navigasi pertemuan

berlangsung | pertemuan 6


















Konsep Primary Key

profile Al Muhdil Karim user avater image
Al Muhdil Karim
16 min red
September 24, 2025
Konsep Primary Key

Pendahuluan

Primary key adalah elemen paling mendasar dalam desain tabel relasional karena memberikan identitas unik untuk setiap baris data. Tanpa primary key, risiko duplikasi data meningkat, dan sistem tidak dapat menjamin integritas informasi. Dalam database perpustakaan, primary key dipakai untuk membedakan anggota, buku, atau transaksi peminjaman, meskipun beberapa di antaranya mungkin memiliki nama yang sama. Dengan adanya primary key, setiap entitas dapat diidentifikasi dengan jelas. Hal ini membuat pengelolaan data menjadi lebih aman dan akurat.

Selain itu, primary key berfungsi sebagai penghubung antar tabel dalam sistem relasional. Misalnya, tabel anggota memiliki id_anggota sebagai primary key yang dirujuk oleh tabel peminjaman melalui foreign key. Relasi ini memastikan bahwa setiap transaksi peminjaman dapat dikaitkan dengan anggota yang valid. Tanpa primary key, hubungan antar tabel tidak dapat dibangun secara formal. Hal ini akan membuat database kehilangan salah satu keunggulan utamanya, yaitu kemampuan relasional.

Primary key juga berdampak pada performa database. Sistem manajemen database biasanya membuat indeks otomatis pada kolom primary key. Indeks ini mempercepat proses pencarian data, bahkan jika tabel berisi ribuan baris. Tanpa primary key, pencarian menjadi lebih lambat karena sistem harus memeriksa seluruh baris tanpa acuan yang jelas. Dengan kata lain, primary key tidak hanya menjaga integritas data, tetapi juga meningkatkan efisiensi sistem.

Pemilihan primary key tidak boleh sembarangan. Primary key harus stabil, tidak mudah berubah, unik, dan efisien dalam ukuran. Oleh karena itu, atribut numerik seperti INT dengan AUTO_INCREMENT sering digunakan. Atribut seperti nama atau alamat tidak cocok dijadikan primary key karena mudah berubah dan berpotensi duplikat. Dengan pemilihan yang tepat, database dapat lebih konsisten dan dapat digunakan dalam jangka panjang.

Pemahaman tentang primary key membuat peserta kursus lebih siap membangun database yang kokoh. Modul ini membahas syarat utama primary key, kesalahan umum yang harus dihindari, praktik terbaik yang perlu diterapkan, serta studi kasus dari perpustakaan. Tujuannya agar peserta tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mengimplementasikan konsep ini secara nyata.


Syarat Primary Key

Syarat pertama primary key adalah harus unik. Keunikan berarti setiap baris memiliki nilai berbeda pada kolom primary key. Jika ada dua baris dengan nilai yang sama, sistem tidak dapat membedakan entitas tersebut. Misalnya, jika dua anggota memiliki id_anggota = 1, sistem tidak tahu siapa yang sebenarnya melakukan peminjaman. Dengan memastikan keunikan, database mampu menjaga konsistensi dan kejelasan data.

Syarat kedua adalah tidak boleh bernilai NULL. Primary key adalah identitas baris, sehingga tidak mungkin dibiarkan kosong. Jika ada baris dengan nilai NULL, data tersebut tidak memiliki identitas jelas. Hal ini menyulitkan relasi antar tabel karena foreign key tidak bisa mengacu pada baris tanpa identitas. Dalam perpustakaan, ini sama saja dengan mencatat transaksi tanpa mengetahui siapa anggotanya.

Syarat ketiga adalah stabilitas. Primary key harus berasal dari atribut yang jarang berubah. Nama atau alamat tidak cocok dijadikan primary key karena bisa berubah sewaktu-waktu. Jika primary key berubah, maka semua relasi yang mengacu pada kolom tersebut ikut terpengaruh. Hal ini menimbulkan inkonsistensi yang sulit diperbaiki. Dengan memilih atribut yang stabil, sistem tetap konsisten dari waktu ke waktu.

