navigasi pertemuan

berlangsung | pertemuan 13


















Tentukan jenis huruf teks halaman web pada HTML dengan font family CSS

profile Achmad Baihaqi user avater image
Achmad Baihaqi
23 min red
September 22, 2025
Tentukan jenis huruf teks halaman web pada HTML dengan font family CSS

“Font family” merupakan elemen penting dalam desain digital yang memengaruhi cara orang memahami sebuah teks di layar. Pemilihan font yang tepat bukan hanya soal estetika, tetapi juga soal keterbacaan yang berdampak pada pengalaman pengguna. Studi menunjukkan bahwa keterbacaan font berhubungan langsung dengan tingkat retensi informasi pada pembaca (Shaikh, Chaparro, & Fox, 2006). Artinya, desain teks yang baik bisa membuat orang lebih nyaman dan fokus dalam membaca konten. Di era digital, di mana orang mengonsumsi teks dari berbagai perangkat, konsistensi tampilan menjadi semakin penting. Dengan font family, desainer dapat mengontrol gaya teks yang konsisten di seluruh platform. Oleh karena itu, memahami konsep ini adalah langkah awal yang krusial dalam desain web maupun aplikasi.

Sering kali orang menganggap font hanyalah soal gaya atau tren visual semata. Padahal, font family juga berperan dalam membangun identitas merek yang kuat. Menurut penelitian tipografi, pemilihan font dapat memengaruhi persepsi emosional pembaca terhadap sebuah brand (Poffenberger & Barrows, 1924). Misalnya, font serif sering dianggap lebih formal dan profesional, sedangkan sans-serif memberi kesan modern dan minimalis. Dengan pemahaman ini, desainer bisa menciptakan kesan tertentu hanya dengan memilih font family yang sesuai. Selain itu, pilihan font juga memengaruhi aksesibilitas konten bagi orang dengan keterbatasan visual. Jadi, peran font family lebih luas daripada sekadar estetika.

Dalam praktik desain web, “font family” memungkinkan desainer mendefinisikan daftar prioritas font. Artinya, jika satu font tidak tersedia di perangkat pengguna, maka font cadangan bisa otomatis digunakan. Konsep ini sangat membantu menjaga konsistensi tampilan teks lintas platform. Menurut Nielsen Norman Group, konsistensi adalah salah satu prinsip penting dalam usability yang memengaruhi kepuasan pengguna (Nielsen, 1994). Dengan menggunakan font family, desainer dapat memastikan pengalaman pengguna tetap terjaga meski terjadi perbedaan sistem operasi atau browser. Selain itu, font family juga mendukung fleksibilitas dalam penyesuaian desain responsif. Jadi, konsep ini bukan hanya teknis, tetapi juga strategis dalam desain digital.

Potensi penguasaan “font family” bukan hanya terbatas pada desainer grafis profesional. Siapa pun yang membuat konten digital, baik itu blogger, pengembang web, maupun pendidik online, bisa mendapatkan manfaat besar dari pemahaman ini. Penelitian dalam bidang komunikasi visual menunjukkan bahwa pemilihan font dapat meningkatkan daya tarik visual dan efektivitas komunikasi (Lidwell, Holden, & Butler, 2010). Dengan kata lain, orang lebih mungkin membaca dan memahami pesan ketika teks disajikan dengan font yang tepat. Oleh karena itu, memahami font family bisa menjadi keterampilan praktis yang meningkatkan kualitas konten sehari-hari. Baik untuk keperluan pribadi maupun profesional, kemampuan ini relevan dan bernilai. Maka, membahas font family adalah langkah strategis untuk siapa saja yang berkecimpung di dunia digital.


2. Kenapa Penting

2.1 Meningkatkan Keterbacaan

Keterbacaan adalah faktor utama yang menentukan apakah pesan yang disampaikan melalui teks bisa diterima dengan baik oleh pembaca. “Font family” yang dipilih secara tepat mampu mengurangi beban kognitif dalam membaca, sehingga informasi lebih mudah dicerna (Lonsdale, 2014). Ketika font yang digunakan jelas dan konsisten, mata pembaca tidak perlu bekerja ekstra untuk mengenali huruf. Sebaliknya, penggunaan font yang salah bisa menimbulkan kebingungan atau bahkan membuat orang berhenti membaca. Misalnya, font dengan dekorasi berlebihan cenderung mengurangi kecepatan membaca. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan bahwa readability berhubungan erat dengan efisiensi kognitif dalam memahami teks (Bernard et al., 2003). Oleh karena itu, pemilihan font family sangat menentukan efektivitas komunikasi.

Keterbacaan juga berkaitan erat dengan aksesibilitas digital, terutama untuk pengguna dengan keterbatasan visual. Font yang sederhana dan proporsional, seperti sans-serif, lebih mudah dikenali oleh orang dengan gangguan penglihatan tertentu (Ling & van Schaik, 2002). Dengan menggunakan font family yang mendukung readability, desainer dapat membuat konten lebih inklusif. Hal ini sejalan dengan prinsip desain universal yang berusaha membuat produk dapat diakses oleh sebanyak mungkin orang. Selain itu, standar web modern juga menekankan pentingnya aksesibilitas melalui pemilihan font yang ramah pengguna. Dengan demikian, font family bukan sekadar urusan gaya, melainkan juga sarana menciptakan keadilan dalam akses informasi.

