navigasi pertemuan

berlangsung | pertemuan 5


















Meggunakan image dalam menyisipkan dan menampilkan media visual

profile Achmad Baihaqi user avater image
Achmad Baihaqi
64 min red
September 22, 2025
Meggunakan image dalam menyisipkan dan menampilkan media visual

Tag gambar HTML adalah salah satu elemen dasar yang digunakan untuk menampilkan gambar di dalam halaman web. Gambar berfungsi sebagai media vsual yang dapat memperkuat pesan yang disampaikan melalui teks. Tanpa adanya gambar, halaman web akan terasa datar dan kurang menarik bagi pengguna. Tag <img> memungkinkan pengembang web untuk menyisipkan ilustrasi, foto, atau ikon yang mendukung informasi. Menurut penelitian Mayer (2009), visualisasi memiliki peran penting dalam meningkatkan pemahaman pengguna terhadap konten digital. Dengan demikian, penggunaan gambar pada halaman web bukan sekadar estetika, melainkan bagian dari strategi komunikasi. Tag gambar HTML menjadi jembatan antara informasi tekstual dan representasi visual yang lebih mudah dipahami.

Potensi penggunaan tag gambar HTML sangat luas dalam berbagai konteks digital. Misalnya, sebuah artikel berita online akan lebih menarik jika disertai gambar relevan yang mendukung isi cerita. E-commerce juga sangat bergantung pada gambar produk yang ditampilkan melalui tag <img> agar konsumen dapat melihat detail barang sebelum membeli. Menurut studi Nielsen (2012), gambar yang relevan dapat meningkatkan keterlibatan pengguna hingga 80% dibandingkan teks semata. Hal ini membuktikan bahwa visualisasi melalui tag gambar bukan hanya pelengkap, tetapi juga strategi utama dalam desain web. Oleh karena itu, memahami cara kerja tag gambar HTML merupakan keterampilan penting bagi siapa pun yang ingin menguasai pembuatan web. Dengan pemahaman ini, halaman web tidak hanya fungsional tetapi juga komunikatif.

Selain meningkatkan daya tarik visual, tag gambar HTML juga memiliki peran strategis dalam aksesibilitas. Dengan atribut seperti alt, gambar dapat dijelaskan secara tekstual bagi pengguna yang memiliki keterbatasan visual. Menurut penelitian W3C (2017), atribut alt pada gambar membantu teknologi pembaca layar menyampaikan makna konten visual kepada pengguna tunanetra. Hal ini membuktikan bahwa gambar tidak hanya untuk estetika, tetapi juga bagian dari inklusivitas dalam teknologi web. Dengan menyertakan deskripsi alternatif, pengembang dapat memastikan bahwa semua pengguna mendapat pengalaman yang setara. Dalam konteks ini, tag gambar HTML memperlihatkan nilai kemanusiaan dari sebuah teknologi. Maka, memahami penggunaannya dengan benar akan berdampak pada kualitas akses informasi yang lebih adil.

Dalam era digital yang semakin kompetitif, gambar menjadi elemen penting dalam menarik perhatian pengguna di tengah banjir informasi. Tag gambar HTML memberikan cara yang sederhana namun efektif untuk menambahkan dimensi visual ke halaman web. Menurut Felke-Morris (2019), pengguna cenderung lebih cepat memahami pesan melalui gambar dibandingkan hanya teks. Hal ini memberikan peluang besar bagi pengembang web untuk menciptakan pengalaman pengguna yang lebih menyenangkan. Dengan memanfaatkan gambar secara tepat, sebuah situs web dapat terlihat lebih profesional dan meyakinkan. Namun, penggunaan gambar juga perlu memperhatikan aspek teknis agar tidak mengganggu kecepatan akses halaman. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang tag gambar HTML menjadi kunci sukses dalam pengembangan web modern.


2. Kenapa Penting

2.1 Membuat Halaman Lebih Menarik

Tag gambar HTML sangat penting karena mampu membuat halaman web terlihat lebih hidup dan menarik. Tampilan visual yang menarik akan membantu pengguna lebih lama berada di dalam halaman web dan membaca konten dengan nyaman. Menurut penelitian Nielsen (2012), kombinasi teks dan gambar dapat meningkatkan retensi informasi hingga 65% dibandingkan teks saja. Dengan memanfaatkan gambar, sebuah halaman bisa menyampaikan pesan lebih cepat karena visual lebih mudah ditangkap mata manusia. Gambar yang ditambahkan melalui tag <img> juga dapat memberikan kesan profesional pada sebuah situs. Hal ini penting terutama bagi perusahaan atau lembaga yang ingin meningkatkan kredibilitas secara online. Jadi, fungsi utama dari gambar adalah memperkuat daya tarik konten dan menciptakan pengalaman pengguna yang menyenangkan.

Selain daya tarik, gambar juga membantu menyampaikan informasi yang sulit dijelaskan hanya dengan teks. Sebuah garfik penjualan misalnya, jauh lebih mudah dipahami ketika ditampilkan dalam bentuk visual dibandingkan deretan angka panjang. Menurut Mayer (2009), otak manusia cenderung memproses informasi visual lebih cepat dibandingkan informasi verbal. Dengan demikian, tag gambar HTML memungkinkan pengembang menyajikan informasi yang lebih efisien. Hal ini membuktikan bahwa gambar tidak hanya berperan sebagai pemanis, tetapi juga sebagai sarana komunikasi yang kuat. Kemampuan untuk mengilustrasikan data dengan gambar meningkatkan pemahaman pengguna terhadap pesan yang disampaikan. Dengan cara ini, gambar membantu pengguna membuat keputusan lebih cepat.

Lebih jauh, penggunaan gambar juga meningkatkan nilai esettika dari sebuah halaman web. Menurut Felke-Morris (2019), desain visual yang baik mampu meningkatkan persepsi kualitas dari sebuah situs web. Gambar yang relevan dapat memberikan identitas visual dan membedakan situs dari kompetitor. Dengan adanya identitas ini, pengguna akan lebih mudah mengenali dan mengingat sebuah brand. Tag gambar HTML memungkinkan elemen-elemen visual ini dimasukkan dengan mudah dalam sebuah halaman. Jika dilakukan dengan konsisten, gambar dapat membangun citra profesional yang kuat. Inilah yang menjadikan tag gambar HTML sebagai salah satu pilar penting dalam desain komunikasi visual di dunia digital.


2.2 Mendukung Komunikasi Visual

Tag gambar HTML penting karena berfungsi sebagai media komunikasi visual yang efektif. Manusia secara alami lebih cepat memahami gambar dibandingkan membaca teks yang panjang. Menurut Kress dan van Leeuwen (2006), gambar merupakan bentuk representasi yang langsung berhubungan dengan pengalaman visual sehari-hari. Dengan adanya gambar, pesan yang kompleks bisa diringkas menjadi lebih sederhana. Misalnya, sebuah peta lokasi lebih mudah dipahami ketika ditampilkan dalam gambar dibandingkan dengan instruksi teks. Tag <img> memberikan sarana untuk menyampaikan pesan-pesan visual tersebut secara efisien. Hal ini menjadikan gambar sebagai bahasa universal di internet yang dapat dipahami tanpa hambatan bahasa.

Selain itu, komunikasi visual melalui gambar membantu memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Misalnya, dalam artikel kesehatan, gambar anatomi tubuh akan lebih memperjelas bagian yang dibahas. Menurut Mayer (2009), penggunaan gambar yang tepat dapat meningkatkan pemahaman pembaca hingga 89%. Hal ini menunjukkan bahwa tag gambar HTML tidak sekadar menambahkan elemen dekoratif, tetapi juga memiliki fungsi edukatif. Dengan memasukkan gambar, konten menjadi lebih interaktif dan komunikatif. Proses belajar pengguna pun menjadi lebih menyenangkan karena informasi tersampaikan dengan cara yang bervariasi. Inilah yang membedakan halaman dengan gambar dan halaman yang hanya berisi teks.

Komunikasi visual juga meningkatkan efektivitas penyampaian informasi di berbagai bidang. Dalam dunia bisnis, misalnya, foto produk dapat memberikan gambaran nyata kepada calon konsumen sebelum membeli. Menurut penelitian Chaffey dan Ellis-Chadwick (2019), visualisasi produk melalui gambar dapat meningkatkan tingkat kepercayaan konsumen. Tag gambar HTML memfasilitasi hal ini dengan cara yang sederhana dan fleksibel. Gambar yang jelas dan relevan akan mengurangi kebingungan pengguna terhadap isi konten. Dengan begitu, komunikasi antara penyedia informasi dan pengguna menjadi lebih lancar. Semua ini menunjukkan bahwa tag gambar HTML adalah fondasi penting dalam membangun komunikasi visual di internet.


2.3 Meningkatkan Aksesibilitas

Tag gambar HTML berperan penting dalam meningkatkan aksesibilitas bagi semua pengguna, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan. Dengan menambahkan atribut alt, gambar dapat dijelaskan melalui teks sehingga pembaca layar bisa membacakannya untuk pengguna tunanetra. Menurut W3C (2017), aksesibilitas adalah prinsip utama dalam desain web agar semua orang dapat menggunakan internet secara setara. Hal ini menunjukkan bahwa gambar tidak hanya untuk estetika, tetapi juga bagian dari hak akses informasi. Dengan penambahan deskripsi alternatif, pesan yang disampaikan melalui gambar tetap dapat dipahami walaupun visualnya tidak terlihat. Inklusi digital ini membuat situs lebih ramah bagi berbagai kelompok masyarakat. Jadi, tag gambar HTML berkontribusi langsung dalam menciptakan dunia digital yang lebih adil dan setara.