Syarat keempat adalah efisiensi. Primary key sebaiknya menggunakan tipe data yang kecil, seperti INT. Kolom teks panjang tidak efisien karena memperlambat query dan membuat indeks lebih berat. Dengan menggunakan integer, query lebih cepat dijalankan dan penyimpanan lebih hemat. Efisiensi ini penting agar sistem tetap berjalan optimal meskipun data semakin banyak.

Syarat kelima adalah mendukung relasi antar tabel. Primary key harus dapat dijadikan acuan oleh foreign key di tabel lain. Misalnya, id_buku digunakan pada tabel peminjaman untuk melacak transaksi. Tanpa primary key yang valid, relasi ini tidak bisa dibentuk dengan benar. Dengan memenuhi semua syarat ini, primary key dapat berfungsi optimal dalam menjaga integritas data.


Kesalahan Umum

3.1 Tidak Menentukan Primary Key

Banyak pemula membuat tabel tanpa primary key karena menganggap data akan tetap bisa disimpan. Hal ini memang memungkinkan secara teknis, tetapi risiko yang muncul sangat besar. Tanpa primary key, sistem tidak dapat memastikan keunikan setiap baris data. Akibatnya, dua atau lebih baris bisa memiliki data yang sama persis, sehingga membingungkan saat dianalisis. Dalam konteks perpustakaan, ini bisa menyebabkan dua anggota berbeda tampak sebagai satu orang.

-- Salah: tabel tanpa primary key
CREATE TABLE anggota (
    id_anggota INT,
    nama VARCHAR(100),
    alamat VARCHAR(200),
    tanggal_daftar DATE
);

Kesalahan ini juga berdampak pada performa. Ketika melakukan pencarian, sistem harus memeriksa setiap baris satu per satu karena tidak ada indeks unik yang dijadikan acuan. Hal ini memperlambat query terutama ketika tabel sudah berisi ribuan data. Pengguna mungkin tidak langsung menyadari masalah ini pada awalnya, tetapi dampaknya akan terasa signifikan ketika sistem diperbesar.

Selain itu, tabel tanpa primary key tidak dapat dijadikan target foreign key. Artinya, tabel lain tidak bisa membangun relasi formal dengan tabel tersebut. Dalam sistem perpustakaan, hal ini berarti tabel peminjaman tidak bisa mengacu pada tabel anggota dengan benar. Tanpa relasi ini, transaksi tidak dapat dikaitkan secara konsisten dengan anggota tertentu.

Ketiadaan primary key juga menyulitkan saat melakukan update atau delete data. Misalnya, jika ada dua baris dengan nama sama, sistem tidak tahu baris mana yang harus dihapus. Hal ini bisa menyebabkan penghapusan data yang salah dan merusak integritas sistem. Kejadian semacam ini sulit diperbaiki setelah terjadi.

Oleh karena itu, tidak menentukan primary key adalah kesalahan mendasar. Kesalahan ini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga masalah desain konseptual. Desainer database yang profesional selalu memastikan setiap tabel memiliki primary key yang valid sejak awal. Dengan demikian, masalah di kemudian hari dapat dihindari.


3.2 Membiarkan Nilai Primary Key Bisa NULL

Primary key harus selalu memiliki nilai, tetapi beberapa pemula membiarkan kemungkinan nilai NULL. Hal ini menimbulkan masalah serius karena NULL berarti tidak ada identitas. Baris data yang tidak memiliki identitas tidak bisa dibedakan dari baris lain. Dalam sistem perpustakaan, hal ini berarti ada anggota tanpa ID resmi yang tidak bisa dikaitkan dengan transaksi.

-- Salah: primary key bisa NULL
CREATE TABLE buku (
    id_buku INT,
    judul VARCHAR(150),
    penulis VARCHAR(100),
    PRIMARY KEY (id_buku)
);

Jika id_buku dibiarkan kosong, maka entri buku tidak memiliki identitas unik. Situasi ini akan merusak relasi dengan tabel peminjaman. Misalnya, jika seorang anggota meminjam buku tanpa ID, transaksi tersebut tidak bisa dikaitkan dengan data buku yang valid. Akibatnya, laporan inventaris menjadi tidak konsisten.

