navigasi pertemuan

berlangsung | pertemuan 2


















Webserver sebagai fondasi akses digital

profile null user avater image
null
15 min red
September 22, 2025
Webserver sebagai fondasi akses digital

Webserver merupakan salah satu komponen fundamental dalam ekosistem internet modern. Hampir semua layanan berbasis web, mulai dari situs informasi sederhana, platform e-commerce yang kompleks, hingga aplikasi media sosial yang melibatkan jutaan pengguna, sangat bergantung pada keberadaan webserver sebagai penghubung utama antara pengguna dan konten digital yang mereka akses. Menurut Fielding dan Reschke (2014), webserver berfungsi sebagai perantara yang memastikan permintaan dari client, biasanya melalui browser, dapat diterima dan direspon dengan tepat oleh server. Tanpa keberadaan webserver yang andal, interaksi antara client dan server tidak dapat berjalan secara terstruktur maupun efisien, sehingga seluruh ekosistem layanan online yang kita nikmati sehari-hari akan terganggu atau bahkan tidak dapat berfungsi sama sekali.

Keberadaan webserver tidak hanya sebatas pada penyajian halaman web, tetapi juga mencakup peran penting dalam memastikan keamanan, kecepatan, serta stabilitas layanan. Di era digital yang sangat dinamis dan ditandai dengan mobilitas tinggi, webserver harus mampu melayani jutaan permintaan per detik tanpa menimbulkan penurunan performa yang signifikan. Menurut Lu et al. (2020), hal ini menuntut pengelolaan dan pengoptimalan yang matang, termasuk penerapan teknologi caching, load balancing, serta protokol keamanan seperti SSL/TLS untuk menjaga integritas dan kerahasiaan data pengguna. Dengan begitu, webserver tidak hanya berfungsi sebagai penyedia konten, tetapi juga sebagai garda terdepan yang menjaga kualitas pengalaman pengguna sekaligus melindungi data dari ancaman siber yang semakin kompleks.

Selain itu, perkembangan teknologi seperti cloud computing dan edge computing semakin memperluas peran webserver dalam mendukung layanan modern yang terdistribusi. Tidak lagi berfungsi secara monolitik pada satu lokasi fisik, webserver kini menjadi bagian integral dari arsitektur sistem yang tersebar di berbagai pusat data dan edge node. Zhou et al. (2019) menjelaskan bahwa arsitektur terdistribusi ini memungkinkan penyajian konten dan layanan dilakukan lebih dekat dengan lokasi pengguna, sehingga mengurangi latensi dan meningkatkan kecepatan akses. Dengan demikian, webserver bertransformasi dari sekadar penyaji konten menjadi komponen penting dalam ekosistem komputasi terdistribusi yang kompleks, mendukung berbagai aplikasi mulai dari streaming video hingga Internet of Things (IoT). Pemahaman mendalam tentang konsep webserver menjadi kunci untuk menguasai fondasi teknologi digital masa kini.

Artikel ini akan membahas secara komprehensif definisi, fungsi, komponen, jenis, hingga peran webserver di era digital.** Dengan pendekatan yang sistematis dan didukung oleh literatur terpercaya seperti Tanenbaum dan Wetherall (2011), diharapkan pembaca dapat memperoleh gambaran menyeluruh tentang bagaimana webserver bekerja, mengapa teknologi ini menjadi pilar utama dalam dunia internet, serta tantangan dan solusi terkini dalam pengelolaannya. Pengetahuan ini sangat penting bagi para pengembang, administrator sistem, dan siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang infrastruktur di balik layanan digital yang saat ini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.


