. Misalnya, analisis data peminjaman dapat menunjukkan bahwa buku fiksi lebih sering dipinjam daripada buku ilmiah. Informasi seperti ini mendukung kebijakan pengadaan koleksi. Proses analitik ini membuktikan bahwa data hanyalah bahan mentah, sementara informasi adalah hasil yang dapat digunakan. Hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman konsep sejak awal.

Pemahaman perbedaan data dan informasi akan membantu peserta dalam mengikuti modul-modul praktik. Ketika nanti peserta belajar menulis query, tujuan akhirnya adalah menghasilkan informasi dari data. Misalnya, query tidak hanya menampilkan semua peminjaman, tetapi juga menghitung rata-rata peminjaman per bulan. Dengan demikian, modul ini menghubungkan teori dasar dengan keterampilan teknis yang akan dipelajari berikutnya.


Jenis-Jenis Data

Menurut Han, Kamber, & Pei (2012), data dapat diklasifikasikan menjadi data terstruktur, semi-terstruktur, dan tidak terstruktur. Data terstruktur adalah data yang disimpan dalam format tabel dengan baris dan kolom jelas, seperti daftar anggota perpustakaan. Semi-terstruktur mencakup data dengan elemen fleksibel seperti JSON atau XML, contohnya metadata katalog buku. Data tidak terstruktur meliputi dokumen teks panjang atau catatan resensi pembaca. Klasifikasi ini memengaruhi cara pengolahan data dalam sistem.

Data terstruktur memudahkan pengelolaan karena mengikuti aturan yang baku (Elmasri & Navathe, 2016). Misalnya, tabel berisi ID anggota, nama, dan alamat dapat dengan mudah diproses dengan query SQL. Perpustakaan modern mengandalkan data terstruktur untuk laporan jumlah buku yang dipinjam. Dengan format konsisten, data lebih cepat diakses dan lebih aman dari inkonsistensi. Inilah alasan database relasional fokus pada data terstruktur.

Semi-terstruktur digunakan ketika data memiliki variasi atribut (Connolly & Begg, 2015). Contohnya, metadata buku dapat menyimpan ISBN, judul, penulis, dan informasi opsional seperti sinopsis. Format ini penting bagi perpustakaan digital karena fleksibilitasnya dalam menyimpan informasi tambahan. Meskipun tidak seefisien data terstruktur, format semi-terstruktur tetap banyak digunakan. Hal ini memungkinkan integrasi data antar sistem berbeda.

Data tidak terstruktur merupakan tantangan besar (O’Neil & Schutt, 2013). Resensi buku dalam bentuk teks bebas adalah contoh nyata dalam perpustakaan. Sistem database tradisional tidak dirancang untuk memproses data jenis ini dengan efisien. Diperlukan teknologi tambahan seperti text mining untuk mengekstrak informasi dari data tersebut. Inilah sebabnya data tidak terstruktur sering dianggap sumber daya laten.

Pemahaman jenis data membantu peserta dalam memilih teknik pengelolaan yang tepat. Saat membangun sistem perpustakaan, data terstruktur digunakan untuk peminjaman, sementara data semi-terstruktur untuk metadata. Data tidak terstruktur dapat menjadi sumber tambahan untuk analisis tren bacaan. Modul ini membekali peserta dengan wawasan awal untuk membedakan dan memanfaatkan beragam jenis data. Pengetahuan ini akan menjadi dasar untuk praktik query SQL.


Representasi Data dalam Kehidupan Sehari-hari

Data hadir dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai bentuk (O’Neil & Schutt, 2013). Dalam perpustakaan, data tercermin pada kartu anggota, catatan peminjaman, dan katalog buku. Representasi ini dapat berupa catatan fisik maupun digital. Digitalisasi membuat data lebih mudah diakses dan dibagikan. Dengan memahami representasi, peserta dapat menghubungkan teori dengan praktik.

Catatan manual perpustakaan sering menimbulkan masalah duplikasi (Connolly & Begg, 2015). Misalnya, data anggota dicatat dua kali karena tidak ada sistem validasi. Hal ini menyulitkan dalam pelacakan riwayat peminjaman. Sistem digital dapat mengurangi masalah tersebut dengan pemberian ID unik untuk setiap anggota. Representasi data yang konsisten meningkatkan efisiensi operasional.

Barcode adalah contoh representasi data modern di perpustakaan (Silberschatz et al., 2020). Setiap buku diberi barcode yang memuat informasi unik. Saat dipindai, data buku langsung tercatat dalam sistem. Ini meminimalisir kesalahan pencatatan manual. Contoh ini memperlihatkan bagaimana representasi memengaruhi akurasi data.