Aksesibilitas melalui tag gambar juga mendukung keberagaman cara pengguna mengakses informasi. Tidak semua orang memiliki kecepatan internet yang tinggi, sehingga kadang gambar gagal dimuat. Dalam kondisi ini, atribut alt akan menampilkan deskripsi teks yang menggantikan gambar. Menurut Lazar et al. (2017), hal ini membantu pengguna tetap memahami konten meskipun elemen visual tidak muncul. Dengan demikian, pengalaman pengguna tidak sepenuhnya bergantung pada ketersediaan gambar. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan tag gambar HTML yang benar dapat meningkatkan fleksibilitas akses. Pada akhirnya, situs web yang inklusif akan lebih dihargai oleh pengguna dari berbagai latar belakang.

Lebih jauh, aksesibilitas juga berkaitan dengan kepatuhan pada standar hukum dan regulasi. Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Undang-Undang Penyandang Disabilitas (ADA) mengharuskan situs web memenuhi standar aksesibilitas tertentu. Menurut Lazar et al. (2017), perusahaan dapat menghadapi konsekuensi hukum jika tidak menyediakan akses setara bagi semua pengguna. Dengan memanfaatkan tag gambar HTML dan atributnya, pengembang dapat lebih mudah memenuhi standar tersebut. Hal ini tidak hanya melindungi pengguna, tetapi juga melindungi organisasi dari risiko hukum. Aksesibilitas pada akhirnya bukan hanya kewajiban, tetapi juga bentuk tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, penggunaan tag gambar HTML secara tepat memberikan dampak positif yang luas.


2.4 Mendukung SEO (Search Engine Optimization)

Tag gambar HTML juga memiliki peran penting dalam optimasi mesin pencari atau SEO. Mesin pencari tidak bisa “melihat” gambar secara langsung, sehingga mereka bergantung pada atribut alt dan nama file untuk memahami isi gambar. Menurut Cutts (2014), gambar dengan deskripsi yang relevan dapat membantu meningkatkan peringkat halaman web di hasil pencarian. Hal ini berarti, selain membantu manusia, atribut gambar juga berfungsi memberi konteks bagi algoritma mesin pencari. Dengan optimasi yang tepat, gambar bisa menjadi sumber trafik tambahan bagi sebuah situs. Bahkan, banyak pengunjung yang menemukan situs melalui pencarian gambar di mesin pencari. Jadi, tag gambar HTML berkontribusi secara langsung pada visibilitas sebuah halaman di internet.

Selain meningkatkan peringkat, gambar juga mendukung pengalaman pengguna yang menjadi faktor penting dalam SEO. Mesin pencari semakin mempertimbangkan perilaku pengguna, seperti berapa lama mereka bertahan di halaman. Menurut Patel (2016), konten yang dilengkapi gambar cenderung membuat pengguna tinggal lebih lama karena lebih menarik secara visual. Dengan demikian, penggunaan tag gambar HTML yang benar dapat memberikan sinyal positif kepada mesin pencari. Hal ini menciptakan siklus yang menguntungkan: gambar meningkatkan pengalaman pengguna, lalu pengalaman itu mendukung ranking SEO. Inilah alasan mengapa gambar dianggap bagian dari strategi optimasi konten yang efektif. Tag gambar HTML bukan hanya alat teknis, tetapi juga bagian dari strategi digital marketing.

Lebih jauh, optimasi gambar juga dapat memperluas jangkauan audiens secara global. Dengan deskripsi yang jelas dan relevan, gambar dapat muncul di hasil pencarian lintas bahasa dan wilayah. Menurut Chaffey dan Ellis-Chadwick (2019), optimasi konten visual mampu membuka peluang pasar baru bagi organisasi. Hal ini memberikan keuntungan kompetitif, terutama bagi situs yang berfokus pada e-commerce dan publikasi. Tag gambar HTML menyediakan sarana teknis yang sederhana untuk mencapai tujuan tersebut. Ketika gambar dioptimasi dengan baik, mereka tidak hanya memperindah halaman tetapi juga mendukung strategi pertumbuhan. Oleh karena itu, tag gambar HTML memiliki peran ganda dalam memperkuat SEO dan memperluas jangkauan digital.


2.5 Mendukung Penyampaian Informasi Secara Kontekstual

Tag gambar HTML penting karena mampu memberikan konteks tambahan yang tidak bisa dijelaskan sepenuhnya dengan teks. Misalnya, dalam artikel pariwisata, gambar destinasi akan langsung memberi gambaran suasana kepada pembaca. Menurut Mayer (2009), kombinasi teks dan gambar secara simultan meningkatkan pemahaman karena otak memproses visual dan verbal secara bersamaan. Hal ini berarti gambar membantu mempercepat pemahaman pembaca terhadap isi konten. Tanpa gambar, pembaca harus membayangkan sendiri isi teks, yang kadang menimbulkan perbedaan persepsi. Dengan menampilkan gambar, informasi menjadi lebih objektif dan sesuai dengan realitas. Oleh karena itu, tag gambar HTML adalah sarana penting dalam penyampaian informasi kontekstual di web.

Selain menambah konteks, gambar juga meningkatkan kredibilitas informasi yang disajikan. Menurut Nielsen (2012), konten yang didukung gambar nyata lebih dipercaya pengguna dibandingkan konten yang hanya berisi teks. Misalnya, sebuah artikel sains yang menampilkan foto mikroskopis akan lebih meyakinkan pembaca. Tag <img> menyediakan cara sederhana untuk mengintegrasikan bukti visual tersebut ke dalam halaman web. Dengan begitu, pembaca tidak hanya menerima informasi, tetapi juga bukti visual yang memperkuat klaim. Kredibilitas ini menjadi penting terutama dalam dunia digital yang penuh dengan informasi palsu. Maka, gambar melalui tag HTML menjadi penopang kepercayaan pengguna terhadap sebuah situs.

Lebih jauh lagi, gambar juga membantu menghubungkan konten dengan emosi pembaca. Sebuah gambar bisa membangkitkan rasa senang, sedih, atau bahkan penasaran, yang sulit dicapai hanya dengan teks. Menurut Kress dan van Leeuwen (2006), komunikasi visual membawa dimensi emosional yang lebih dalam dibandingkan kata-kata. Dengan tag gambar HTML, dimensi ini dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam konten web. Hal ini membuat pesan lebih bermakna karena mampu menyentuh sisi rasional sekaligus emosional pengguna. Emosi yang terbangun dari gambar dapat meningkatkan keterikatan pengguna terhadap konten. Oleh sebab itu, gambar bukan hanya tambahan, tetapi elemen kunci dalam strategi penyampaian informasi digital.


3. Konsep Dasar

Tag gambar HTML ditulis menggunakan elemen <img>, yang berfungsi untuk menampilkan gambar pada halaman web. Tidak seperti elemen lain yang biasanya memiliki tag pembuka dan penutup, <img> adalah tag tunggal yang cukup ditulis sekali. Menurut W3C (2017), desain ini dipilih karena gambar tidak memiliki konten internal seperti teks atau elemen lain. Atribut utama yang wajib disertakan adalah src, yang digunakan untuk menentukan lokasi file gambar. Lokasi ini bisa berupa jalur relatif dalam folder proyek atau alamat URL absolut dari internet. Tanpa atribut src, gambar tidak akan muncul di halaman. Dengan kata lain, src adalah identitas yang memberi tahu browser dari mana gambar harus dimuat.

Selain src, atribut lain yang penting dalam tag gambar HTML adalah alt atau alternative text. Atribut ini berfungsi memberikan deskripsi teks tentang gambar, sehingga tetap ada informasi yang disampaikan meski gambar gagal dimuat. Menurut penelitian Lazar et al. (2017), atribut alt sangat penting dalam meningkatkan aksesibilitas web bagi pengguna tunanetra. Contoh sederhana penggunaan atribut ini adalah:

<img src="bunga.jpg" alt="Gambar bunga berwarna merah">  

Dengan adanya alt, pengguna masih bisa memahami bahwa gambar yang dimaksud adalah bunga merah meskipun file tidak terlihat. Oleh karena itu, alt tidak boleh diabaikan oleh pengembang web yang ingin membuat situs ramah pengguna. Tag gambar HTML tanpa alt dapat dianggap tidak lengkap dari segi aksesibilitas.

Selain src dan alt, atribut title juga sering digunakan dalam tag gambar HTML. Atribut ini memberikan informasi tambahan yang akan muncul sebagai tooltip saat kursor diarahkan ke gambar. Menurut Felke-Morris (2019), penggunaan title dapat meningkatkan interaksi pengguna dengan elemen visual. Contoh penggunaannya adalah:

<img src="gunung.jpg" alt="Gunung dengan puncak bersalju" title="Pemandangan gunung di pagi hari">  

Dengan atribut ini, pengguna tidak hanya melihat gambar, tetapi juga mendapatkan informasi tambahan saat berinteraksi dengannya. Meski demikian, title bersifat opsional dan tidak selalu harus digunakan. Penggunaan title sebaiknya dipertimbangkan jika memang ada informasi relevan yang ingin ditambahkan. Hal ini membuat pengalaman pengguna lebih kaya tanpa membebani tampilan halaman.

Konsep dasar lain yang perlu dipahami adalah cara browser membaca dan menampilkan gambar. Browser akan terlebih dahulu membaca kode HTML, kemudian mencari lokasi file sesuai dengan nilai src. Jika file ditemukan, maka gambar ditampilkan sesuai instruksi, namun jika gagal maka teks dari alt akan muncul sebagai gantinya. Menurut Mayer (2009), hal ini mencerminkan pentingnya redundansi dalam penyampaian informasi digital. Selain itu, ukuran file gambar juga berpengaruh pada kecepatan pemuatan halaman. Semakin besar ukuran gambar, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menampilkannya. Oleh sebab itu, meskipun tag gambar HTML sederhana, pemahaman tentang konsep dasar ini sangat penting bagi pengembang web. Dengan memahami alur ini, pengembang dapat memanfaatkan gambar secara efektif dan efisien.