2. Definisi Webserver

Webserver dapat didefinisikan sebagai perangkat lunak maupun perangkat keras yang memiliki fungsi utama menerima permintaan dari client melalui protokol HTTP atau HTTPS, kemudian memberikan respon berupa konten web yang diminta (Afsarmanesh & Camarinha-Matos, 2005). Secara garis besar, webserver berperan sebagai jembatan penting yang menghubungkan browser pengguna dengan data atau aplikasi yang tersimpan di server. Ketika seorang pengguna memasukkan alamat URL di browser atau mengklik sebuah tautan, permintaan tersebut diteruskan ke webserver yang bertugas untuk memprosesnya. Setelah itu, webserver mengirimkan kembali informasi yang sesuai, seperti halaman HTML, gambar, atau data lain yang dibutuhkan, agar dapat ditampilkan secara sempurna di layar pengguna. Dengan kata lain, webserver merupakan komponen inti yang memastikan interaksi antara manusia dan internet dapat berlangsung secara lancar dan efisien.

Dalam konteks perangkat lunak, webserver adalah program yang berjalan di atas sistem operasi tertentu dan bertanggung jawab untuk mengelola serta memproses permintaan web yang masuk. Beberapa contoh perangkat lunak webserver yang populer dan banyak digunakan di dunia teknologi antara lain Apache HTTP Server, Nginx, dan Microsoft Internet Information Services (IIS). Apache dikenal dengan fleksibilitas dan dukungan komunitas yang luas, Nginx unggul dalam efisiensi dan skalabilitas untuk trafik tinggi, sedangkan IIS terintegrasi erat dengan ekosistem Windows. Ketiga perangkat lunak ini menjalankan peran krusial dalam menerima request dari client, menjalankan skrip atau aplikasi backend jika diperlukan, serta mengirimkan respon yang tepat kembali ke pengguna. Sementara itu, dalam konteks perangkat keras, istilah webserver juga merujuk pada komputer fisik atau mesin server yang digunakan untuk menjalankan perangkat lunak tersebut, yang biasanya memiliki spesifikasi tinggi untuk menjamin kecepatan dan kestabilan layanan (Shay & Spinellis, 2017).

Hubungan antara client dan server dalam webserver mengikuti model arsitektur client-server yang menjadi fondasi utama komunikasi dalam layanan berbasis internet. Dalam model ini, browser yang digunakan oleh pengguna bertindak sebagai client yang mengirimkan permintaan (request) ke webserver. Webserver kemudian memproses permintaan tersebut dan mengirimkan respon berupa data atau halaman web yang diminta kembali ke client. Fielding dan Reschke (2014) menjelaskan bahwa arsitektur ini memungkinkan komunikasi yang terstruktur dan efisien antara perangkat pengguna dengan server penyedia layanan, memungkinkan berbagai jenis layanan web seperti browsing, transaksi online, hingga aplikasi berbasis cloud berjalan dengan lancar. Model client-server ini juga memberikan fleksibilitas dalam pengembangan aplikasi web, karena client dan server dapat dikembangkan, diatur, dan dioptimalkan secara terpisah namun tetap saling berinteraksi secara harmonis.


3. Fungsi Webserver

Menyajikan Konten Website

Fungsi paling mendasar dari sebuah webserver adalah menyajikan konten statis kepada pengguna. Konten ini mencakup file-file seperti HTML (struktur halaman), CSS (tata letak dan desain visual), serta file gambar yang membentuk tampilan antarmuka sebuah website. Saat seorang pengguna mengetikkan alamat website di browser mereka, browser akan mengirimkan permintaan ke server, dan webserver bertugas memproses permintaan tersebut. Setelah diproses, server mengirimkan konten yang diminta kembali ke browser untuk ditampilkan kepada pengguna. Menurut Lu et al. (2020), proses ini memungkinkan pengguna mengakses halaman-halaman web secara cepat dan konsisten. Fungsi ini menjadi pondasi utama dari semua aktivitas web, karena tanpa kemampuan untuk menyajikan konten, website tidak akan terlihat atau berfungsi di sisi pengguna.