Selain itu, nilai NULL dalam primary key dapat membingungkan sistem manajemen database. Sistem mengandalkan primary key untuk menjaga integritas, tetapi NULL menghapus kepastian ini. Hasilnya, query yang melibatkan primary key bisa gagal atau menghasilkan data yang tidak akurat. Kesalahan ini seringkali sulit dilacak karena baris dengan NULL terlihat sah tetapi sebenarnya merusak logika sistem.

Penggunaan NULL juga berdampak pada indeks. Primary key biasanya otomatis diindeks, tetapi NULL tidak dapat diindeks dengan baik. Hal ini memperburuk performa pencarian. Semakin banyak baris dengan nilai NULL, semakin sulit sistem menjaga efisiensi query.

Oleh karena itu, membiarkan primary key bernilai NULL adalah kesalahan serius. Desain yang baik harus memaksa setiap baris memiliki nilai primary key. Dengan cara ini, data tetap teridentifikasi dengan jelas dan sistem tetap konsisten.


3.3 Menggunakan Atribut yang Mudah Berubah

Beberapa pemula menjadikan atribut yang tidak stabil, seperti nama, sebagai primary key. Nama terlihat unik pada awalnya, tetapi kenyataannya bisa berubah atau memiliki duplikasi. Misalnya, dua anggota bisa memiliki nama yang sama atau seseorang bisa mengganti namanya. Hal ini membuat atribut tersebut tidak cocok dijadikan primary key.

-- Salah: nama sebagai primary key
CREATE TABLE anggota (
    nama VARCHAR(100) PRIMARY KEY,
    alamat VARCHAR(200),
    tanggal_daftar DATE
);

Jika nama dijadikan primary key, perubahan kecil seperti kesalahan ejaan bisa menimbulkan masalah. Setiap perubahan nama juga akan memutus relasi dengan tabel lain yang mengacu pada kolom tersebut. Akibatnya, integritas relasi antar tabel rusak. Hal ini bisa menyebabkan data peminjaman kehilangan keterhubungan dengan anggota yang benar.

Selain itu, nama bukanlah atribut yang efisien. Kolom teks panjang membutuhkan ruang penyimpanan lebih besar dibanding kolom numerik. Hal ini berpengaruh pada performa query. Pencarian berdasarkan nama sebagai primary key lebih lambat daripada pencarian berdasarkan angka.

Duplikasi juga menjadi masalah besar. Tidak ada jaminan bahwa nama selalu unik. Banyak orang bisa memiliki nama yang sama, sehingga primary key tidak lagi membedakan baris data. Dalam konteks perpustakaan, dua anggota bernama “Andi” bisa dianggap satu orang oleh sistem.

Kesalahan ini menunjukkan pentingnya memilih atribut yang stabil. Primary key harus berasal dari kolom yang jarang berubah dan pasti unik. Nama tidak memenuhi kedua kriteria ini, sehingga tidak boleh digunakan.


3.4 Menggunakan Kolom dengan Ukuran Besar

Beberapa desainer database mencoba menggunakan kolom teks panjang sebagai primary key. Misalnya, alamat digunakan sebagai identitas utama anggota. Hal ini tampak masuk akal karena alamat biasanya unik, tetapi praktik ini keliru. Ukuran kolom yang besar membuat sistem tidak efisien.

-- Salah: alamat sebagai primary key
CREATE TABLE anggota (
    alamat VARCHAR(200) PRIMARY KEY,
    nama VARCHAR(100),
    tanggal_daftar DATE
);

Dengan kolom teks panjang sebagai primary key, indeks menjadi berat. Proses pencarian membutuhkan lebih banyak waktu dan sumber daya. Hal ini menyebabkan query berjalan lambat, terutama jika tabel memiliki ribuan entri. Efisiensi sistem pun menurun drastis.