Selain aspek teknis, keterbacaan font family juga memengaruhi persepsi terhadap kredibilitas suatu konten. Studi menunjukkan bahwa teks yang mudah dibaca lebih sering dianggap kredibel dibandingkan teks dengan font sulit dibaca (Alter & Oppenheimer, 2009). Artinya, pemilihan font dapat berdampak langsung pada cara orang menilai kebenaran sebuah informasi. Dalam konteks ini, font family menjadi faktor penting untuk membangun kepercayaan pembaca. Baik dalam artikel ilmiah, situs web bisnis, maupun platform edukasi, keterbacaan adalah modal utama. Jika keterbacaan terjaga, maka pesan yang ingin disampaikan lebih mungkin diterima dengan baik. Hal ini menjadikan font family sebagai elemen strategis dalam komunikasi digital.


2.2 Membangun Identitas Visual

Identitas visual adalah cara suatu merek atau individu dikenali melalui tampilan grafis, termasuk pilihan font. Font family berfungsi sebagai bagian integral dari identitas tersebut karena membawa asosiasi emosional tertentu (Brumberger, 2003). Misalnya, font serif klasik seperti Times New Roman sering dikaitkan dengan kesan formalitas dan tradisi. Sementara itu, sans-serif seperti Helvetica membawa kesan modern dan sederhana. Dengan demikian, setiap pilihan font dapat menjadi “suara visual” yang mewakili brand atau pesan tertentu. Oleh sebab itu, font family tidak hanya berfungsi teknis, melainkan juga simbolis. Hal ini menjadikan pemilihan font family sebagai bagian dari strategi branding yang penting.

Konsistensi dalam penggunaan font family juga memperkuat identitas visual. Ketika sebuah brand menggunakan font yang sama di berbagai platform, konsumen lebih mudah mengenali merek tersebut (Henderson, Giese, & Cote, 2004). Sebagai contoh, banyak perusahaan besar yang secara khusus mengembangkan font family mereka sendiri untuk menjaga konsistensi. Hal ini menciptakan diferensiasi di pasar yang penuh dengan kompetitor. Dengan konsistensi font family, sebuah merek bisa memiliki ciri khas yang sulit ditiru. Akhirnya, konsistensi tersebut membangun kesan profesionalisme dan kepercayaan publik. Dengan demikian, font family adalah alat branding yang sangat efektif.

Selain branding, font family juga membangun suasana emosional dalam komunikasi visual. Penelitian menunjukkan bahwa tipografi mampu memicu respons emosional yang berbeda, tergantung pada jenis font yang digunakan (Kara, 2015). Misalnya, font dengan karakter melengkung cenderung menciptakan kesan ramah dan hangat. Sebaliknya, font dengan bentuk tegas bisa memberi kesan tegas dan otoritatif. Dengan pemahaman ini, desainer dapat menyusun strategi komunikasi yang lebih efektif. Identitas visual yang kuat pada akhirnya memperkuat daya tarik dan daya ingat audiens terhadap pesan. Jadi, font family memiliki peran signifikan dalam menciptakan pengalaman emosional yang terintegrasi dengan brand.


2.3 Menjamin Konsistensi Desain

Konsistensi desain adalah prinsip penting dalam menciptakan pengalaman pengguna yang mulus dan dapat diprediksi. Font family berperan besar dalam menjaga konsistensi tersebut dengan memungkinkan desainer menentukan hierarki tipografi yang jelas. Misalnya, heading, subheading, dan body text dapat diatur dengan variasi font dalam satu family yang sama. Hal ini membantu pembaca memahami struktur informasi tanpa kebingungan. Penelitian dalam bidang desain interaksi menunjukkan bahwa konsistensi visual meningkatkan kepuasan pengguna (Nielsen, 1994). Oleh karena itu, font family menjadi kunci dalam menciptakan antarmuka yang intuitif. Dengan konsistensi, pengguna tidak perlu menyesuaikan diri berulang kali saat berpindah antarhalaman.

Selain itu, konsistensi tipografi juga berhubungan dengan persepsi profesionalisme suatu produk. Studi menunjukkan bahwa desain yang konsisten menciptakan kesan kredibilitas lebih tinggi (Sillence et al., 2007). Font family yang konsisten pada setiap elemen teks akan membuat desain terlihat lebih teratur dan rapi. Sebaliknya, penggunaan font yang tidak konsisten bisa menimbulkan kesan amatir dan tidak serius. Hal ini berisiko merusak kepercayaan pengguna terhadap konten maupun brand. Dengan demikian, font family adalah salah satu alat paling efektif untuk menjaga kualitas visual secara keseluruhan. Konsistensi desain yang terjaga akan memperkuat kesan positif di benak audiens.