Menangani Request dan Response HTTP/HTTPS

Selain menyajikan konten, webserver juga bertanggung jawab dalam menangani komunikasi antara client (pengguna) dan server melalui protokol HTTP (Hypertext Transfer Protocol) maupun HTTPS (versi aman dari HTTP). Protokol ini mengatur bagaimana permintaan (request) dari browser diproses dan bagaimana jawaban (response) dari server dikirimkan kembali. Respon yang diberikan tidak selalu konten statis; bisa juga berupa data dinamis yang dihasilkan oleh aplikasi web, misalnya hasil pencarian, isi keranjang belanja, atau data yang diambil dari database. Tanenbaum dan Wetherall (2011) menjelaskan bahwa peran webserver dalam mengelola alur request dan response ini sangat penting dalam memastikan website berjalan secara interaktif, responsif, dan sesuai dengan permintaan pengguna.

Mendukung Keamanan dan Logging

Di luar fungsi teknis utama, webserver juga dilengkapi dengan kemampuan pendukung yang sangat penting, khususnya dalam aspek keamanan dan pemantauan. Webserver modern mampu mengenkripsi komunikasi antara client dan server menggunakan protokol SSL/TLS, yang sangat penting dalam menjaga kerahasiaan dan integritas data—terutama dalam transaksi atau pengisian formulir online. Selain itu, webserver juga menjalankan fungsi logging, yaitu mencatat setiap aktivitas yang terjadi di dalam sistem, seperti siapa yang mengakses halaman tertentu, kapan waktu akses, dan dari mana lokasi akses tersebut dilakukan. Zhou et al. (2019) menekankan bahwa fungsi logging ini krusial tidak hanya untuk menganalisis performa server, tetapi juga untuk keperluan audit keamanan dan pelacakan aktivitas mencurigakan. Kombinasi antara fitur keamanan dan logging membuat webserver tidak hanya sebagai penyedia konten, tetapi juga sebagai penjaga integritas dan keandalan layanan web secara keseluruhan.


4. Komponen Utama Webserver

  1. Sebuah webserver terdiri dari beberapa komponen penting. Komponen paling mendasar adalah hardware server, yaitu mesin fisik yang menjalankan sistem operasi dan perangkat lunak webserver. Hardware ini bisa berupa server tradisional yang ditempatkan di pusat data (data center) dengan spesifikasi tinggi untuk menangani lalu lintas pengguna secara terus-menerus. Namun, perkembangan teknologi cloud computing memungkinkan penggunaan server berbasis cloud yang lebih elastis, fleksibel, dan skalabel, sehingga kapasitas dan sumber daya server dapat disesuaikan secara dinamis sesuai kebutuhan trafik website. Menurut Lu et al. (2020), pemilihan jenis hardware ini sangat menentukan performa dan keandalan webserver dalam menyajikan konten secara konsisten dan cepat kepada pengguna di seluruh dunia.

  2. Software webserver merupakan inti dari keseluruhan sistem webserver. Software inilah yang bertugas menerima permintaan dari client, memprosesnya, dan mengirimkan respons kembali dalam bentuk halaman web atau data lain. Salah satu software webserver yang paling populer adalah Apache HTTP Server, yang dikenal luas karena fleksibilitasnya, kemudahan konfigurasi, serta dukungan komunitas yang besar. Di sisi lain, Nginx muncul sebagai pilihan utama untuk kebutuhan yang menuntut efisiensi tinggi, terutama dalam menangani volume permintaan dalam skala besar dengan penggunaan sumber daya yang minimal. Shay dan Spinellis (2017) menegaskan bahwa pemilihan software webserver yang tepat sangat bergantung pada karakteristik website dan kebutuhan operasional, karena kedua software ini memiliki keunggulan dan keunikan masing-masing yang dapat dioptimalkan sesuai konteks penggunaan.