Selain itu, alamat bukan atribut yang stabil. Orang bisa pindah rumah, sehingga alamat berubah. Perubahan ini akan memutus relasi dengan tabel lain yang mengacu pada alamat sebagai primary key. Hal ini membuat sistem kehilangan konsistensi.

Alamat juga sulit divalidasi sebagai unik. Ada kemungkinan beberapa anggota memiliki alamat yang sama, misalnya jika mereka tinggal di asrama atau satu rumah. Dalam kasus ini, sistem tidak dapat membedakan entitas. Hal ini menimbulkan risiko duplikasi.

Oleh karena itu, kolom besar seperti alamat tidak boleh dijadikan primary key. Desain yang baik harus menggunakan kolom kecil, efisien, dan stabil. Pemilihan atribut yang tepat adalah kunci integritas database.


3.5 Tidak Memanfaatkan Composite Key

Dalam beberapa tabel, satu kolom saja tidak cukup menjamin keunikan. Pemula sering mengabaikan kebutuhan composite key. Akibatnya, tabel bisa berisi duplikasi data. Misalnya, tabel detail_peminjaman mencatat buku yang dipinjam dalam sebuah transaksi. Jika tidak ada composite key, kombinasi id_peminjaman dan id_buku bisa duplikat.

-- Salah: tanpa composite key
CREATE TABLE detail_peminjaman (
    id_peminjaman INT,
    id_buku INT,
    jumlah INT
);

Tanpa composite key, sistem tidak bisa membedakan apakah baris baru adalah entri unik atau duplikasi. Hal ini bisa menyebabkan satu buku dianggap dipinjam dua kali dalam transaksi yang sama. Data menjadi tidak akurat dan membingungkan.

Composite key seharusnya digunakan ketika tidak ada satu kolom yang cukup unik. Dalam kasus ini, kombinasi dua atau lebih kolom bisa dijadikan identitas. Misalnya, id_peminjaman dan id_buku bersama-sama membentuk primary key. Dengan cara ini, integritas data terjaga.

Mengabaikan composite key juga membuat laporan tidak akurat. Misalnya, jumlah peminjaman per buku bisa salah dihitung karena duplikasi baris. Kesalahan ini merusak analisis dan pengambilan keputusan.

Oleh karena itu, memahami kapan menggunakan composite key adalah keterampilan penting. Kesalahan ini sering terjadi pada pemula, tetapi bisa dihindari dengan perencanaan yang matang.


4. Best Practice

4.1 Selalu Menentukan Primary Key

Setiap tabel dalam database relasional harus memiliki primary key sejak awal pembuatannya. Dengan menetapkan primary key, setiap baris data memiliki identitas yang jelas dan unik. Hal ini membuat sistem dapat membedakan setiap entitas dengan tegas. Dalam perpustakaan, setiap anggota harus punya ID unik agar tidak tertukar dengan anggota lain yang mungkin memiliki nama serupa. Praktik ini sangat mendasar, tetapi sering diabaikan oleh pemula.

CREATE TABLE anggota (
    id_anggota INT AUTO_INCREMENT PRIMARY KEY,
    nama VARCHAR(100),
    alamat VARCHAR(200),
    tanggal_daftar DATE
);

Penetapan primary key juga memudahkan pembuatan relasi antar tabel. Dengan adanya id_anggota sebagai primary key, tabel peminjaman dapat merujuk padanya secara formal menggunakan foreign key. Hal ini memastikan bahwa setiap transaksi peminjaman selalu terkait dengan anggota yang sah. Tanpa primary key, relasi ini tidak dapat dibangun secara konsisten.

Selain itu, primary key otomatis diindeks oleh sistem database. Indeks ini mempercepat pencarian data, bahkan ketika jumlah baris semakin besar. Dengan demikian, sistem tetap efisien meskipun beban kerja meningkat. Database yang baik selalu mengandalkan indeks untuk menjaga performa.

Primary key juga memberi kejelasan saat melakukan operasi update dan delete. Dengan primary key, sistem tahu baris mana yang harus diubah atau dihapus. Hal ini mengurangi risiko kesalahan fatal seperti menghapus data yang salah. Tanpa primary key, operasi semacam ini menjadi berbahaya.