Konsistensi juga berdampak pada efisiensi dalam proses desain dan pengembangan. Dengan menetapkan font family sejak awal, tim desain dan developer memiliki acuan yang sama. Hal ini mengurangi risiko miskomunikasi serta mempercepat proses implementasi (Garrett, 2011). Dalam skala besar, seperti pengembangan aplikasi atau situs web perusahaan, konsistensi ini sangat penting untuk menghemat waktu dan biaya. Selain itu, konsistensi tipografi juga mendukung kemudahan dalam melakukan pembaruan desain di masa depan. Dengan begitu, penggunaan font family tidak hanya menguntungkan pengguna, tetapi juga efisien bagi tim produksi. Maka jelas, konsistensi tipografi adalah pilar penting dalam desain digital modern.


3. Konsep Dasar

“Font family” pada dasarnya adalah sebuah properti dalam CSS yang digunakan untuk menentukan jenis huruf pada elemen teks di halaman web. Properti ini memungkinkan desainer untuk mengatur tampilan teks agar sesuai dengan identitas visual maupun kebutuhan keterbacaan. Menurut Robbins (2018), tipografi adalah fondasi dari desain web karena teks merupakan komponen utama yang dikonsumsi pengguna. Oleh karena itu, memahami cara kerja font family adalah langkah awal yang wajib bagi siapa saja yang ingin menguasai desain web. Dalam praktiknya, font family didefinisikan dengan daftar font yang dipisahkan oleh koma. Daftar ini berfungsi sebagai fallback system jika font utama tidak tersedia di perangkat pengguna. Dengan demikian, konsep font family memastikan konsistensi visual di berbagai platform dan perangkat.

Struktur dasar penggunaan font family relatif sederhana namun memiliki dampak besar pada hasil akhir tampilan teks. Misalnya, desainer dapat menuliskan kode CSS seperti font-family: "Times New Roman", Times, serif;. Dalam contoh tersebut, “Times New Roman” adalah font utama, sedangkan “Times” dan serif berfungsi sebagai alternatif jika font utama tidak ditemukan. Menurut W3C (2021), praktik penggunaan fallback font ini penting untuk menjamin keterbacaan yang konsisten di berbagai sistem operasi. Dengan cara ini, meskipun pengguna tidak memiliki font tertentu terpasang di perangkat, teks tetap dapat ditampilkan dengan gaya yang serupa. Jadi, konsep dasar font family mencakup strategi teknis sekaligus prinsip desain.

body {
  font-family: "Times New Roman", Times, serif;
}

Selain itu, font family terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu font generic dan font khusus. Font generic meliputi jenis-jenis umum seperti serif, sans-serif, monospace, cursive, dan fantasy. Sedangkan font khusus adalah font yang lebih spesifik, misalnya Arial, Helvetica, atau Georgia. Menurut Felici (2012), penggunaan font generic sangat membantu dalam menjaga fleksibilitas desain karena hampir selalu tersedia di semua sistem. Namun, font khusus biasanya digunakan untuk memperkuat identitas visual atau branding. Dengan memahami perbedaan ini, desainer bisa lebih bijak dalam menentukan kapan harus memilih font generic dan kapan menggunakan font khusus. Perpaduan keduanya dapat menciptakan keseimbangan antara keterbacaan dan keunikan desain.

Lebih jauh, konsep font family juga erat kaitannya dengan sistem rendering teks pada browser. Setiap browser memiliki cara tersendiri dalam menampilkan font, yang dapat sedikit berbeda tergantung pada sistem operasi pengguna. Hal ini menjadikan pemahaman tentang fallback font semakin penting. Misalnya, meskipun dua orang membuka situs yang sama, hasil tampilan teks bisa sedikit berbeda karena perbedaan font rendering (Bringhurst, 2012). Oleh sebab itu, desainer perlu melakukan pengujian lintas platform untuk memastikan konsistensi pengalaman pengguna. Penguasaan konsep dasar ini bukan hanya soal menuliskan kode, melainkan juga soal mengantisipasi variasi teknis di lapangan. Dengan cara ini, desainer dapat memastikan desain tetap profesional dan inklusif.


4. Jenis dan Contoh

4.1 Serif

Font serif adalah jenis font yang memiliki garis kecil atau “kait” pada ujung setiap hurufnya. Gaya ini memberikan kesan tradisional, formal, dan sering digunakan dalam media cetak seperti buku atau koran. Penelitian tipografi menunjukkan bahwa font serif dapat meningkatkan keterbacaan dalam teks panjang karena membantu mata mengikuti alur tulisan (Tinker, 1963). Hal ini membuat serif menjadi pilihan populer untuk body text di dokumen cetak maupun digital. Namun, penggunaan font serif di layar digital terkadang menimbulkan tantangan karena ukuran kecilnya bisa tampak kurang jelas. Oleh sebab itu, pemilihan font serif dalam web desain harus mempertimbangkan konteks penggunaan. Dengan pendekatan yang tepat, serif tetap mampu menciptakan suasana profesional dan berwibawa.