Perpustakaan digital memperluas representasi data hingga metadata (Elmasri & Navathe, 2016). Metadata mencakup informasi tambahan seperti kata kunci atau ringkasan. Dengan metadata, pencarian buku menjadi lebih efektif. Sistem pencarian online memanfaatkan metadata untuk menghasilkan hasil relevan. Hal ini membuktikan pentingnya representasi data yang kaya.

Dengan memahami representasi data, peserta dapat lebih siap menghadapi implementasi teknis. Modul selanjutnya akan mulai membahas bagaimana data diorganisasikan dalam tabel. Perpustakaan akan tetap digunakan sebagai contoh agar materi terasa nyata. Dengan representasi yang tepat, data menjadi lebih mudah diproses. Hal ini menjadi landasan penting dalam membangun sistem database relasional.


Kualitas Data

Kualitas data menentukan keandalan informasi yang dihasilkan (Wang & Strong, 1996). Dimensi kualitas mencakup akurasi, kelengkapan, konsistensi, dan relevansi. Dalam perpustakaan, data yang tidak akurat menyebabkan kebingungan dalam pencarian buku. Kelengkapan data menjamin setiap entri memiliki atribut penting. Dengan kualitas yang terjaga, sistem menjadi lebih bermanfaat.

Akurasi berarti data sesuai dengan kondisi sebenarnya (Laudon & Laudon, 2018). Misalnya, nama penulis buku harus ditulis dengan benar. Kesalahan ejaan akan membuat pencarian gagal menemukan koleksi. Akurasi sangat penting dalam database yang sering diakses banyak pengguna. Oleh karena itu, validasi input menjadi mekanisme penting.

Kelengkapan mencegah kehilangan informasi penting (Elmasri & Navathe, 2016). Dalam katalog, setiap buku sebaiknya memiliki ISBN, judul, penulis, dan tahun terbit. Jika atribut kosong, data menjadi kurang berguna. Kelengkapan juga mendukung konsistensi analisis data. Perpustakaan digital biasanya memaksa pengguna mengisi semua kolom wajib.

Konsistensi berarti data disimpan dengan format seragam (Connolly & Begg, 2015). Misalnya, penulisan kota penerbit harus selalu sama, bukan kadang “Jakarta” dan kadang “Jkt”. Inkonstistensi menyulitkan dalam proses analisis. Normalisasi data adalah salah satu cara menjaga konsistensi. Dengan konsistensi, kualitas query meningkat.

Relevansi berarti data sesuai dengan kebutuhan pengguna (Turban et al., 2017). Perpustakaan tidak perlu menyimpan informasi yang tidak relevan, seperti warna sampul buku. Data yang relevan membantu sistem tetap efisien. Relevansi juga memastikan bahwa informasi yang dihasilkan mendukung pengambilan keputusan. Dengan relevansi, data tidak menjadi beban.


Pentingnya Pengelolaan Data

Pengelolaan data adalah proses memastikan data tetap akurat, konsisten, dan aman (Laudon & Laudon, 2018). Dalam perpustakaan, pengelolaan data mendukung operasional sehari-hari seperti peminjaman dan pengembalian buku. Tanpa manajemen yang baik, data mudah rusak atau hilang. Pengelolaan data juga berhubungan dengan strategi keamanan. Oleh karena itu, keterampilan ini sangat penting bagi pengelola sistem.

Salah satu tujuan utama pengelolaan data adalah mendukung pengambilan keputusan (Silberschatz et al., 2020). Data peminjaman dapat dianalisis untuk mengetahui tren bacaan anggota. Informasi ini berguna untuk pengadaan buku baru. Tanpa pengelolaan, data hanya menumpuk tanpa nilai tambah. Sistem database membantu memfasilitasi pengelolaan ini.

Menurut Connolly & Begg (2015), pengelolaan data juga mencakup perlindungan dari akses tidak sah. Perpustakaan harus memastikan hanya admin yang dapat mengubah data penting. Anggota hanya boleh mengakses informasi yang relevan. Pembatasan akses menjaga keamanan data. Hal ini menunjukkan pentingnya kontrol dalam pengelolaan data.

Elmasri & Navathe (2016) menekankan pentingnya integritas data. Integritas berarti data tetap konsisten dan valid meskipun terjadi perubahan. Misalnya, jika sebuah buku dihapus, catatan peminjamannya juga harus diperbarui. Tanpa integritas, database akan menyimpan informasi yang salah. Integritas adalah salah satu alasan utama penggunaan DBMS.

Dengan pengelolaan yang baik, perpustakaan dapat meningkatkan layanan. Data yang rapi memungkinkan laporan lebih cepat dihasilkan. Sistem menjadi lebih transparan dan dapat diandalkan. Hal ini meningkatkan kepuasan anggota. Modul selanjutnya akan menghubungkan konsep pengelolaan data dengan kebutuhan DBMS.