  3. Protokol komunikasi adalah elemen kunci yang memungkinkan webserver berfungsi secara efektif dan aman.** Webserver menggunakan protokol HTTP (HyperText Transfer Protocol) untuk mengatur bagaimana data dikirim dan diterima antara client dan server. Namun, dengan meningkatnya kebutuhan akan keamanan data, protokol HTTPS yang menggabungkan SSL/TLS (Secure Sockets Layer / Transport Layer Security) menjadi standar utama untuk melindungi informasi sensitif dari ancaman peretasan atau penyadapan. Fielding dan Reschke (2014) menjelaskan bahwa tanpa dukungan protokol ini, webserver tidak hanya akan kesulitan menjalankan fungsinya dalam mengelola komunikasi data, tetapi juga rentan terhadap berbagai serangan siber yang dapat merugikan pengguna dan pemilik website. Oleh karena itu, protokol komunikasi ini bukan hanya sebagai pengatur teknis, tetapi juga sebagai pilar penting dalam menjaga integritas, kerahasiaan, dan keandalan layanan web secara keseluruhan.


5. Jenis-Jenis Webserver

Apache HTTP Server

Apache HTTP Server merupakan salah satu webserver paling populer di dunia dan dikenal sebagai proyek open-source yang terus berkembang berkat kontribusi komunitas global. Keunggulan utama Apache terletak pada fleksibilitas konfigurasi yang memungkinkan administrator untuk menyesuaikan server sesuai kebutuhan spesifik, mulai dari pengaturan sederhana hingga konfigurasi kompleks dengan berbagai modul tambahan. Modul-modul ini memperluas kemampuan Apache, misalnya untuk autentikasi, penanganan bahasa pemrograman tertentu, atau pengaturan caching. Apache banyak digunakan pada sistem operasi berbasis Linux, karena kestabilan dan kemampuannya dalam menangani berbagai jenis aplikasi web, mulai dari situs kecil hingga platform besar. Shay dan Spinellis (2017) menyoroti bahwa kombinasi antara stabilitas, dukungan komunitas yang luas, serta dokumentasi lengkap menjadikan Apache pilihan utama bagi banyak pengembang dan administrator server di seluruh dunia.

Nginx

Nginx dikenal luas sebagai webserver yang dirancang dengan fokus pada performa tinggi dan efisiensi sumber daya. Salah satu kelebihan Nginx adalah kemampuannya menangani jutaan koneksi secara bersamaan tanpa menguras sumber daya server secara berlebihan. Hal ini membuat Nginx sangat cocok untuk aplikasi web berskala besar, seperti layanan streaming video, platform e-commerce dengan trafik tinggi, serta layanan cloud yang memerlukan respon cepat dan skalabilitas tinggi. Berbeda dengan model proses berbasis thread pada webserver tradisional, Nginx menggunakan pendekatan event-driven yang memungkinkan penanganan permintaan secara asinkron, sehingga meningkatkan throughput dan mengurangi latensi. Lu et al. (2020) menegaskan bahwa efisiensi dan keandalan Nginx menjadikannya alternatif utama yang semakin diminati oleh pengembang modern yang mengutamakan kecepatan, skalabilitas, dan pengelolaan trafik tinggi.

Microsoft IIS

Internet Information Services (IIS) adalah webserver yang dikembangkan oleh Microsoft dan secara khusus dirancang untuk terintegrasi secara erat dengan sistem operasi Windows Server. IIS banyak digunakan oleh perusahaan dan organisasi yang sudah menggunakan ekosistem teknologi Microsoft secara luas, karena kemudahan integrasinya dengan berbagai produk Microsoft seperti ASP.NET, Microsoft SQL Server, dan Active Directory. Dengan antarmuka pengguna grafis yang intuitif dan dukungan penuh terhadap berbagai teknologi Microsoft, IIS memungkinkan pengelolaan server yang lebih sederhana dan efisien terutama dalam lingkungan enterprise. Afsarmanesh dan Camarinha-Matos (2005) menyatakan bahwa integrasi yang erat antara IIS dengan sistem operasi Windows serta teknologi pendukungnya membuat IIS menjadi pilihan favorit bagi perusahaan yang mengandalkan solusi berbasis Microsoft, terutama untuk aplikasi internal maupun layanan web yang memerlukan keamanan dan manajemen yang terpusat.