Kesimpulannya, menetapkan primary key adalah praktik terbaik yang wajib diterapkan. Ini bukan hanya aturan teknis, melainkan fondasi integritas dan konsistensi database.


4.2 Gunakan AUTO_INCREMENT pada ID Numerik

Menggunakan atribut AUTO_INCREMENT untuk primary key numerik adalah praktik yang sangat efisien. Fitur ini membuat ID bertambah otomatis setiap kali data baru dimasukkan. Dengan demikian, pengguna tidak perlu mengatur ID secara manual. Hal ini mengurangi risiko kesalahan input dan memastikan setiap baris memiliki ID unik.

CREATE TABLE buku (
    id_buku INT AUTO_INCREMENT PRIMARY KEY,
    judul VARCHAR(150),
    penulis VARCHAR(100),
    tahun_terbit INT
);

AUTO_INCREMENT juga membuat sistem lebih praktis. Pustakawan cukup memasukkan detail buku tanpa perlu mengkhawatirkan nomor identitas. Sistem akan menanganinya secara otomatis. Hal ini sangat membantu ketika data yang dikelola jumlahnya besar.

Selain itu, AUTO_INCREMENT menjaga konsistensi urutan data. Anggota pertama mendapat ID 1, anggota kedua ID 2, dan seterusnya. Pola ini memudahkan pelacakan data. Dengan urutan yang jelas, analisis data juga lebih mudah dilakukan.

AUTO_INCREMENT juga penting untuk relasi antar tabel. Foreign key dari tabel lain dapat mengacu pada ID yang konsisten. Dengan cara ini, integritas relasi tetap terjaga meskipun jumlah data bertambah. Tanpa AUTO_INCREMENT, relasi bisa rusak karena kesalahan input manual.

Dengan demikian, penggunaan AUTO_INCREMENT adalah praktik terbaik yang sebaiknya selalu diterapkan. Fitur ini sederhana tetapi memiliki dampak besar terhadap keandalan sistem.


4.3 Pilih Atribut yang Stabil

Primary key harus berasal dari atribut yang jarang berubah sepanjang waktu. Atribut seperti nama atau alamat tidak cocok karena sifatnya dinamis. Sebaliknya, atribut numerik seperti id_anggota lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh perubahan. Stabilitas ini membuat relasi antar tabel tetap terjaga.

CREATE TABLE anggota (
    id_anggota INT AUTO_INCREMENT PRIMARY KEY,
    nama VARCHAR(100),
    alamat VARCHAR(200)
);

Dengan kolom ID yang stabil, relasi dengan tabel peminjaman tetap konsisten. Misalnya, meskipun anggota mengganti alamat, id_anggota tetap sama. Hal ini membuat sistem tetap utuh dan tidak kehilangan keterhubungan data. Konsistensi seperti ini adalah kunci dalam sistem relasional.

Atribut yang stabil juga penting untuk laporan. Laporan jumlah peminjaman per anggota hanya bisa akurat jika ID tidak berubah. Jika ID berubah, laporan bisa kacau karena data lama tidak lagi terkait dengan anggota yang sama. Oleh karena itu, stabilitas harus menjadi pertimbangan utama.

Selain itu, atribut yang stabil lebih mudah divalidasi. Sistem tidak perlu sering memperbarui foreign key di tabel lain. Hal ini mengurangi risiko kesalahan dan menjaga performa sistem. Pemilihan atribut yang stabil membuat sistem lebih sederhana dan efisien.

Dengan demikian, memilih atribut stabil sebagai primary key adalah salah satu praktik terbaik yang tidak boleh diabaikan.


4.4 Gunakan Tipe Data yang Efisien

Primary key sebaiknya menggunakan tipe data numerik kecil seperti INT. Tipe data ini hemat ruang dan efisien untuk pencarian. Kolom teks panjang tidak efisien karena memperlambat indeks. Pemilihan tipe data yang tepat menjaga performa sistem tetap optimal.