Contoh Kasus Perpustakaan

Bayangkan sebuah perpustakaan kecil yang masih menggunakan catatan manual. Data peminjaman ditulis di buku besar dan sering hilang. Hal ini menimbulkan kebingungan ketika anggota mengembalikan buku. Tidak jarang buku dianggap hilang padahal masih dipinjam. Kasus ini menunjukkan kelemahan pengelolaan data manual (Elmasri & Navathe, 2016).

Dengan sistem database, semua transaksi dapat direkam secara digital (Silberschatz et al., 2020). Setiap peminjaman dan pengembalian buku langsung tercatat. Laporan bulanan dapat dibuat secara otomatis. Pengelola tidak perlu lagi menghitung manual. Hal ini meningkatkan efisiensi dan akurasi data.

Menurut Laudon & Laudon (2018), digitalisasi data meningkatkan kualitas pelayanan. Anggota dapat dengan mudah mencari buku melalui katalog online. Proses peminjaman juga menjadi lebih cepat. Semua data tersimpan rapi dan mudah diakses. Perubahan ini berdampak pada kepuasan pengguna.

Studi kasus ini relevan dengan transformasi perpustakaan modern (Connolly & Begg, 2015). Banyak perpustakaan beralih dari sistem manual ke sistem digital. Hal ini memungkinkan analisis data yang lebih baik. Pengambilan keputusan menjadi lebih berbasis fakta. Sistem database menjadi tulang punggung operasional.

Dengan memahami contoh kasus ini, peserta melihat pentingnya data sejak awal. Modul-modul berikutnya akan membimbing peserta membangun sistem perpustakaan digital secara bertahap. Dimulai dari pemahaman konsep data, hingga praktik SQL nyata. Dengan pendekatan ini, peserta tidak hanya belajar teori, tetapi juga merasakan aplikasinya. Narasi ini akan terus berlanjut pada modul berikut.

Kesimpulan

Modul ini menjelaskan konsep dasar mengenai data sebagai pondasi sistem informasi. Data dibedakan dari informasi melalui proses transformasi yang memberikan makna sesuai kebutuhan pengguna. Jenis data yang beragam—terstruktur, semi-terstruktur, dan tidak terstruktur—menunjukkan pentingnya pemahaman dalam memilih metode pengelolaan yang tepat. Dalam konteks perpustakaan, kualitas data menentukan efisiensi layanan, akurasi laporan, dan kepuasan anggota. Dengan memahami definisi, jenis, representasi, kualitas, serta pentingnya pengelolaan data, peserta siap untuk melanjutkan ke modul berikutnya tentang alasan fundamental mengapa database dibutuhkan.


Referensi

  • Connolly, T., & Begg, C. (2015). Database Systems: A Practical Approach to Design, Implementation, and Management. Pearson Education.
  • Elmasri, R., & Navathe, S. B. (2016). Fundamentals of Database Systems. Pearson.
  • Han, J., Kamber, M., & Pei, J. (2012). Data Mining: Concepts and Techniques. Elsevier.
  • Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2018). Management Information Systems: Managing the Digital Firm. Pearson.
  • O’Neil, C., & Schutt, R. (2013). Doing Data Science: Straight Talk from the Frontline. O’Reilly Media.
  • Silberschatz, A., Korth, H. F., & Sudarshan, S. (2020). Database System Concepts. McGraw-Hill.
  • Turban, E., Sharda, R., Delen, D., & King, D. (2017). Business Intelligence: A Managerial Approach. Pearson.
  • Wang, R. Y., & Strong, D. M. (1996). Beyond accuracy: What data quality means to data consumers. Journal of Management Information Systems, 12(4), 5–34.

mulai diskusi

peraturan

Login menggunakan akun telegram untuk memulai diskusi.

Gunakan bahasa yang sopan, baik dan benar

Dilarang menggunakan perkataan yang mengandung unsur pelecehan, cacian dan merendahkan aggota forum lain.

Dilarang memulai pembicaraan yang keluar dari topik pembahasan.

pegaduan

panduan

Login menggunakan akun Github untuk mengajukan report.

Gunakan kalimat deskriptif yang jelas terkait kendala yang dihadapi dalam pengajuan report

Upload gambar screenshoot terkait report untuk membantu kami dalam penanganan report

Progress penanganan report dapat di monitoring pada halaman github course.

latihan

berikut ini adalah aktivitas latihan untuk modul Apa itu Data dan Konsep Dasarnya

penugasan

aktivitas penugasan dan penilaian untuk modul Apa itu Data dan Konsep Dasarnya