6. Cara Kerja Webserver

Webserver bekerja berdasarkan prinsip request-response. Proses ini dimulai ketika client, yang biasanya berupa browser pengguna, mengirimkan permintaan (request) ke server dengan memasukkan URL atau melakukan interaksi pada halaman web. Setelah menerima permintaan tersebut, webserver akan mencari file yang sesuai atau menjalankan skrip yang dibutuhkan untuk menghasilkan respons. Respons ini kemudian dikirim kembali ke client dalam bentuk data yang dapat ditampilkan, seperti halaman web, gambar, atau file lainnya. Keseluruhan proses tersebut berlangsung sangat cepat, biasanya dalam hitungan milidetik, agar pengalaman pengguna tetap responsif dan seamless. Fielding dan Reschke (2014) menekankan bahwa efisiensi dalam siklus request-response ini adalah kunci utama agar komunikasi antara client dan server dapat berjalan lancar dan efektif di internet yang berskala global.

Konten statis dan dinamis memiliki cara penanganan yang berbeda oleh webserver. Untuk konten statis seperti gambar, file HTML, CSS, atau JavaScript, webserver cukup mengambil file tersebut dari penyimpanan dan mengirimkannya langsung ke client tanpa modifikasi lebih lanjut. Namun, ketika konten yang diminta bersifat dinamis, misalnya halaman yang berubah berdasarkan input pengguna atau data terbaru dari database, webserver harus berinteraksi dengan bahasa pemrograman seperti PHP, Python, atau framework backend lainnya. Webserver akan menjalankan skrip atau aplikasi yang menghasilkan konten yang disesuaikan tersebut, lalu mengirimkan hasilnya ke client. Tanenbaum dan Wetherall (2011) menjelaskan bahwa kemampuan ini memungkinkan website menjadi interaktif dan adaptif, sehingga pengalaman pengguna menjadi lebih personal dan relevan.

Selain fungsi dasar, webserver juga dibekali dengan mekanisme tambahan untuk meningkatkan performa dan keamanan. Salah satu mekanisme tersebut adalah caching, di mana webserver menyimpan salinan konten yang sering diminta sehingga permintaan berikutnya dapat dilayani lebih cepat tanpa harus mengambil data dari sumber asli berulang kali. Selain itu, load balancing digunakan untuk mendistribusikan trafik secara merata ke beberapa server, sehingga menghindari kelebihan beban pada satu server dan menjaga kestabilan layanan saat volume pengguna tinggi. Webserver juga memiliki fitur filtering yang dapat memblokir permintaan mencurigakan atau berbahaya, sebagai bagian dari pertahanan terhadap serangan siber. Zhou et al. (2019) menegaskan bahwa kombinasi mekanisme ini sangat penting untuk memastikan bahwa pengguna dapat mengakses konten website dengan cepat, lancar, dan aman, terutama dalam kondisi lalu lintas tinggi dan ancaman keamanan yang terus berkembang di dunia maya.


7. Peran Webserver di Era Digital

Webserver menjadi fondasi dari hampir semua layanan digital modern. Dalam era digital saat ini, hampir setiap aktivitas online yang kita lakukan—mulai dari berbelanja di platform e-commerce, mengikuti kelas daring, hingga berinteraksi di media sosial—mengandalkan webserver sebagai tulang punggung teknologinya. Webserver bertugas untuk menyajikan konten, mengelola interaksi pengguna, dan memastikan layanan dapat diakses secara real-time oleh jutaan pengguna di seluruh dunia. Lu et al. (2020) menegaskan bahwa tanpa kehadiran webserver yang handal, layanan digital tidak akan mampu memberikan pengalaman interaktif dan responsif yang kini menjadi standar harapan pengguna. Dengan kata lain, webserver bukan hanya sekadar penyimpan data, tetapi juga penghubung utama yang memungkinkan pertukaran informasi dan layanan secara dinamis di dunia maya.