4. Jenis dan Contoh

4.1 Gambar dengan Jalur Relatif

Tag gambar HTML dapat menggunakan jalur relatif untuk menampilkan gambar dari folder proyek yang sama. Jalur relatif berarti lokasi file gambar ditentukan berdasarkan posisi file HTML yang sedang dipanggil. Misalnya, jika file HTML dan file gambar berada dalam folder yang sama, cukup tuliskan nama file gambarnya. Menurut W3C (2017), jalur relatif memudahkan pengembang dalam mengorganisir file proyek karena tidak memerlukan alamat penuh. Namun, penggunaan jalur relatif harus hati-hati karena kesalahan struktur folder bisa membuat gambar tidak muncul. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:

<img src="kucing.jpg" alt="Seekor kucing berwarna putih">  

Kode ini akan menampilkan gambar kucing jika file kucing.jpg berada di folder yang sama dengan file HTML.

Penggunaan jalur relatif ini sangat cocok untuk proyek kecil atau saat belajar HTML dasar. Menurut Felke-Morris (2019), pendekatan ini lebih praktis karena tidak memerlukan URL panjang yang bisa menyulitkan pemula. Dengan jalur relatif, pengembang bisa lebih fokus pada struktur halaman web tanpa terganggu oleh masalah teknis jalur file. Namun, kelemahannya adalah jika file dipindahkan ke lokasi lain, jalur relatif bisa menjadi tidak valid. Oleh sebab itu, keterampilan dalam mengatur folder dan file menjadi kunci dalam penggunaan jalur relatif. Dengan pemahaman yang baik, pengembang dapat menjaga konsistensi tampilan web. Maka, jalur relatif tetap menjadi pilihan utama dalam tahap awal pembelajaran HTML.

Secara naratif, contoh kode jalur relatif tadi menunjukkan bagaimana sebuah gambar ditampilkan dengan sederhana. Browser membaca instruksi src="kucing.jpg" lalu mencari file dengan nama yang sama pada folder yang aktif. Jika ditemukan, gambar akan segera ditampilkan sesuai instruksi. Jika tidak ditemukan, teks pada atribut alt akan ditampilkan sebagai pengganti. Hal ini memperlihatkan pentingnya atribut alt dalam mendukung aksesibilitas dan ketahanan konten. Menurut Lazar et al. (2017), deskripsi teks alternatif ini sangat membantu pengguna dengan keterbatasan akses visual. Maka, meskipun jalur relatif sederhana, prinsip aksesibilitas tetap perlu dijaga dalam setiap implementasi tag gambar HTML.


4.2 Gambar dengan Jalur Absolut (URL Internet)

Selain jalur relatif, tag gambar HTML juga dapat menggunakan jalur absolut yang berupa URL dari internet. Jalur absolut berarti alamat lengkap file gambar ditulis secara penuh, termasuk protokol http atau https. Menurut W3C (2017), pendekatan ini memungkinkan pengembang menampilkan gambar dari sumber eksternal tanpa harus menyimpannya di server sendiri. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:

<img src="https://example.com/images/pemandangan.jpg" alt="Pemandangan pegunungan dengan langit biru">  

Kode ini akan menampilkan gambar langsung dari alamat yang ditentukan di internet. Dengan cara ini, sebuah halaman web dapat memanfaatkan banyak sumber daya visual tanpa menyimpan file berlebihan.

Penggunaan jalur absolut memiliki keunggulan karena gambar bisa diakses dari mana saja selama URL valid. Menurut Felke-Morris (2019), hal ini bermanfaat untuk menghemat ruang penyimpanan server karena file tidak perlu digandakan. Namun, kelemahannya adalah kecepatan akses gambar bergantung pada server eksternal yang menyediakannya. Jika server tersebut lambat atau tidak tersedia, maka gambar tidak akan muncul di halaman. Selain itu, ada risiko pelanggaran hak cipta jika gambar diambil sembarangan dari internet. Oleh karena itu, pengembang perlu memastikan bahwa sumber gambar legal dan dapat digunakan dengan bebas. Dengan demikian, jalur absolut memberikan fleksibilitas sekaligus tanggung jawab dalam penggunaannya.

Secara naratif, contoh kode jalur absolut tadi menunjukkan bagaimana browser mengambil file dari luar server lokal. Browser akan mengakses URL yang ditentukan dan menampilkan gambar jika berhasil memuatnya. Jika URL salah atau server tidak merespons, maka teks dari atribut alt akan ditampilkan sebagai pengganti. Menurut Mayer (2009), hal ini memperlihatkan pentingnya redundansi informasi dalam komunikasi digital. Dengan menyertakan teks alternatif, pengguna tetap dapat memahami konteks gambar meskipun visual gagal dimuat. Inilah alasan mengapa tag gambar HTML dengan jalur absolut harus selalu dilengkapi atribut alt. Tanpa atribut ini, halaman web berpotensi kehilangan makna ketika gambar tidak tersedia.


4.3 Gambar dengan Atribut Ukuran (Width dan Height)

Tag gambar HTML dapat dikombinasikan dengan atribut width dan height untuk mengatur ukuran tampilan gambar. Atribut ini memungkinkan gambar ditampilkan sesuai kebutuhan tanpa harus mengubah file aslinya. Menurut W3C (2017), penggunaan atribut ukuran membantu menjaga konsistensi tata letak halaman web. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:

<img src="burung.jpg" alt="Burung kecil di atas dahan" width="300" height="200">  

Kode ini akan menampilkan gambar dengan lebar 300 piksel dan tinggi 200 piksel. Dengan begitu, pengembang dapat menyesuaikan gambar agar tidak mengganggu struktur visual halaman.

Penggunaan atribut ukuran memberikan fleksibilitas bagi desainer web dalam mengatur estetika tampilan. Menurut Felke-Morris (2019), pengaturan ini bermanfaat untuk memastikan gambar tidak terlalu besar atau terlalu kecil bagi pengguna. Namun, penting untuk menjaga proporsi agar gambar tidak terlihat terdistorsi. Jika pengembang hanya menentukan salah satu atribut, biasanya browser akan menyesuaikan sisi lain secara otomatis. Tetapi, jika kedua atribut diatur dengan ukuran yang tidak sebanding, gambar akan terlihat aneh. Oleh karena itu, pemahaman tentang proporsi sangat penting dalam penerapan atribut ini. Dengan demikian, pengaturan ukuran harus dilakukan dengan cermat agar tetap informatif sekaligus estetis.

Secara naratif, contoh kode di atas menunjukkan bagaimana atribut width dan height bekerja langsung dalam tag gambar HTML. Browser membaca nilai piksel yang ditentukan lalu menampilkan gambar dengan ukuran yang sesuai. Jika ukuran yang diberikan tidak sesuai proporsi, maka gambar akan tampak gepeng atau melebar. Menurut Nielsen (2012), pengalaman visual yang buruk dapat memengaruhi persepsi pengguna terhadap kredibilitas sebuah situs. Karena itu, atribut alt tetap harus dipertahankan sebagai informasi cadangan bila gambar gagal dimuat. Dengan kombinasi atribut ukuran dan teks alternatif, sebuah halaman dapat menyajikan gambar yang lebih ramah pengguna. Inilah pentingnya memahami tidak hanya fungsi teknis, tetapi juga aspek pengalaman pengguna dari tag gambar HTML.


4.4 Gambar dengan Atribut Teks Alternatif (Alt)

Salah satu komponen penting dalam tag gambar HTML adalah atribut alt yang berfungsi sebagai teks alternatif. Atribut ini digunakan untuk memberikan deskripsi gambar ketika gambar tidak bisa ditampilkan. Menurut W3C (2017), teks alternatif sangat berperan dalam mendukung aksesibilitas, terutama bagi pengguna dengan keterbatasan penglihatan. Contoh penggunaan atribut alt adalah sebagai berikut:

<img src="gunung.jpg" alt="Pemandangan gunung dengan pepohonan hijau">  

Kode ini akan menampilkan gambar jika tersedia, dan jika gagal dimuat maka teks “Pemandangan gunung dengan pepohonan hijau” akan muncul. Dengan cara ini, makna konten tetap tersampaikan meskipun visual tidak dapat diakses.

Atribut alt tidak hanya penting untuk aksesibilitas, tetapi juga bermanfaat bagi optimasi mesin pencari. Menurut Enge et al. (2015), mesin pencari menggunakan teks alternatif untuk memahami konteks dari sebuah gambar. Dengan demikian, deskripsi yang jelas akan meningkatkan kemungkinan halaman web muncul pada hasil pencarian yang relevan. Selain itu, atribut ini membantu mempercepat pemahaman pembaca ketika menggunakan pembaca layar. Sayangnya, banyak pengembang pemula yang sering mengabaikan pentingnya atribut ini. Padahal, tanpa atribut alt, informasi dalam gambar bisa hilang sama sekali. Oleh sebab itu, praktik penggunaan teks alternatif sebaiknya menjadi kebiasaan dalam setiap implementasi tag gambar HTML.