Dalam CSS, font serif dapat ditentukan menggunakan properti font-family dengan fallback system. Contohnya, kita dapat menuliskan kode seperti berikut:

body {
  font-family: "Times New Roman", Georgia, serif;
}

Kode di atas menunjukkan bahwa “Times New Roman” adalah font utama, Georgia sebagai cadangan, dan serif sebagai generic font. Menurut W3C (2021), penggunaan generic font pada akhir daftar membantu menjaga konsistensi tampilan di berbagai platform. Dengan cara ini, meskipun perangkat tidak memiliki font khusus yang ditentukan, browser tetap dapat menampilkan teks dengan gaya serif.

Secara naratif, contoh kode tersebut menunjukkan prinsip dasar fallback system dalam font family. Desainer tidak bisa mengasumsikan bahwa setiap pengguna memiliki font yang sama di perangkat mereka. Oleh karena itu, strategi terbaik adalah menyusun daftar prioritas font agar tampilan tetap konsisten. Pendekatan ini sekaligus menjaga keterbacaan teks bagi semua pengguna. Dengan begitu, penggunaan font serif tetap relevan di era digital modern.


4.2 Sans-Serif

Font sans-serif adalah font yang tidak memiliki kait pada ujung hurufnya, sehingga tampilannya lebih sederhana dan modern. Jenis font ini banyak digunakan di media digital karena keterbacaannya yang baik pada layar resolusi rendah (Lupton, 2010). Sans-serif sering dianggap lebih netral, bersih, dan profesional sehingga cocok untuk berbagai konteks desain. Misalnya, situs web perusahaan teknologi cenderung menggunakan sans-serif untuk menekankan citra modern. Selain itu, sans-serif juga lebih fleksibel untuk tampilan responsif di berbagai perangkat. Dengan kesederhanaannya, font ini mampu memberikan pengalaman membaca yang lebih nyaman di layar digital.

Dalam CSS, contoh penerapan font sans-serif bisa dituliskan sebagai berikut:

p {
  font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;
}

Kode di atas menggunakan Arial sebagai font utama, Helvetica sebagai cadangan, dan sans-serif sebagai generic font. Dengan urutan tersebut, browser dapat memastikan teks tetap tampil dalam gaya sans-serif meskipun font utama tidak tersedia. Menurut Bringhurst (2012), penggunaan fallback font seperti ini adalah praktik terbaik dalam tipografi digital.

Naratif dari contoh kode di atas menekankan pentingnya kompatibilitas lintas platform. Tidak semua perangkat memiliki Arial atau Helvetica, sehingga fallback generic sans-serif sangat krusial. Strategi ini membuat tampilan tetap konsisten sekaligus menjaga keterbacaan. Hal ini memperlihatkan bagaimana sans-serif menjadi pilihan aman dan efektif dalam desain digital. Dengan demikian, sans-serif sering dijadikan standar default dalam banyak proyek web.


4.3 Monospace

Font monospace adalah jenis font di mana setiap huruf memiliki lebar yang sama. Karakteristik ini membuat monospace sangat berguna untuk menampilkan kode atau data yang membutuhkan keteraturan. Penelitian menunjukkan bahwa monospace meningkatkan keterbacaan dalam konteks pemrograman karena struktur teks yang sejajar (de Groot, 2003). Oleh karena itu, monospace sering digunakan di lingkungan coding, terminal, maupun dokumentasi teknis. Selain itu, gaya ini memberikan kesan fungsional dan sederhana. Namun, penggunaan monospace untuk teks panjang tidak direkomendasikan karena dapat menurunkan kenyamanan membaca. Jadi, monospace lebih cocok untuk konteks khusus daripada teks umum.

Contoh penggunaan monospace dalam CSS adalah sebagai berikut:

code {
  font-family: "Courier New", Courier, monospace;
}

Dalam kode tersebut, “Courier New” ditetapkan sebagai font utama, Courier sebagai alternatif, dan monospace sebagai generic font. Dengan cara ini, teks dalam elemen <code> ditampilkan secara konsisten di berbagai perangkat. Menurut Robbins (2018), praktik ini sangat penting untuk dokumentasi teknis karena memengaruhi keterbacaan kode.

Narasi dari kode di atas menegaskan bahwa monospace adalah standar tipografi untuk konteks pemrograman. Dengan menggunakan font monospace, setiap karakter memiliki jarak yang sama sehingga lebih mudah membandingkan baris kode. Hal ini membuat debugging dan analisis kode menjadi lebih efisien. Oleh karena itu, monospace tidak hanya penting secara estetika, tetapi juga fungsional. Dengan pendekatan ini, font monospace tetap relevan sebagai bagian dari strategi tipografi digital.


5. Implementasi dari Setiap Contoh

5.1 Implementasi Serif

Implementasi font serif umumnya digunakan pada teks dengan format panjang seperti artikel, laporan, atau blog. Desainer sering memilih serif untuk body text karena memberikan kesan formal dan meningkatkan keterbacaan dalam paragraf panjang (Tinker, 1963). Dalam konteks web, font serif dapat diimplementasikan melalui CSS dengan elemen yang mencakup seluruh body. Dengan begitu, semua teks di halaman akan konsisten dalam gaya serif. Namun, desainer perlu menguji tampilan di berbagai perangkat agar keterbacaan tetap terjaga. Penyesuaian ukuran font juga penting agar serif tetap nyaman dibaca di layar kecil. Dengan strategi ini, serif tetap bisa berfungsi optimal di dunia digital.