Selain fungsi dasar tersebut, keamanan pengguna sangat bergantung pada konfigurasi dan kemampuan webserver. Dalam lingkungan digital yang semakin rawan terhadap serangan siber, webserver dilengkapi dengan berbagai teknologi keamanan yang vital. Penggunaan protokol SSL/TLS memungkinkan enkripsi data sehingga informasi yang dikirim antara server dan pengguna tetap terlindungi dari penyadapan dan manipulasi. Selain itu, firewall yang terpasang pada webserver berfungsi untuk memfilter lalu lintas jaringan dan mencegah akses dari sumber yang tidak terpercaya atau berbahaya. Sistem autentikasi juga menjadi bagian penting, memastikan hanya pengguna yang berwenang yang dapat mengakses data atau layanan tertentu. Zhou et al. (2019) menyoroti bahwa semua mekanisme ini menjadikan webserver sebagai pilar utama dalam menjaga integritas dan kepercayaan digital, yang pada akhirnya mendukung keberlangsungan bisnis dan layanan daring secara aman.

Webserver juga memegang peranan penting dalam mendukung skalabilitas dan ketersediaan sistem secara keseluruhan. Dengan kemajuan teknologi seperti cloud computing dan containerization, webserver modern kini dapat dengan mudah menyesuaikan kapasitas dan sumber daya sesuai dengan kebutuhan trafik yang berubah-ubah. Cloud computing memungkinkan pengalokasian server secara dinamis, sehingga saat trafik melonjak, sumber daya dapat ditingkatkan secara otomatis tanpa gangguan layanan. Sementara itu, containerization memungkinkan aplikasi dan layanan dijalankan secara terisolasi dan efisien, mempercepat proses deployment dan pemeliharaan sistem. Shay dan Spinellis (2017) menjelaskan bahwa kemampuan ini sangat penting agar layanan digital dapat melayani jutaan pengguna secara bersamaan dengan performa yang optimal dan ketersediaan yang tinggi, sehingga memastikan pengalaman pengguna tetap lancar dan memuaskan di segala kondisi.


8. Tantangan dan Isu dalam Pengelolaan Webserver

Pengelolaan webserver menghadapi tantangan serius dalam hal keamanan. Webserver sering menjadi target utama berbagai serangan siber yang berbahaya seperti Distributed Denial of Service (DDoS), SQL Injection, dan Cross-Site Scripting (XSS). Serangan-serangan ini memanfaatkan celah keamanan pada webserver untuk mengganggu layanan, mencuri data sensitif, atau bahkan mengambil alih kendali sistem. Menurut Tanenbaum dan Wetherall (2011), karena webserver berfungsi sebagai pintu gerbang utama bagi akses pengguna ke aplikasi dan data, keamanan menjadi prioritas utama dalam pengelolaannya. Oleh sebab itu, administrator webserver harus menerapkan berbagai langkah mitigasi yang ketat, mulai dari memperbarui perangkat lunak secara rutin, melakukan konfigurasi firewall yang tepat, menggunakan sistem deteksi dan pencegahan intrusi, hingga menerapkan teknik pengkodean yang aman agar serangan seperti SQL Injection dan XSS dapat dicegah sejak awal.

Selain aspek keamanan, performa webserver juga menjadi fokus utama dalam pengelolaan yang efektif. Webserver harus mampu menangani permintaan dalam jumlah besar secara simultan tanpa mengalami penurunan kecepatan respon yang dapat mengganggu pengalaman pengguna. Terutama untuk website dan aplikasi dengan trafik tinggi, ketidaksiapan dalam mengelola beban dapat menyebabkan keterlambatan akses atau bahkan kegagalan layanan. Untuk itu, pengoptimalan konfigurasi server sangat diperlukan agar proses pengiriman konten berjalan lebih efisien. Penggunaan caching menjadi strategi penting karena memungkinkan webserver menyimpan sementara data yang sering diakses sehingga dapat langsung dikirimkan tanpa perlu mengambil ulang dari sumber asli. Selain itu, implementasi load balancer menjadi kunci dalam mendistribusikan permintaan secara merata ke beberapa server, sehingga tidak ada satu server pun yang kelebihan beban. Lu et al. (2020) menekankan bahwa pengelolaan performa yang tepat tidak hanya meningkatkan kecepatan akses, tetapi juga menjaga stabilitas dan skalabilitas layanan.