Secara naratif, contoh kode tadi menunjukkan bahwa atribut alt memberikan nilai tambah yang signifikan. Browser akan menampilkan gambar sesuai jalur yang diberikan, tetapi jika jalur salah atau file hilang, teks alternatif akan muncul sebagai gantinya. Hal ini menjamin bahwa pengguna tidak kehilangan konteks meskipun gambar gagal dimuat. Menurut Lazar et al. (2017), desain yang inklusif dengan menyediakan deskripsi alternatif mampu memperluas jangkauan audiens. Dengan cara ini, sebuah halaman web bisa lebih ramah bagi semua orang, tidak hanya bagi mereka yang dapat melihat dengan jelas. Oleh karena itu, penggunaan atribut alt sebaiknya dianggap sebagai bagian dari standar etika dalam pembangunan web. Dengan begitu, tag gambar HTML dapat benar-benar menyampaikan informasi secara universal.


Tag gambar HTML juga dapat digunakan sebagai tautan dengan cara membungkusnya di dalam elemen <a>. Dengan cara ini, gambar tidak hanya berfungsi sebagai elemen visual, tetapi juga sebagai media navigasi. Menurut W3C (2017), penggunaan gambar sebagai tautan memudahkan interaksi pengguna karena elemen visual lebih cepat menarik perhatian. Contoh implementasinya adalah sebagai berikut:

<a href="https://example.com">
  <img src="logo.png" alt="Logo Perusahaan">
</a>

Kode tersebut akan menampilkan gambar logo yang dapat diklik untuk menuju ke alamat tertentu. Hal ini sering digunakan dalam pembuatan navigasi berbasis gambar, seperti banner atau ikon.

Penggunaan gambar sebagai tautan memiliki keunggulan dari sisi estetika dan efisiensi. Menurut Felke-Morris (2019), elemen visual mampu mempercepat proses pengenalan informasi dibandingkan teks biasa. Dengan demikian, pengguna lebih mudah memahami fungsi dari tautan jika menggunakan gambar yang representatif. Namun, penting untuk tetap menyediakan atribut alt yang informatif agar fungsinya tetap jelas. Jika tidak ada teks alternatif, pengguna dengan pembaca layar tidak akan mengetahui tujuan tautan tersebut. Oleh karena itu, gambar yang dijadikan tautan harus dipilih dengan cermat agar benar-benar relevan dengan konteks. Praktik ini akan membuat navigasi web lebih ramah sekaligus efektif.

Secara naratif, contoh kode di atas memperlihatkan bagaimana <a> bekerja sama dengan <img> dalam membentuk elemen interaktif. Browser akan menampilkan gambar, dan ketika gambar diklik, halaman akan diarahkan ke URL yang ditentukan. Jika gambar tidak dimuat, teks alternatif dari atribut alt tetap memberi informasi kepada pengguna. Menurut Krug (2014), navigasi yang intuitif adalah salah satu kunci kenyamanan dalam pengalaman pengguna. Dengan menjadikan gambar sebagai tautan, halaman web bisa lebih dinamis dan menarik secara visual. Namun, penggunaan yang berlebihan justru dapat membingungkan pengguna. Oleh sebab itu, keseimbangan antara teks dan gambar harus tetap dijaga.


4.6 Gambar dengan Atribut Title

Selain atribut alt, tag gambar HTML juga mendukung atribut title yang berfungsi memberikan informasi tambahan. Atribut ini biasanya muncul sebagai tooltip saat pengguna mengarahkan kursor ke gambar. Menurut W3C (2017), penggunaan atribut title membantu memperjelas makna gambar dengan menyediakan konteks tambahan. Contoh implementasinya adalah sebagai berikut:

<img src="bunga.jpg" alt="Bunga mawar merah" title="Mawar merah melambangkan cinta dan keindahan">  

Kode tersebut akan menampilkan gambar bunga, dan jika kursor diarahkan ke gambar, teks tambahan akan muncul. Dengan cara ini, pengguna mendapatkan dua lapisan informasi: teks alternatif dan deskripsi tambahan.

Penggunaan atribut title memiliki beberapa manfaat penting bagi desain web. Menurut Felke-Morris (2019), atribut ini mendukung komunikasi non-verbal dengan cara memberikan detail yang mungkin tidak langsung terlihat dari gambar. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman pengguna terhadap isi konten. Selain itu, atribut ini sering dipakai untuk menampilkan informasi singkat tanpa perlu menambahkan teks baru di halaman. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua pengguna dapat mengakses tooltip ini dengan mudah, misalnya mereka yang menggunakan perangkat layar sentuh. Oleh karena itu, atribut title sebaiknya diperlakukan sebagai pelengkap, bukan pengganti atribut alt. Dengan keseimbangan ini, halaman web akan tetap informatif dan inklusif.

Secara naratif, contoh kode di atas menunjukkan interaksi sederhana yang memperkaya pengalaman pengguna. Browser akan menampilkan gambar, lalu menampilkan teks tambahan ketika pengguna menaruh kursor di atasnya. Jika gambar gagal dimuat, atribut alt tetap memastikan informasi utama tetap tersampaikan. Menurut Lazar et al. (2017), desain web yang baik adalah yang mampu memberikan informasi melalui berbagai saluran, bukan hanya visual. Dengan adanya atribut title, pengguna bisa memperoleh wawasan lebih banyak hanya dari satu elemen gambar. Hal ini memperlihatkan fleksibilitas tag gambar HTML dalam mendukung aksesibilitas dan usability. Oleh sebab itu, meskipun sering dianggap kecil, atribut ini tetap memiliki peran penting dalam pengembangan web.


4.7 Gambar dengan Peta Gambar (Image Map)

Tag gambar HTML dapat dikombinasikan dengan elemen <map> untuk membuat peta gambar atau image map. Dengan teknik ini, bagian tertentu dari gambar dapat dijadikan area klik yang menuju ke tautan berbeda. Menurut W3C (2017), penggunaan image map memungkinkan satu gambar digunakan sebagai navigasi interaktif tanpa perlu membuat banyak elemen terpisah. Contoh implementasinya adalah sebagai berikut:

<img src="peta.jpg" alt="Peta Indonesia" usemap="#petaindonesia">

<map name="petaindonesia">
  <area shape="rect" coords="34,44,270,350" href="https://example.com/jawa" alt="Pulau Jawa">
  <area shape="circle" coords="477,300,75" href="https://example.com/kalimantan" alt="Pulau Kalimantan">
</map>

Kode ini memungkinkan pengguna mengklik area tertentu di dalam gambar untuk menuju ke halaman yang berbeda.

Penggunaan image map banyak dimanfaatkan pada aplikasi interaktif berbasis visual. Menurut Felke-Morris (2019), metode ini efektif untuk representasi data geografis, diagram, atau skema yang membutuhkan interaksi pengguna. Misalnya, sebuah peta negara bisa menautkan setiap pulau ke halaman detailnya. Hal ini membuat navigasi lebih intuitif karena pengguna dapat langsung memilih objek pada gambar. Namun, kelemahannya adalah image map bisa membingungkan jika tidak dilengkapi dengan deskripsi yang jelas. Selain itu, pengguna dengan keterbatasan penglihatan mungkin kesulitan mengakses fitur ini. Oleh karena itu, kombinasi dengan atribut alt dan struktur navigasi alternatif tetap diperlukan. Dengan begitu, peta gambar dapat inklusif dan bermanfaat bagi semua pengguna.

Secara naratif, contoh kode tadi memperlihatkan bagaimana elemen <img> bekerja sama dengan <map> dan <area>. Browser akan menampilkan gambar, lalu memberikan area interaktif sesuai koordinat yang ditentukan. Jika pengguna mengklik area tersebut, browser akan membuka URL yang terkait. Menurut Krug (2014), navigasi berbasis gambar yang jelas dapat mempercepat pemahaman pengguna terhadap struktur konten. Namun, jika koordinat area tidak akurat atau gambar berubah ukuran, maka tautan bisa salah tempat. Oleh sebab itu, pengembang perlu berhati-hati dalam menentukan koordinat agar interaksi tetap presisi. Dengan perencanaan yang baik, image map dapat meningkatkan nilai fungsional dari tag gambar HTML.


4.8 Gambar Animasi dengan Format GIF

Tag gambar HTML tidak hanya terbatas pada gambar statis, tetapi juga dapat menampilkan gambar animasi berformat GIF. Format ini populer karena mendukung animasi sederhana tanpa perlu kode tambahan. Menurut W3C (2017), GIF adalah salah satu format gambar yang paling kompatibel dengan browser modern. Contoh implementasinya adalah sebagai berikut:

<img src="animasi.gif" alt="Animasi bola memantul">  

Kode tersebut akan menampilkan animasi berupa bola yang bergerak naik turun. Dengan cara ini, pengembang dapat menambahkan elemen dinamis ke halaman web tanpa memerlukan teknologi lain.

Penggunaan GIF dalam tag gambar HTML memberikan nilai tambah pada aspek visual. Menurut Felke-Morris (2019), animasi sederhana dapat meningkatkan keterlibatan pengguna dan memperjelas maksud dari konten. Misalnya, animasi dapat digunakan untuk menunjukkan proses, memberikan petunjuk, atau sekadar mempercantik tampilan. Namun, GIF juga memiliki keterbatasan, seperti ukuran file yang besar jika durasi animasi panjang. Selain itu, kualitas warna GIF terbatas hingga 256 warna, sehingga tidak selalu ideal untuk konten visual yang kompleks. Oleh sebab itu, pengembang perlu bijak dalam memilih format GIF sesuai kebutuhan. Dengan perencanaan yang tepat, GIF dapat menjadi elemen efektif untuk memperkaya pengalaman pengguna.

Secara naratif, contoh kode di atas menunjukkan betapa mudahnya menambahkan animasi ke dalam halaman web dengan tag gambar HTML. Browser akan memuat file GIF dan menjalankan animasinya secara otomatis tanpa interaksi tambahan. Jika file tidak ditemukan, teks alternatif tetap muncul agar informasi tetap tersampaikan. Menurut Nielsen (2012), keberadaan animasi dapat memengaruhi fokus pengguna, baik secara positif maupun negatif. Jika digunakan secara proporsional, animasi dapat memperjelas pesan. Namun, jika berlebihan, justru dapat mengganggu kenyamanan membaca. Oleh karena itu, GIF sebaiknya digunakan secara selektif sesuai dengan konteks halaman web.