Berikut contoh implementasi CSS:

body {
  font-family: "Georgia", "Times New Roman", serif;
  font-size: 16px;
  line-height: 1.6;
}

Kode di atas tidak hanya mendefinisikan font family, tetapi juga mengatur ukuran dan tinggi baris teks. Menurut Felici (2012), kombinasi font-size dan line-height adalah faktor utama yang menentukan kenyamanan membaca. Dengan cara ini, serif tidak hanya berfungsi sebagai elemen visual, tetapi juga sebagai bagian dari desain yang mendukung usability. Implementasi ini menjadikan serif relevan untuk situs berita, blog akademis, maupun portal resmi.


5.2 Implementasi Sans-Serif

Font sans-serif sering dipilih untuk antarmuka pengguna modern karena kesederhanaannya. Implementasi sans-serif biasanya ditujukan pada heading, navigasi, atau konten utama di layar digital. Menurut Lupton (2010), sans-serif memiliki keunggulan keterbacaan di layar dengan resolusi rendah maupun tinggi. Dalam CSS, sans-serif dapat diterapkan dengan menargetkan elemen tertentu seperti paragraf atau heading. Hal ini memungkinkan desainer menciptakan hierarki tipografi yang jelas. Dengan strategi ini, sans-serif membantu membangun pengalaman pengguna yang lebih bersih dan mudah dipahami. Akhirnya, sans-serif menjadi pilihan standar dalam desain web kontemporer.

Berikut contoh implementasi CSS:

h1, h2, h3, p {
  font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;
  margin-bottom: 1rem;
}

Kode ini menunjukkan bagaimana sans-serif diterapkan pada elemen heading dan paragraf. Dengan margin yang konsisten, desain terlihat lebih rapi dan teratur. Menurut Robbins (2018), penggunaan sans-serif pada elemen kunci membantu membangun citra profesional dan modern. Implementasi ini sangat cocok untuk website portofolio, startup teknologi, atau platform e-learning. Sans-serif memberikan fleksibilitas tinggi sekaligus mempertahankan kesan minimalis yang bersih.


5.3 Implementasi Monospace

Implementasi monospace umumnya digunakan untuk menampilkan kode, log, atau data teknis. Karakteristiknya yang seragam membantu pembaca fokus pada struktur teks yang sejajar (de Groot, 2003). Dalam konteks web, monospace biasanya diaplikasikan pada elemen <code> atau <pre> untuk menampilkan potongan kode. Dengan demikian, pembaca lebih mudah memahami struktur logika yang ditampilkan. Penggunaan monospace juga mendukung akurasi visual dalam pembelajaran pemrograman. Oleh karena itu, implementasi monospace sangat penting pada situs dokumentasi dan forum pengembang. Dengan cara ini, monospace tidak hanya mendukung fungsi teknis tetapi juga proses edukasi.

Berikut contoh implementasi CSS:

code, pre {
  font-family: "Courier New", Courier, monospace;
  background-color: #f4f4f4;
  padding: 5px;
  border-radius: 4px;
}

Kode di atas memperlihatkan bahwa monospace sering dipadukan dengan gaya visual tambahan seperti latar belakang abu-abu dan padding. Menurut Bringhurst (2012), kombinasi tipografi dan desain visual mendukung keterbacaan kode secara signifikan. Dengan implementasi ini, teks kode lebih menonjol dan mudah dibedakan dari teks biasa. Praktik ini banyak digunakan di platform edukasi seperti tutorial online atau dokumentasi resmi. Dengan begitu, monospace tidak hanya memperjelas struktur, tetapi juga meningkatkan kenyamanan belajar.


6. Kesalahan

6.1 Tidak Menggunakan Fallback Font

Salah satu kesalahan umum dalam penggunaan font family adalah tidak menyertakan fallback font. Banyak desainer hanya menuliskan satu font khusus tanpa memikirkan kondisi perangkat pengguna. Padahal, tidak semua perangkat memiliki font yang sama terpasang secara default (W3C, 2021). Akibatnya, jika font utama tidak tersedia, browser akan menampilkan font acak yang bisa merusak konsistensi desain. Hal ini sering menurunkan keterbacaan dan mengganggu pengalaman pengguna. Dengan fallback font, masalah tersebut sebenarnya bisa diantisipasi dengan mudah. Maka, mengabaikan fallback adalah kesalahan dasar yang sebaiknya dihindari.

Berikut contoh kode yang salah:

body {
  font-family: "Times New Roman";
}

Dan berikut adalah contoh kode yang benar:

body {
  font-family: "Times New Roman", Times, serif;
}

Naratif dari perbandingan di atas menunjukkan bahwa penggunaan daftar font lebih aman daripada hanya mengandalkan satu font. Strategi ini memastikan teks tetap tampil dengan gaya serupa meskipun font utama tidak tersedia. Menurut Robbins (2018), fallback system adalah bagian penting dari praktik tipografi digital yang inklusif. Dengan cara ini, desainer dapat menghindari inkonsistensi visual yang mengurangi profesionalitas. Jadi, fallback bukan hanya tambahan, tetapi kebutuhan mendasar dalam desain web.