Ketersediaan layanan merupakan aspek kritikal lain dalam pengelolaan webserver, khususnya bagi layanan komersial yang bergantung pada kehadiran online 24/7. Downtime atau waktu mati pada webserver dapat menimbulkan kerugian finansial yang signifikan serta merusak reputasi bisnis. Misalnya, toko online yang mengalami gangguan saat periode penjualan tinggi dapat kehilangan pelanggan dan pendapatan. Oleh karena itu, strategi untuk menjaga ketersediaan layanan sangat penting diterapkan. Konsep high availability memungkinkan sistem tetap beroperasi tanpa gangguan meskipun terjadi kegagalan pada salah satu komponen, sementara mekanisme failover secara otomatis mengalihkan trafik ke server cadangan ketika server utama bermasalah. Menurut Zhou et al. (2019), kombinasi teknik ini memastikan bahwa layanan webserver tetap dapat diakses secara terus-menerus dan handal, sehingga memberikan pengalaman pengguna yang konsisten dan menjaga kepercayaan pelanggan dalam jangka panjang.


9. Kesimpulan

Webserver merupakan elemen vital dalam dunia digital, berperan sebagai penyaji konten, pengatur komunikasi client-server, sekaligus penjaga keamanan layanan. Pemahaman tentang webserver sangat penting bagi siapa pun yang terlibat dalam pengembangan dan pengelolaan sistem berbasis internet (Fielding & Reschke, 2014).

Seiring berkembangnya teknologi, peran webserver semakin luas, tidak hanya sebagai penyaji halaman web tetapi juga sebagai bagian dari arsitektur sistem yang terdistribusi dan kompleks. Oleh karena itu, pengetahuan tentang webserver menjadi landasan penting untuk memahami infrastruktur internet di era digital (Lu et al., 2020).


Referensi

  • Afsarmanesh, H., & Camarinha-Matos, L. M. (2005). Collaborative networks: Reference modeling. Springer.
  • Fielding, R. T., & Reschke, J. (2014). Hypertext Transfer Protocol (HTTP/1.1): Message syntax and routing. Internet Engineering Task Force.
  • Lu, Y., Papagiannidis, S., & Alamanos, E. (2020). Internet of Things: A systematic review of business models and future research directions. Industrial Marketing Management, 86, 143-156.
  • Shay, L., & Spinellis, D. (2017). Software infrastructure for scalable web applications. IEEE Software, 34(6), 72-80.
  • Tanenbaum, A. S., & Wetherall, D. J. (2011). Computer networks (5th ed.). Pearson.
  • Zhou, K., Fu, C., & Yang, S. (2019). Big data driven smart energy management: From big data to big insights. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 56, 215–225.

mulai diskusi

peraturan

Login menggunakan akun telegram untuk memulai diskusi.

Gunakan bahasa yang sopan, baik dan benar

Dilarang menggunakan perkataan yang mengandung unsur pelecehan, cacian dan merendahkan aggota forum lain.

Dilarang memulai pembicaraan yang keluar dari topik pembahasan.

pegaduan

panduan

Login menggunakan akun Github untuk mengajukan report.

Gunakan kalimat deskriptif yang jelas terkait kendala yang dihadapi dalam pengajuan report

Upload gambar screenshoot terkait report untuk membantu kami dalam penanganan report

Progress penanganan report dapat di monitoring pada halaman github course.

latihan

berikut ini adalah aktivitas latihan untuk modul Webserver sebagai fondasi akses digital

penugasan

aktivitas penugasan dan penilaian untuk modul Webserver sebagai fondasi akses digital