4.9 Gambar dengan Format SVG (Scalable Vector Graphics)

Tag gambar HTML juga mendukung format SVG yang berbasis vektor. Tidak seperti format raster seperti JPEG atau PNG, SVG menyimpan informasi dalam bentuk kode berbasis XML. Menurut W3C (2017), keunggulan utama SVG adalah skalabilitasnya, di mana gambar dapat diperbesar atau diperkecil tanpa kehilangan kualitas. Contoh penggunaan SVG pada tag gambar HTML adalah sebagai berikut:

<img src="logo.svg" alt="Logo perusahaan berbasis vektor">  

Kode tersebut akan menampilkan logo dengan kualitas yang tetap tajam pada berbagai ukuran layar. Inilah sebabnya format SVG banyak digunakan untuk ikon, logo, dan ilustrasi grafis pada web modern.

Penggunaan SVG membawa manfaat signifikan bagi pengembangan web. Menurut Felke-Morris (2019), gambar berbasis vektor lebih ringan dibandingkan gambar raster karena tidak menyimpan setiap piksel. Hal ini membuat halaman lebih cepat dimuat, terutama pada perangkat dengan koneksi internet lambat. Selain itu, SVG dapat diedit langsung melalui teks karena berbasis XML, sehingga fleksibel untuk pengembang. Namun, SVG kurang cocok untuk gambar fotografi yang kompleks karena jumlah detailnya terlalu tinggi untuk diwakili oleh vektor. Oleh karena itu, pemilihan format gambar harus disesuaikan dengan kebutuhan konten. Dengan strategi yang tepat, SVG dapat menjadi solusi optimal untuk grafis modern di web.

Secara naratif, contoh kode di atas menunjukkan bagaimana browser menampilkan file SVG dengan cara yang sama seperti format gambar lain. Bedanya, SVG tetap terlihat tajam meskipun diperbesar pada layar resolusi tinggi. Jika file SVG tidak tersedia, atribut alt tetap memberikan deskripsi alternatif. Menurut Nielsen (2012), kualitas visual yang konsisten sangat berpengaruh pada pengalaman pengguna. Dengan SVG, halaman web dapat tampil lebih profesional karena gambar tidak pecah saat diperbesar. Namun, pengembang tetap perlu memperhatikan kompatibilitas dan optimasi file SVG agar tidak mengganggu performa. Dengan begitu, penggunaan SVG pada tag gambar HTML benar-benar bisa memberikan keunggulan fungsional dan estetis.


4.10 Gambar dengan Format PNG (Portable Network Graphics)

Tag gambar HTML juga mendukung format PNG yang populer karena kualitas tinggi dan dukungan transparansi. Format ini biasanya digunakan untuk ikon, logo, dan gambar yang membutuhkan latar belakang transparan. Menurut W3C (2017), PNG dikembangkan sebagai alternatif modern dari GIF dengan dukungan warna lebih luas. Contoh penggunaan format PNG adalah sebagai berikut:

<img src="ikon.png" alt="Ikon aplikasi dengan latar belakang transparan">  

Kode tersebut akan menampilkan gambar ikon dengan kualitas tajam dan tetap mempertahankan transparansi latar belakang. Hal ini sangat bermanfaat ketika gambar ditempatkan di atas berbagai warna atau elemen desain.

Penggunaan PNG memiliki keunggulan dibandingkan format lain dalam beberapa aspek. Menurut Felke-Morris (2019), PNG mendukung lossless compression, artinya kualitas gambar tetap terjaga meskipun ukuran file diperkecil. Fitur transparansi membuat PNG menjadi pilihan utama untuk logo dan ikon dalam desain web modern. Namun, kelemahannya adalah ukuran file PNG cenderung lebih besar dibandingkan JPEG. Hal ini bisa memengaruhi kecepatan pemuatan halaman jika tidak dioptimalkan. Oleh sebab itu, pengembang perlu menyeimbangkan antara kualitas visual dan performa web. Dengan pemahaman ini, PNG dapat digunakan secara strategis untuk elemen visual yang kritis.

Secara naratif, contoh kode di atas memperlihatkan bagaimana format PNG bekerja dalam tag gambar HTML. Browser akan menampilkan gambar dengan detail yang baik sekaligus mempertahankan latar belakang transparan. Jika file tidak tersedia, teks alternatif akan muncul untuk menjaga makna konten. Menurut Nielsen (2012), konsistensi visual sangat penting untuk membangun kepercayaan pengguna terhadap situs. Dengan PNG, desain web menjadi lebih fleksibel karena ikon atau logo bisa tampil menyatu dengan berbagai elemen latar belakang. Namun, pengembang tetap harus melakukan kompresi agar performa situs tidak terganggu. Dengan begitu, penggunaan PNG dapat memberikan keseimbangan antara kualitas estetika dan efisiensi teknis.


4.11 Gambar dengan Format JPEG (Joint Photographic Experts Group)

Format JPEG adalah salah satu format gambar paling umum digunakan dalam tag gambar HTML. Format ini didesain khusus untuk menampilkan gambar fotografi dengan jumlah warna yang kompleks. Menurut W3C (2017), JPEG mendukung lossy compression, yaitu teknik kompresi yang mengurangi ukuran file dengan mengorbankan sedikit kualitas. Contoh penggunaan format JPEG dalam tag gambar adalah sebagai berikut:

<img src="pemandangan.jpg" alt="Foto pemandangan pegunungan saat matahari terbit">  

Kode tersebut akan menampilkan foto dengan detail yang baik, meskipun ukuran file sudah diperkecil. Hal ini membuat JPEG sangat cocok digunakan untuk konten visual yang penuh detail, seperti foto alam atau potret manusia.

Penggunaan JPEG memberikan keunggulan dari sisi efisiensi dan kompatibilitas. Menurut Felke-Morris (2019), JPEG dapat menampilkan gambar dengan ukuran file yang lebih kecil dibandingkan PNG, sehingga mempercepat pemuatan halaman. Hal ini sangat penting untuk menjaga pengalaman pengguna di perangkat dengan koneksi internet terbatas. Namun, karena menggunakan kompresi lossy, kualitas gambar bisa menurun jika tingkat kompresi terlalu tinggi. Oleh sebab itu, pengembang harus menyeimbangkan antara ukuran file dan kejernihan visual. Selain itu, JPEG tidak mendukung transparansi, sehingga kurang cocok untuk logo atau ikon. Dengan strategi yang tepat, JPEG tetap menjadi pilihan utama untuk gambar fotografi di web.

Secara naratif, contoh kode tadi memperlihatkan bagaimana JPEG diintegrasikan ke dalam halaman web. Browser akan memuat file gambar sesuai dengan jalur yang ditentukan, lalu menampilkannya dengan kualitas yang cukup baik meski sudah dikompresi. Jika gambar gagal dimuat, teks alternatif tetap memberikan informasi kepada pengguna. Menurut Nielsen (2012), kecepatan memuat halaman sangat berpengaruh terhadap kepuasan pengguna. Oleh karena itu, JPEG sering digunakan karena mampu menyeimbangkan kualitas visual dengan efisiensi ukuran file. Dengan pemahaman yang baik, pengembang dapat memanfaatkan JPEG untuk memperkaya konten visual tanpa mengorbankan performa.


4.12 Gambar dengan Format WebP

Format WebP adalah format gambar modern yang dikembangkan oleh Google untuk menghadirkan kualitas tinggi dengan ukuran file lebih kecil. WebP mendukung kompresi lossy maupun lossless, sehingga fleksibel untuk berbagai kebutuhan. Menurut W3C (2017), format ini juga mendukung transparansi seperti PNG dan animasi seperti GIF. Contoh penggunaannya dalam tag gambar HTML adalah sebagai berikut:

<img src="contoh.webp" alt="Ilustrasi grafis dalam format WebP">  

Kode tersebut akan menampilkan gambar dengan kualitas visual yang tajam namun ukuran file relatif kecil. Dengan cara ini, halaman web dapat dimuat lebih cepat tanpa mengorbankan estetika.

Penggunaan WebP memberikan keuntungan besar terutama dalam optimasi performa situs. Menurut Felke-Morris (2019), format ini mampu mengurangi ukuran file hingga 30% lebih kecil dibandingkan JPEG atau PNG dengan kualitas serupa. Hal ini menjadikannya pilihan populer untuk situs modern yang mengutamakan kecepatan. Selain itu, WebP didukung oleh banyak browser terbaru, meskipun kompatibilitas penuh masih berkembang. Kekurangannya adalah beberapa perangkat lama atau browser tertentu mungkin tidak mendukung format ini. Oleh karena itu, pengembang sering menyediakan fallback berupa JPEG atau PNG untuk menjaga aksesibilitas. Dengan strategi ini, WebP dapat dimanfaatkan maksimal tanpa mengorbankan pengalaman pengguna.

Secara naratif, contoh kode di atas memperlihatkan bagaimana WebP diintegrasikan dengan cara yang sama seperti format lain. Browser yang mendukung akan menampilkan gambar dengan cepat dan berkualitas tinggi. Jika tidak mendukung, maka alternatif lain perlu dipersiapkan agar konten tetap dapat diakses. Menurut Nielsen (2012), kecepatan memuat halaman merupakan salah satu faktor terpenting dalam mempertahankan pengunjung. Dengan WebP, kecepatan ini bisa ditingkatkan tanpa kehilangan kualitas visual. Namun, pengembang tetap harus memperhatikan kompatibilitas lintas platform. Dengan keseimbangan tersebut, WebP menjadi salah satu solusi paling efisien untuk penggunaan tag gambar HTML di era modern.