6.2 Terlalu Banyak Font dalam Satu Halaman

Kesalahan lain adalah menggunakan terlalu banyak jenis font dalam satu halaman web. Meskipun variasi bisa menarik, penggunaan berlebihan justru mengacaukan konsistensi visual. Penelitian dalam desain visual menunjukkan bahwa keteraturan adalah kunci kenyamanan membaca (Lidwell, Holden, & Butler, 2010). Jika terlalu banyak font digunakan, pembaca akan kesulitan fokus pada isi teks. Selain itu, penggunaan font beragam bisa menurunkan kesan profesional. Banyak pakar desain merekomendasikan maksimal dua hingga tiga font dalam satu proyek. Lebih dari itu, risiko inkonsistensi semakin tinggi. Maka, penggunaan font yang berlebihan jelas termasuk kesalahan yang harus dihindari.

Contoh kode yang salah:

h1 {
  font-family: "Arial", sans-serif;
}
p {
  font-family: "Times New Roman", serif;
}
span {
  font-family: "Courier New", monospace;
}

Contoh kode yang benar:

h1, h2, h3 {
  font-family: Arial, sans-serif;
}
p, span {
  font-family: "Times New Roman", serif;
}

Naratif dari kode di atas menunjukkan pentingnya membatasi jumlah font agar desain tetap konsisten. Dengan memilih dua font family, desainer bisa membedakan hierarki tanpa mengorbankan keteraturan. Hal ini sejalan dengan prinsip tipografi yang menekankan keseimbangan antara variasi dan konsistensi (Felici, 2012). Dengan membatasi jumlah font, pembaca lebih mudah memahami struktur konten. Maka, praktik ini membantu menjaga profesionalisme dalam desain web.


6.3 Mengabaikan Aksesibilitas

Kesalahan berikutnya adalah mengabaikan aspek aksesibilitas dalam pemilihan font family. Beberapa font mungkin terlihat menarik, tetapi tidak ramah bagi pengguna dengan keterbatasan visual. Misalnya, font dekoratif yang terlalu rumit sering menurunkan keterbacaan (Ling & van Schaik, 2002). Jika aksesibilitas diabaikan, sebagian pengguna bisa kesulitan memahami konten. Hal ini berlawanan dengan prinsip desain inklusif yang bertujuan agar semua orang dapat mengakses informasi dengan setara. Oleh sebab itu, desainer harus memikirkan aksesibilitas sejak awal. Menggunakan font yang sederhana dan jelas adalah langkah dasar yang mendukung inklusi. Dengan cara ini, desainer bisa menghindari diskriminasi digital.

Contoh kode yang salah:

p {
  font-family: "Papyrus", fantasy;
}

Contoh kode yang benar:

p {
  font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;
  font-size: 16px;
  line-height: 1.5;
}

Naratif dari kode di atas menunjukkan bahwa aksesibilitas dapat ditingkatkan dengan memilih font family sederhana. Arial atau Helvetica, misalnya, lebih mudah dibaca oleh pengguna dengan berbagai kondisi visual. Menurut W3C (2021), aksesibilitas adalah komponen wajib dalam desain web modern. Dengan menerapkan prinsip ini, desainer tidak hanya memperhatikan estetika tetapi juga kebutuhan nyata pengguna. Hal ini sekaligus meningkatkan kredibilitas dan profesionalisme situs. Jadi, mengabaikan aksesibilitas adalah kesalahan yang sangat merugikan.


Tabel Perbandingan Kesalahan dan Solusi

Kesalahan Umum Contoh Salah Contoh Benar Dampak Positif dari Solusi
Tidak menggunakan fallback font font-family: "Times New Roman"; font-family: "Times New Roman", Times, serif; Tampilan konsisten di semua perangkat
Terlalu banyak font 3+ font berbeda untuk tiap elemen Maksimal 2–3 font untuk seluruh halaman Desain lebih rapi dan profesional
Mengabaikan aksesibilitas font-family: "Papyrus", fantasy; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; Konten inklusif dan ramah pengguna

7. Best Practice

7.1 Gunakan Fallback Font Secara Konsisten

Salah satu praktik terbaik dalam penggunaan font family adalah selalu menyertakan fallback font. Fallback font berfungsi sebagai cadangan jika font utama tidak tersedia di perangkat pengguna. Menurut W3C (2021), penggunaan fallback adalah strategi penting untuk menjaga konsistensi tampilan teks lintas platform. Dengan menyertakan beberapa pilihan font, desainer dapat memastikan pengalaman membaca tetap optimal. Jika fallback diabaikan, pengguna bisa melihat teks dengan font acak yang mengganggu konsistensi desain. Praktik ini juga menunjukkan kepedulian desainer terhadap variasi perangkat dan sistem operasi. Oleh karena itu, fallback font wajib menjadi standar dalam setiap proyek desain web.