CREATE TABLE peminjaman (
    id_peminjaman INT AUTO_INCREMENT PRIMARY KEY,
    id_anggota INT,
    id_buku INT,
    tanggal_pinjam DATE
);

Dengan tipe data numerik, sistem dapat mengelola indeks lebih baik. Query pencarian berdasarkan primary key berjalan cepat bahkan pada tabel besar. Hal ini membuat database lebih responsif dan hemat sumber daya.

Tipe data numerik juga lebih aman dari kesalahan input.

Angka lebih mudah divalidasi dibanding teks. Hal ini membuat kualitas data lebih tinggi. Selain itu, angka dapat digunakan dalam operasi matematis jika diperlukan.

Menggunakan tipe data efisien juga membantu menjaga kompatibilitas dengan sistem lain. Banyak sistem eksternal lebih mudah mengolah ID numerik dibanding teks panjang. Hal ini membuat integrasi lebih lancar.

Dengan demikian, penggunaan tipe data numerik efisien adalah praktik terbaik yang sangat direkomendasikan.


4.5 Gunakan Composite Key Bila Diperlukan

Ada kalanya satu kolom tidak cukup unik untuk dijadikan primary key. Dalam situasi ini, composite key adalah solusi terbaik. Composite key menggabungkan dua atau lebih kolom sebagai identitas unik. Hal ini sering diperlukan pada tabel detail.

CREATE TABLE detail_peminjaman (
    id_peminjaman INT,
    id_buku INT,
    jumlah INT,
    PRIMARY KEY (id_peminjaman, id_buku)
);

Dengan composite key, kombinasi id_peminjaman dan id_buku selalu unik. Hal ini mencegah duplikasi data yang berbahaya. Misalnya, satu buku tidak bisa tercatat dua kali dalam transaksi yang sama. Data tetap konsisten dan akurat.

Composite key juga memperkuat relasi antar tabel. Tabel detail_peminjaman dapat tetap terhubung dengan tabel peminjaman dan buku. Relasi yang kuat menjaga konsistensi sistem. Hal ini membuat database lebih andal dalam jangka panjang.

Selain itu, composite key membuat laporan lebih akurat. Misalnya, menghitung jumlah buku per transaksi dapat dilakukan tanpa risiko duplikasi. Laporan operasional menjadi lebih terpercaya. Hal ini penting bagi perpustakaan untuk pengambilan keputusan.

Dengan demikian, composite key adalah praktik terbaik yang sebaiknya diterapkan jika satu kolom saja tidak cukup. Hal ini menunjukkan fleksibilitas desain database relasional.


Studi Kasus Perpustakaan

Perpustakaan sekolah ingin memastikan setiap anggota memiliki identitas unik agar sistem dapat berfungsi dengan baik. Mereka merancang tabel anggota dengan kolom id_anggota sebagai primary key. Kolom ini dipilih karena stabil, tidak berubah, dan mudah dihubungkan dengan tabel lain. Untuk membuatnya lebih efisien, kolom tersebut diberi atribut AUTO_INCREMENT. Dengan desain ini, setiap anggota baru secara otomatis mendapat ID yang berbeda, tanpa perlu diisi manual.

CREATE TABLE anggota (
    id_anggota INT AUTO_INCREMENT PRIMARY KEY,
    nama VARCHAR(100),
    alamat VARCHAR(200),
    tanggal_daftar DATE
);

Setelah tabel dibuat, pustakawan mulai menambahkan data anggota baru. Anggota pertama adalah “Raka Pratama” dengan alamat “Jl. Merpati No. 10”. Ketika data dimasukkan, sistem secara otomatis memberikan nilai id_anggota = 1. Anggota berikutnya, “Sinta Dewi”, diberi nilai id_anggota = 2 secara otomatis. Dengan cara ini, pustakawan tidak perlu khawatir salah memberi ID. Sistem selalu menjamin keunikan.