4.13 Gambar dengan Atribut loading="lazy"

Tag gambar HTML mendukung atribut loading yang dapat digunakan untuk menunda pemuatan gambar hingga diperlukan. Nilai lazy pada atribut ini berarti gambar baru dimuat ketika pengguna menggulir halaman hingga gambar terlihat di layar. Menurut W3C (2020), teknik ini dikenal sebagai lazy loading dan digunakan untuk meningkatkan performa web. Contoh implementasinya adalah sebagai berikut:

<img src="panorama.jpg" alt="Panorama kota di malam hari" loading="lazy">  

Kode tersebut memastikan gambar tidak langsung dimuat saat halaman dibuka, melainkan hanya ketika berada dalam jangkauan pandangan pengguna. Dengan demikian, waktu pemuatan halaman menjadi lebih singkat.

Penggunaan atribut loading="lazy" memberikan manfaat besar terutama untuk halaman dengan banyak gambar. Menurut Felke-Morris (2019), metode ini mengurangi beban server sekaligus mempercepat pengalaman pengguna. Dengan gambar yang dimuat secara bertahap, bandwidth internet bisa lebih hemat. Hal ini juga penting untuk perangkat seluler yang sering memiliki keterbatasan jaringan. Namun, tidak semua browser lama mendukung fitur ini, sehingga pengembang perlu mempertimbangkan fallback. Walaupun begitu, adopsi lazy loading semakin meningkat seiring perkembangan browser modern. Oleh karena itu, atribut ini menjadi salah satu cara efektif dalam optimasi gambar di HTML.

Secara naratif, contoh kode di atas menunjukkan bagaimana browser mengatur strategi pemuatan gambar. Browser menunda pemanggilan file hingga pengguna benar-benar membutuhkan gambar tersebut. Jika gambar gagal dimuat, atribut alt tetap menjaga agar informasi tidak hilang. Menurut Nielsen (2012), kecepatan akses konten adalah salah satu faktor utama dalam kenyamanan pengguna. Dengan lazy loading, halaman dapat tetap interaktif meskipun memiliki banyak konten visual. Inilah alasan mengapa atribut loading menjadi inovasi penting dalam pengembangan web modern. Dengan penggunaannya, tag gambar HTML tidak hanya berfungsi sebagai elemen visual, tetapi juga sebagai instrumen optimasi performa.


4.14 Gambar dengan Elemen <figure> dan <figcaption>

Elemen <figure> dan <figcaption> digunakan untuk memberikan konteks tambahan pada gambar dalam HTML. <figure> berfungsi sebagai wadah yang menampung gambar, sedangkan <figcaption> digunakan untuk memberikan keterangan atau deskripsi. Menurut W3C (2017), kombinasi keduanya membantu meningkatkan aksesibilitas dengan memberikan makna semantik pada gambar. Contoh implementasi yang umum digunakan adalah sebagai berikut:

<figure>
  <img src="gunung.jpg" alt="Pemandangan gunung saat matahari terbit">
  <figcaption>Pemandangan indah gunung di pagi hari</figcaption>
</figure>

Kode ini tidak hanya menampilkan gambar, tetapi juga memberikan keterangan yang memperkaya pemahaman pengguna. Dengan cara ini, konten visual menjadi lebih informatif dan terstruktur.

Penggunaan <figure> dan <figcaption> juga penting dalam konteks dokumentasi dan publikasi ilmiah. Menurut Felke-Morris (2019), elemen ini membantu pembaca memahami makna gambar tanpa perlu penjelasan tambahan di luar konteks. Sebagai contoh, sebuah artikel berita yang menampilkan foto peristiwa akan lebih bermakna jika disertai keterangan. Dengan menambahkan <figcaption>, informasi dapat disampaikan langsung bersama gambar. Hal ini sangat membantu pengguna dengan keterbatasan akses, misalnya pengguna pembaca layar. Di sisi lain, struktur ini juga memudahkan mesin pencari memahami isi halaman. Dengan demikian, penggunaan elemen ini memberikan keuntungan fungsional dan semantik sekaligus.

Secara naratif, contoh kode di atas memperlihatkan bagaimana <figure> membungkus gambar dan <figcaption> menambahkan konteks. Ketika halaman dimuat, pengguna dapat melihat gambar sekaligus membaca deskripsinya. Jika gambar tidak muncul, keterangan tetap ada untuk menjelaskan maksudnya. Menurut Nielsen (2012), penyajian informasi yang jelas meningkatkan pengalaman pengguna secara signifikan. Dengan elemen ini, pengembang dapat menyajikan konten visual yang lebih kaya dan bermakna. Pada akhirnya, kombinasi <figure> dan <figcaption> adalah praktik baik yang memperkuat komunikasi melalui gambar. Inilah sebabnya keduanya banyak digunakan dalam artikel, jurnal, hingga situs berita.


4.15 Gambar dengan Atribut width dan height

Atribut width dan height pada tag gambar HTML digunakan untuk menentukan ukuran gambar yang ditampilkan di halaman. Atribut ini memberikan nilai dalam satuan piksel yang menetapkan lebar dan tinggi gambar. Menurut W3C (2017), penggunaan atribut ini membantu browser memesan ruang yang tepat sebelum gambar selesai dimuat. Berikut adalah contoh sederhana implementasinya:

<img src="bunga.jpg" alt="Bunga berwarna merah" width="400" height="300">

Kode tersebut akan menampilkan gambar dengan ukuran 400 piksel untuk lebar dan 300 piksel untuk tinggi. Dengan penetapan ini, tampilan halaman menjadi lebih stabil karena ruang untuk gambar sudah dipersiapkan.

Penggunaan atribut width dan height sangat bermanfaat untuk meningkatkan performa halaman web. Menurut Felke-Morris (2019), ketika ukuran gambar ditentukan secara eksplisit, browser tidak perlu menyesuaikan ulang tata letak saat gambar dimuat. Hal ini mengurangi kemungkinan terjadinya layout shift, yang dapat mengganggu pengalaman pengguna. Penetapan ukuran juga membantu mengoptimalkan penyajian gambar pada perangkat dengan layar lebih kecil. Walaupun begitu, ukuran yang ditentukan harus disesuaikan dengan resolusi gambar agar tidak terjadi distorsi. Jika ukuran tidak proporsional, gambar bisa terlihat melebar atau menyusut secara tidak alami. Oleh karena itu, pengembang perlu menyeimbangkan antara efisiensi dan estetika.

Secara naratif, contoh kode di atas menegaskan pentingnya atribut width dan height dalam menjaga kestabilan tampilan. Gambar bunga yang ditentukan ukurannya akan muncul sesuai ruang yang disediakan, tanpa menggeser elemen lain di sekitarnya. Jika atribut ini diabaikan, browser mungkin akan menampilkan halaman dengan tata letak yang berubah-ubah saat gambar dimuat. Menurut Nielsen (2012), kestabilan visual adalah salah satu faktor utama dalam kenyamanan pengguna. Dengan menentukan ukuran gambar sejak awal, pengembang bisa meminimalkan masalah tersebut. Pada akhirnya, atribut width dan height memberikan manfaat teknis sekaligus visual yang sangat relevan dalam penggunaan tag gambar HTML.


4.16 Gambar dengan Atribut alt untuk Aksesibilitas

Atribut alt adalah salah satu elemen terpenting dalam tag gambar HTML karena berfungsi memberikan teks alternatif. Teks ini akan ditampilkan ketika gambar gagal dimuat atau digunakan oleh pembaca layar bagi pengguna dengan keterbatasan penglihatan. Menurut W3C (2018), atribut alt adalah bagian dari standar aksesibilitas yang mendukung prinsip desain inklusif. Contoh penggunaannya dapat dilihat pada kode berikut:

<img src="hewan.jpg" alt="Seekor kucing duduk di atas kursi kayu">

Kode tersebut menampilkan gambar kucing, tetapi jika gambar tidak tersedia, teks alternatif tetap menjelaskan isi gambar. Dengan begitu, pengguna tetap mendapatkan informasi meskipun konten visual tidak dapat diakses.

Penggunaan atribut alt memiliki manfaat besar dalam meningkatkan pengalaman pengguna. Menurut Felke-Morris (2019), gambar tanpa teks alternatif berpotensi menyulitkan pengguna dengan keterbatasan akses. Selain itu, atribut ini juga penting untuk mesin pencari dalam memahami isi gambar. Hal ini mendukung SEO karena deskripsi yang relevan dapat meningkatkan visibilitas halaman di hasil pencarian. Namun, teks alternatif harus disusun dengan jelas, ringkas, dan sesuai konteks. Penggunaan kata yang terlalu panjang atau tidak relevan justru akan membingungkan. Oleh karena itu, pengembang harus berhati-hati dalam menyusunnya agar tetap efektif.

Secara naratif, contoh kode di atas memperlihatkan peran alt dalam menjaga informasi tetap tersampaikan. Jika gambar kucing gagal dimuat karena masalah jaringan, teks alternatif “Seekor kucing duduk di atas kursi kayu” tetap menjelaskan maknanya. Dengan cara ini, pengguna tidak kehilangan konteks meskipun tidak melihat visual. Menurut Nielsen (2012), aksesibilitas adalah bagian penting dari pengalaman pengguna yang berkualitas. Atribut alt menjadi jembatan yang menyatukan fungsi teknis dan aspek inklusif dalam desain web. Oleh karena itu, setiap gambar dalam HTML sebaiknya selalu dilengkapi dengan deskripsi alternatif yang relevan.