Selain itu, fallback font membantu menciptakan aksesibilitas yang lebih baik. Misalnya, jika font khusus gagal dimuat, pengguna tetap bisa membaca teks dengan font generic yang jelas. Hal ini mendukung prinsip desain inklusif yang menekankan akses informasi bagi semua orang (Henry, 2007). Dengan begitu, desainer dapat menghindari risiko kehilangan audiens hanya karena masalah teknis. Fallback font juga menjaga citra profesionalisme situs karena tampilan tetap konsisten. Maka, praktik ini tidak hanya teknis, tetapi juga strategis dalam komunikasi visual. Dengan konsistensi, kepercayaan pengguna dapat terjaga dengan baik.

Praktik penggunaan fallback juga mempermudah pengembangan lintas tim. Desainer dan developer memiliki acuan yang sama tentang font yang akan digunakan. Menurut Robbins (2018), hal ini mengurangi risiko miskomunikasi saat implementasi desain. Selain itu, fallback memudahkan proses perawatan situs di masa depan. Jika font utama harus diganti, fallback tetap menjaga tampilan tetap stabil. Dengan demikian, fallback font menjadi pondasi penting untuk fleksibilitas desain jangka panjang. Maka, penggunaan fallback adalah praktik terbaik yang tidak boleh diabaikan.


7.2 Batasi Jumlah Font yang Digunakan

Praktik terbaik berikutnya adalah membatasi jumlah font dalam satu proyek. Penggunaan font terlalu banyak bisa menimbulkan kesan berantakan dan tidak profesional. Penelitian dalam desain visual menunjukkan bahwa konsistensi tipografi meningkatkan kenyamanan membaca (Lidwell, Holden, & Butler, 2010). Oleh karena itu, banyak pakar menyarankan maksimal dua hingga tiga font family saja. Dengan jumlah terbatas, hierarki tipografi tetap bisa dibangun tanpa mengorbankan keteraturan. Desain yang rapi juga membuat pembaca lebih fokus pada isi pesan daripada distraksi visual. Maka, membatasi jumlah font adalah langkah penting dalam menjaga kualitas desain.

Selain menjaga estetika, membatasi jumlah font juga mendukung efisiensi teknis. Setiap font tambahan meningkatkan waktu loading halaman karena browser harus memuat file baru. Menurut Google (2020), performa situs sangat memengaruhi pengalaman pengguna dan peringkat mesin pencari. Dengan jumlah font yang lebih sedikit, waktu loading bisa dipangkas secara signifikan. Hal ini meningkatkan kepuasan pengguna dan mencegah bounce rate tinggi. Oleh sebab itu, strategi membatasi jumlah font tidak hanya soal desain, tetapi juga soal performa. Dengan demikian, praktik ini menguntungkan dari berbagai aspek.

Membatasi font juga membantu membangun identitas visual yang kuat. Ketika sebuah brand menggunakan font yang konsisten di semua platform, audiens lebih mudah mengenali merek tersebut (Henderson, Giese, & Cote, 2004). Jika terlalu banyak font digunakan, identitas visual menjadi kabur dan sulit diingat. Dengan font yang terbatas, desainer dapat menciptakan citra profesional dan mudah dikenali. Hal ini sekaligus mendukung strategi branding jangka panjang. Maka, pembatasan jumlah font adalah bagian integral dari praktik desain modern.


7.3 Perhatikan Aksesibilitas dalam Pemilihan Font

Praktik terbaik lain adalah selalu memperhatikan aksesibilitas ketika memilih font family. Tidak semua font mudah dibaca oleh pengguna dengan keterbatasan visual. Menurut Ling dan van Schaik (2002), font sederhana dengan bentuk huruf yang jelas lebih ramah bagi audiens yang memiliki gangguan penglihatan. Oleh sebab itu, desainer sebaiknya menghindari font dekoratif berlebihan untuk teks utama. Sebaliknya, font sans-serif atau serif yang sederhana lebih direkomendasikan. Dengan pilihan yang tepat, akses ke informasi dapat lebih merata. Hal ini sejalan dengan prinsip desain universal yang menekankan inklusivitas.

Selain bentuk huruf, ukuran dan spasi juga memengaruhi aksesibilitas. Misalnya, ukuran minimal 16px dengan line-height 1.5 dianggap sebagai standar keterbacaan di layar digital (W3C, 2021). Jika teks terlalu kecil atau terlalu rapat, pembaca akan kesulitan memahami isi konten. Dengan pengaturan yang sesuai, teks menjadi lebih nyaman untuk dibaca dalam waktu lama. Aksesibilitas ini tidak hanya membantu pengguna dengan keterbatasan, tetapi juga semua audiens secara umum. Maka, pemilihan font family harus selalu disertai dengan pengaturan teknis yang mendukung keterbacaan. Praktik ini memastikan konten tetap ramah bagi berbagai jenis pengguna.

Aksesibilitas juga berdampak pada kredibilitas dan reputasi situs. Menurut Henry (2007), situs yang memperhatikan aksesibilitas lebih dihargai karena menunjukkan tanggung jawab sosial. Sebaliknya, mengabaikan aspek ini bisa merusak citra brand di mata publik. Dengan memilih font yang inklusif, desainer juga mendukung regulasi global tentang aksesibilitas digital. Hal ini sangat relevan di era di mana keberagaman pengguna semakin diakui. Dengan demikian, aksesibilitas adalah salah satu praktik terbaik yang tidak bisa diabaikan.