INSERT INTO anggota (nama, alamat, tanggal_daftar)
VALUES ('Raka Pratama', 'Jl. Merpati No. 10', '2025-01-12'),
       ('Sinta Dewi', 'Jl. Anggrek No. 7', '2025-01-15');

Selanjutnya, tabel anggota dihubungkan dengan tabel peminjaman. Relasi ini terjadi karena kolom id_anggota digunakan sebagai foreign key di tabel peminjaman. Dengan demikian, setiap transaksi peminjaman selalu terikat pada anggota yang jelas. Misalnya, saat id_anggota = 1 meminjam sebuah buku, transaksi tersebut langsung terkait dengan data “Raka Pratama”. Hubungan ini menjaga konsistensi data dan mencegah kebingungan dalam laporan.

CREATE TABLE peminjaman (
    id_peminjaman INT AUTO_INCREMENT PRIMARY KEY,
    id_anggota INT NOT NULL,
    id_buku INT NOT NULL,
    tanggal_pinjam DATE NOT NULL,
    tanggal_kembali DATE,
    FOREIGN KEY (id_anggota) REFERENCES anggota(id_anggota)
);

Pustakawan kemudian menguji sistem dengan menambahkan transaksi peminjaman. Misalnya, “Sinta Dewi” (id_anggota = 2) meminjam buku dengan id_buku = 3 pada tanggal 20 Januari 2025. Data ini masuk ke tabel peminjaman dengan id_peminjaman = 1. Hasilnya menunjukkan bahwa transaksi tersebut dapat langsung dilacak ke anggota yang bersangkutan. Hal ini membuktikan bahwa primary key memungkinkan relasi antar tabel bekerja dengan baik.

INSERT INTO peminjaman (id_anggota, id_buku, tanggal_pinjam, tanggal_kembali)
VALUES (2, 3, '2025-01-20', NULL);

Dengan desain ini, pustakawan dapat membuat laporan dengan mudah. Misalnya, menghitung jumlah buku yang sedang dipinjam oleh anggota tertentu. Query ini hanya mungkin dilakukan karena primary key di tabel anggota digunakan sebagai acuan. Tanpa primary key, laporan akan rancu dan berisiko menghitung data yang ganda. Studi kasus ini menegaskan bahwa primary key bukan sekadar aturan teknis, tetapi kebutuhan praktis dalam pengelolaan perpustakaan.

SELECT a.nama, COUNT(p.id_peminjaman) AS jumlah_pinjaman
FROM anggota a
JOIN peminjaman p ON a.id_anggota = p.id_anggota
GROUP BY a.nama;

Kesimpulan

Primary key adalah identitas unik bagi setiap baris data dalam tabel relasional. Dengan primary key, sistem dapat membedakan entitas, menjaga konsistensi relasi antar tabel, serta meningkatkan performa pencarian data. Kesalahan umum seperti tidak menentukan primary key, membiarkan NULL, atau memilih atribut tidak stabil harus dihindari. Praktik terbaik seperti penggunaan AUTO_INCREMENT, atribut stabil, tipe data efisien, dan composite key bila perlu harus selalu diterapkan. Studi kasus perpustakaan membuktikan bahwa primary key adalah fondasi bagi desain database yang andal, efisien, dan konsisten.


Referensi

  • Connolly, T., & Begg, C. (2015). Database Systems: A Practical Approach to Design, Implementation, and Management (6th ed.). Pearson.
  • Garcia-Molina, H., Ullman, J. D., & Widom, J. (2009). Database Systems: The Complete Book (2nd ed.). Pearson.

mulai diskusi

peraturan

Login menggunakan akun telegram untuk memulai diskusi.

Gunakan bahasa yang sopan, baik dan benar

Dilarang menggunakan perkataan yang mengandung unsur pelecehan, cacian dan merendahkan aggota forum lain.

Dilarang memulai pembicaraan yang keluar dari topik pembahasan.

pegaduan

panduan

Login menggunakan akun Github untuk mengajukan report.

Gunakan kalimat deskriptif yang jelas terkait kendala yang dihadapi dalam pengajuan report

Upload gambar screenshoot terkait report untuk membantu kami dalam penanganan report

Progress penanganan report dapat di monitoring pada halaman github course.

latihan

berikut ini adalah aktivitas latihan untuk modul Konsep Primary Key

penugasan

aktivitas penugasan dan penilaian untuk modul Konsep Primary Key