Baik 👍, kita masuk ke jenis ketujuh belas dalam Bagian 4: Jenis dan Contoh. Struktur tetap: 3 paragraf × 7 kalimat, sertakan contoh kode, lalu penjelasan naratif.


4.17 Gambar dengan Atribut title

Atribut title pada tag gambar HTML digunakan untuk memberikan informasi tambahan berupa teks singkat yang muncul ketika kursor diarahkan ke gambar. Fitur ini disebut tooltip, yang membantu memberikan detail tanpa mengubah tata letak halaman. Menurut W3C (2018), penggunaan atribut title dapat memperkaya pengalaman pengguna dengan menyediakan konteks tambahan. Contoh implementasinya adalah sebagai berikut:

<img src="pantai.jpg" alt="Pemandangan pantai" title="Pantai dengan pasir putih di sore hari">

Kode tersebut menampilkan gambar pantai dengan teks alternatif, sekaligus memberikan tooltip ketika pengguna mengarahkan kursor. Dengan cara ini, informasi dapat disampaikan secara ringkas tanpa memenuhi ruang visual.

Penggunaan atribut title bermanfaat dalam berbagai situasi, terutama ketika gambar membutuhkan penjelasan singkat. Menurut Felke-Morris (2019), informasi yang ditambahkan melalui tooltip dapat memperkuat pemahaman pengguna. Hal ini sering digunakan pada gambar yang memiliki makna simbolis atau detail teknis. Namun, atribut title tidak boleh digunakan sebagai pengganti alt karena keduanya memiliki fungsi yang berbeda. alt fokus pada aksesibilitas, sementara title berfungsi sebagai informasi tambahan opsional. Perlu dicatat bahwa tidak semua pengguna dapat mengakses tooltip dengan mudah, misalnya pada perangkat layar sentuh. Oleh sebab itu, penggunaan atribut ini harus dipertimbangkan secara bijak.

Secara naratif, contoh kode di atas memperlihatkan bagaimana atribut title memberikan nilai tambah pada gambar. Saat kursor diarahkan ke gambar pantai, tooltip akan muncul dengan keterangan tambahan. Jika gambar gagal dimuat, teks alternatif tetap berfungsi sesuai standar aksesibilitas. Menurut Nielsen (2012), desain yang baik adalah yang menyediakan informasi melalui berbagai saluran tanpa membingungkan pengguna. Atribut title adalah salah satu cara untuk menyajikan informasi tambahan tanpa mengubah struktur halaman. Dengan demikian, pengguna mendapatkan manfaat ganda dari gambar, baik dari sisi visual maupun informasi tambahan yang disediakan.


4.18 Gambar sebagai Tautan dengan Elemen <a>

Dalam HTML, gambar dapat difungsikan sebagai tautan dengan membungkus tag <img> di dalam elemen <a>. Teknik ini sering digunakan untuk membuat tombol bergambar atau menautkan gambar ke halaman tertentu. Menurut W3C (2017), kombinasi <a> dan <img> memberikan pengalaman interaktif dengan menggabungkan visual dan navigasi. Contoh penggunaannya dapat dilihat pada kode berikut:

<a href="artikel.html">
  <img src="bukujpg" alt="Gambar sampul artikel">
</a>

Kode tersebut menampilkan gambar yang berfungsi sebagai tombol untuk membuka halaman artikel. Dengan cara ini, gambar menjadi elemen navigasi yang intuitif dan mudah dipahami pengguna.

Penggunaan gambar sebagai tautan memiliki banyak manfaat dalam desain web. Menurut Felke-Morris (2019), elemen visual lebih cepat menarik perhatian pengguna dibandingkan teks biasa. Sebuah ikon atau logo yang difungsikan sebagai tautan dapat meningkatkan keterlibatan dan memperkuat identitas merek. Namun, penting untuk tetap menyediakan atribut alt agar tautan tetap dapat dimengerti jika gambar tidak muncul. Tanpa teks alternatif, navigasi bisa menjadi tidak jelas, terutama bagi pengguna dengan keterbatasan akses. Oleh sebab itu, pengembang perlu memastikan gambar sebagai tautan tetap memenuhi prinsip aksesibilitas. Dengan demikian, fungsi navigasi tetap efektif untuk semua jenis pengguna.

Secara naratif, contoh kode di atas memperlihatkan bagaimana gambar sampul artikel dijadikan tautan menuju halaman terkait. Ketika pengguna mengklik gambar tersebut, browser akan langsung membuka halaman tujuan. Jika gambar gagal dimuat, teks alternatif “Gambar sampul artikel” tetap menjelaskan maksudnya. Menurut Nielsen (2012), navigasi yang jelas adalah kunci dalam menjaga pengalaman pengguna tetap positif. Dengan gambar sebagai tautan, navigasi dapat dibuat lebih menarik dan mudah dipahami. Teknik ini membuktikan bahwa tag gambar HTML tidak hanya berfungsi untuk menampilkan visual, tetapi juga untuk mendukung interaktivitas dalam desain web.


4.19 Gambar dengan Atribut usemap (Image Map Interaktif)

Atribut usemap pada tag gambar HTML memungkinkan sebuah gambar dijadikan peta interaktif dengan area tertentu yang dapat diklik. Setiap area dalam gambar bisa diarahkan ke tautan berbeda sesuai dengan koordinat yang ditentukan. Menurut W3C (2017), teknik ini disebut image map dan sering digunakan untuk navigasi berbasis visual. Contoh implementasi kode dasar adalah sebagai berikut:

<img src="peta.jpg" alt="Peta interaktif" usemap="#petaku">

<map name="petaku">
  <area shape="rect" coords="34,44,270,350" href="kota1.html" alt="Kota 1">
  <area shape="circle" coords="500,150,60" href="kota2.html" alt="Kota 2">
</map>

Kode ini menampilkan gambar peta dengan dua area klik: satu berbentuk persegi panjang dan satu berbentuk lingkaran. Dengan cara ini, pengguna dapat menavigasi ke halaman berbeda berdasarkan area gambar yang dipilih.

Penggunaan atribut usemap memberikan pengalaman interaktif yang lebih visual. Menurut Felke-Morris (2019), teknik ini sangat berguna dalam aplikasi edukasi, permainan, atau peta geografis online. Dengan menentukan koordinat pada gambar, pengembang dapat menciptakan sistem navigasi yang intuitif. Namun, metode ini harus digunakan dengan hati-hati agar area klik tidak membingungkan pengguna. Jika gambar berubah ukuran, koordinat mungkin tidak lagi sesuai sehingga perlu disesuaikan. Oleh sebab itu, pengembang biasanya menguji fungsionalitas pada berbagai perangkat. Hal ini memastikan bahwa image map tetap responsif dan dapat digunakan dengan baik.

Secara naratif, contoh kode di atas memperlihatkan bagaimana gambar peta diubah menjadi elemen interaktif. Saat pengguna mengklik persegi panjang pada koordinat tertentu, mereka diarahkan ke halaman “kota1.html”. Demikian juga, klik pada lingkaran akan membuka halaman “kota2.html”. Jika gambar gagal dimuat, teks alternatif “Peta interaktif” tetap menjelaskan fungsi dasarnya. Menurut Nielsen (2012), interaktivitas visual meningkatkan keterlibatan pengguna ketika navigasi dibuat intuitif. Dengan image map, pengembang bisa mengubah gambar biasa menjadi alat navigasi yang kaya makna. Teknik ini memperlihatkan fleksibilitas luar biasa dari tag gambar HTML dalam mendukung desain interaktif.


4.20 Gambar Dekoratif

Tidak semua gambar dalam HTML digunakan untuk menyampaikan informasi; sebagian hanya berfungsi sebagai dekorasi visual. Gambar dekoratif biasanya digunakan untuk mempercantik tampilan tanpa memberikan makna tambahan pada konten. Menurut W3C (2018), gambar dekoratif sebaiknya diatur agar tidak mengganggu aksesibilitas pengguna. Cara yang umum adalah dengan memberikan atribut alt kosong sehingga pembaca layar mengabaikan gambar tersebut. Contoh implementasinya adalah sebagai berikut:

<img src="ornamen.png" alt="">

Kode ini menampilkan gambar ornamen tanpa deskripsi, karena memang tidak memiliki nilai informatif. Dengan cara ini, gambar hanya berperan memperindah tampilan halaman.

Penggunaan gambar dekoratif memiliki manfaat dalam menciptakan desain web yang menarik. Menurut Felke-Morris (2019), elemen visual dapat meningkatkan daya tarik halaman dan membuat pengguna merasa lebih nyaman. Namun, gambar dekoratif yang berlebihan bisa memperlambat waktu pemuatan halaman. Oleh karena itu, pengembang perlu menyeimbangkan antara estetika dan performa. Selain itu, gambar dekoratif tidak boleh digunakan untuk menyampaikan informasi penting. Jika informasi penting hanya disampaikan melalui dekorasi visual, maka pengguna dengan keterbatasan akses bisa kehilangan konteks. Hal ini menegaskan bahwa gambar dekoratif harus diperlakukan dengan bijak dalam desain web.

Secara naratif, contoh kode di atas memperlihatkan bagaimana sebuah ornamen ditampilkan tanpa teks alternatif. Ketika gambar gagal dimuat, tidak ada pesan yang ditampilkan karena memang tidak diperlukan. Hal ini menjaga agar pengguna pembaca layar tidak menerima informasi yang membingungkan. Menurut Nielsen (2012), aksesibilitas yang baik adalah ketika pengguna mendapatkan informasi relevan tanpa distraksi yang tidak perlu. Dengan mengatur alt="", gambar dekoratif bisa tetap mempercantik halaman tanpa mengurangi keterbacaan. Teknik ini menunjukkan bahwa tag gambar HTML memiliki fleksibilitas untuk fungsi informatif maupun estetis. Pada akhirnya, peran gambar dekoratif adalah mendukung desain tanpa menambah beban kognitif bagi pengguna.