8. Kesimpulan

Font family merupakan salah satu aspek fundamental dalam desain web yang memiliki peran besar terhadap keterbacaan, estetika, dan pengalaman pengguna. Dengan memilih dan mengimplementasikan font family secara tepat, desainer dapat menciptakan tampilan yang konsisten di berbagai perangkat. Kesalahan dalam penggunaan font, seperti tidak adanya fallback, terlalu banyak variasi font, dan mengabaikan aksesibilitas, terbukti dapat mengurangi kualitas desain. Penelitian akademis menegaskan bahwa tipografi yang baik meningkatkan kenyamanan membaca serta memperkuat identitas visual (Lidwell, Holden, & Butler, 2010). Oleh karena itu, pemahaman tentang konsep dasar, jenis font, serta praktik terbaik sangat penting. Selain itu, kemampuan untuk menghindari kesalahan umum dapat memperbaiki kredibilitas dan profesionalisme situs. Dengan demikian, font family bukan hanya elemen teknis, tetapi juga strategi komunikasi visual yang menentukan keberhasilan sebuah desain.

Di sisi lain, praktik terbaik seperti penggunaan fallback font, pembatasan jumlah font, dan perhatian pada aksesibilitas adalah kunci menjaga kualitas tipografi digital. Langkah-langkah sederhana ini memastikan teks tetap konsisten, ramah pengguna, dan sesuai dengan standar web modern. Implementasi yang tepat juga membantu meningkatkan performa teknis situs melalui waktu loading yang lebih cepat. Hal ini berdampak langsung pada pengalaman pengguna dan keberhasilan strategi branding. Menurut Robbins (2018), konsistensi tipografi adalah pondasi dalam membangun citra profesional di dunia digital. Maka, setiap desainer perlu menjadikan best practice ini sebagai standar dalam setiap proyek. Dengan demikian, pemahaman mendalam tentang font family akan terus relevan seiring perkembangan teknologi web.

Gagasan Utama:

  • Font family berperan penting dalam keterbacaan, estetika, dan branding.
  • Kesalahan umum seperti tanpa fallback, terlalu banyak font, dan mengabaikan aksesibilitas harus dihindari.
  • Best practice meliputi penggunaan fallback, pembatasan jumlah font, dan fokus pada aksesibilitas.
  • Tipografi yang konsisten meningkatkan pengalaman pengguna dan memperkuat identitas visual.
  • Implementasi font family yang tepat juga berdampak positif pada performa situs.
  • Font family bukan hanya teknis, tetapi strategi komunikasi visual.
  • Pengetahuan tipografi digital harus menjadi kompetensi wajib desainer modern.

9. Referensi

  • Felici, J. (2012). The complete manual of typography: A guide to setting perfect type. Berkeley, CA: Peachpit Press.
  • Google. (2020). Web fundamentals: Optimize webfont loading and rendering. Retrieved from https://developers.google.com/web/fundamentals
  • Henderson, P. W., Giese, J. L., & Cote, J. A. (2004). Impression management using typeface design. Journal of Marketing, 68(4), 60–72. https://doi.org/10.1509/jmkg.68.4.60.42736
  • Henry, S. L. (2007). Just ask: Integrating accessibility throughout design. Lulu.com.
  • Lidwell, W., Holden, K., & Butler, J. (2010). Universal principles of design. Beverly, MA: Rockport Publishers.
  • Ling, J., & van Schaik, P. (2002). The effect of text and background colour on visual search of Web pages. Displays, 23(5), 223–230. https://doi.org/10.1016/S0141-9382(02)00044-0
  • Robbins, J. N. (2018). Learning web design: A beginner’s guide to HTML, CSS, JavaScript, and web graphics (5th ed.). Sebastopol, CA: O’Reilly Media.
  • World Wide Web Consortium (W3C). (2021). Web content accessibility guidelines (WCAG) 2.1. Retrieved from https://www.w3.org/TR/WCAG21/

mulai diskusi

peraturan

Login menggunakan akun telegram untuk memulai diskusi.

Gunakan bahasa yang sopan, baik dan benar

Dilarang menggunakan perkataan yang mengandung unsur pelecehan, cacian dan merendahkan aggota forum lain.

Dilarang memulai pembicaraan yang keluar dari topik pembahasan.

pegaduan

panduan

Login menggunakan akun Github untuk mengajukan report.

Gunakan kalimat deskriptif yang jelas terkait kendala yang dihadapi dalam pengajuan report

Upload gambar screenshoot terkait report untuk membantu kami dalam penanganan report

Progress penanganan report dapat di monitoring pada halaman github course.

latihan

berikut ini adalah aktivitas latihan untuk modul Tentukan jenis huruf teks halaman web pada HTML dengan font family CSS

penugasan

aktivitas penugasan dan penilaian untuk modul Tentukan jenis huruf teks halaman web pada HTML dengan font family CSS