5. Implementasi dari Setiap Contoh

5.1 Implementasi Gambar Statis Sederhana

Gambar statis sederhana diimplementasikan dengan hanya menggunakan tag <img> yang menunjuk langsung ke file gambar. Implementasi ini sangat berguna untuk menampilkan konten visual dasar yang tidak membutuhkan interaksi khusus. Menurut W3C (2017), gambar statis adalah bentuk paling umum yang digunakan dalam halaman web untuk menyampaikan informasi visual. Berikut contoh implementasi kode:

<img src="pemandangan.jpg" alt="Pemandangan gunung yang hijau">

Kode di atas akan menampilkan sebuah gambar pegunungan dengan deskripsi alternatif. Deskripsi ini memastikan bahwa informasi tetap dapat dipahami meskipun gambar gagal dimuat.

Secara naratif, implementasi gambar statis sangat sederhana karena hanya membutuhkan satu baris kode. Browser akan langsung menampilkan gambar sesuai jalur yang ditentukan pada atribut src. Jika file gambar tidak tersedia, maka teks alternatif “Pemandangan gunung yang hijau” akan muncul sebagai pengganti. Menurut Felke-Morris (2019), penyertaan teks alternatif adalah praktik penting untuk meningkatkan aksesibilitas. Implementasi sederhana ini biasanya digunakan pada artikel, blog, atau situs berita. Dengan cara ini, gambar berfungsi menambah nilai estetika dan memperjelas isi konten tanpa kompleksitas tambahan.


5.2 Implementasi Gambar dengan Atribut alt

Implementasi gambar dengan atribut alt bertujuan agar informasi tetap tersampaikan meskipun gambar gagal dimuat. Atribut ini sangat penting untuk mendukung aksesibilitas, terutama bagi pengguna yang menggunakan pembaca layar. Menurut W3C (2018), alt wajib digunakan pada setiap gambar informatif dalam halaman web. Berikut adalah contoh implementasi sederhana:

<img src="gunung.jpg" alt="Gunung tinggi dengan langit biru cerah">

Kode tersebut menampilkan gambar gunung, dan jika gambar tidak dimuat, teks “Gunung tinggi dengan langit biru cerah” akan menggantikannya. Dengan cara ini, pesan yang ingin disampaikan tidak hilang meskipun visual tidak tampil.

Secara naratif, implementasi atribut alt sangat membantu dalam meningkatkan kualitas pengalaman pengguna. Browser akan tetap memberikan informasi relevan melalui teks alternatif ketika gambar tidak bisa diakses. Menurut Felke-Morris (2019), praktik ini juga mendukung optimasi mesin pencari (SEO), karena teks alternatif membantu mesin pencari memahami isi gambar. Selain itu, alt memperkuat aspek inklusivitas dalam desain web. Dengan demikian, setiap pengembang sebaiknya selalu menambahkan alt pada gambar informatif. Praktik ini bukan hanya memenuhi standar teknis, tetapi juga menunjukkan kepedulian pada keberagaman pengguna.


5.3 Implementasi Gambar dengan Atribut title

Atribut title digunakan untuk memberikan informasi tambahan berupa tooltip yang muncul saat pengguna mengarahkan kursor ke gambar. Informasi ini dapat memberikan konteks ekstra tanpa mengubah tampilan halaman. Menurut W3C (2018), title bersifat opsional, namun efektif untuk memperkaya konten. Berikut contoh implementasi:

<img src="laut.jpg" alt="Laut biru" title="Laut biru yang luas di siang hari">

Kode ini akan menampilkan gambar laut, dengan teks alternatif yang muncul jika gambar gagal dimuat, serta tooltip tambahan saat kursor diarahkan ke gambar. Dengan begitu, pengguna mendapatkan dua lapisan informasi sekaligus.

Secara naratif, penggunaan title sebaiknya tidak menggantikan peran alt. Tooltip yang ditampilkan membantu pengguna yang ingin mengetahui detail tambahan tanpa memenuhi ruang visual. Menurut Felke-Morris (2019), kombinasi alt dan title adalah strategi yang baik ketika gambar memiliki makna lebih kompleks. Namun, perlu diperhatikan bahwa tooltip tidak selalu dapat diakses pada perangkat layar sentuh. Oleh karena itu, penggunaannya harus didesain dengan memperhatikan keterbatasan perangkat. Dengan cara ini, gambar tetap informatif tanpa mengorbankan aksesibilitas.


5.4 Implementasi Gambar sebagai Tautan

Gambar dapat dijadikan tautan dengan membungkus tag <img> di dalam elemen <a>. Implementasi ini sering digunakan pada logo situs atau ikon yang berfungsi sebagai tombol navigasi. Menurut W3C (2017), kombinasi ini merupakan praktik umum dalam desain antarmuka web. Berikut contoh implementasi:

<a href="profil.html">
  <img src="profil.jpg" alt="Foto profil pengguna">
</a>

Kode di atas akan menampilkan gambar profil yang bisa diklik untuk menuju halaman profil pengguna. Dengan cara ini, navigasi menjadi lebih intuitif.

Secara naratif, implementasi ini memanfaatkan kekuatan visual untuk memperjelas arah navigasi. Gambar yang difungsikan sebagai tautan sering lebih cepat dikenali pengguna dibandingkan teks. Menurut Felke-Morris (2019), navigasi berbasis gambar meningkatkan interaksi, terutama jika didukung teks alternatif yang jelas. Namun, penting untuk tidak menggunakan gambar sebagai satu-satunya cara navigasi. Hal ini untuk memastikan aksesibilitas tetap terjaga, khususnya bagi pengguna dengan keterbatasan akses visual. Dengan begitu, fungsi navigasi tetap konsisten untuk semua pengguna.


5.5 Implementasi Gambar dengan Atribut width dan height

Atribut width dan height digunakan untuk mengatur dimensi gambar secara eksplisit. Implementasi ini membantu browser dalam memesan ruang sebelum gambar selesai dimuat, sehingga tata letak halaman lebih stabil. Menurut W3C (2018), penentuan ukuran gambar penting untuk mencegah pergeseran konten yang dapat mengganggu pengalaman pengguna. Berikut contoh implementasi:

<img src="bunga.jpg" alt="Bunga matahari" width="300" height="200">

Kode di atas menampilkan gambar bunga dengan lebar 300 piksel dan tinggi 200 piksel. Dengan begitu, halaman tidak akan bergeser saat gambar sedang dimuat.

Secara naratif, penetapan ukuran gambar memberi kendali lebih besar terhadap tampilan visual. Browser akan menyesuaikan proporsi sesuai nilai yang diberikan, meskipun tidak selalu mempertahankan rasio asli. Menurut Felke-Morris (2019), penggunaan atribut ini berguna untuk pengaturan cepat namun sebaiknya tidak menggantikan optimasi gambar itu sendiri. Gambar yang terlalu besar dapat memperlambat waktu muat meskipun ukurannya sudah diatur dengan atribut. Oleh karena itu, penggunaan width dan height perlu diseimbangkan dengan ukuran file yang optimal. Dengan begitu, gambar tetap terlihat jelas tanpa membebani kinerja halaman.


5.6 Implementasi Gambar dengan Atribut srcset

Atribut srcset memungkinkan browser memilih versi gambar yang paling sesuai berdasarkan resolusi perangkat. Implementasi ini penting dalam era perangkat dengan layar beragam, seperti ponsel, tablet, dan desktop. Menurut W3C (2019), srcset adalah teknik responsif yang meningkatkan efisiensi penggunaan data. Berikut contoh implementasi:

<img src="kota.jpg" alt="Pemandangan kota" 
     srcset="kota-small.jpg 480w, kota-medium.jpg 800w, kota-large.jpg 1200w">

Kode ini memberi pilihan gambar dengan resolusi berbeda. Browser akan otomatis memilih sesuai kebutuhan layar.

Secara naratif, implementasi srcset membantu menghemat bandwidth tanpa mengorbankan kualitas. Pengguna perangkat kecil tidak perlu mengunduh gambar berukuran besar yang hanya memperlambat akses. Menurut Felke-Morris (2019), penggunaan srcset juga meningkatkan skor performa halaman berdasarkan metrik web vital. Dengan cara ini, pengalaman pengguna menjadi lebih cepat dan nyaman. Selain itu, praktik ini mendukung inklusivitas karena memperhatikan keterbatasan akses internet di berbagai wilayah. Oleh karena itu, srcset sebaiknya diterapkan pada semua gambar penting dalam halaman web.


5.7 Implementasi Gambar dengan Atribut loading

Atribut loading digunakan untuk menunda pemuatan gambar hingga benar-benar diperlukan. Implementasi ini disebut juga “lazy loading” yang membantu meningkatkan performa halaman. Menurut Google Developers (2020), teknik ini dapat menghemat data hingga 40% pada halaman dengan banyak gambar. Berikut contoh implementasi:

<img src="pantai.jpg" alt="Pantai pasir putih" loading="lazy">

Kode tersebut menampilkan gambar pantai, namun hanya akan dimuat ketika pengguna menggulir ke bagian halaman tempat gambar berada.

Secara naratif, lazy loading sangat berguna pada halaman yang penuh dengan elemen visual. Teknik ini memastikan sumber daya hanya digunakan saat gambar benar-benar ditampilkan pada layar. Menurut Felke-Morris (2019), praktik ini mempercepat waktu muat awal halaman, sehingga pengguna tidak menunggu terlalu lama. Selain itu, strategi ini mengurangi konsumsi data bagi pengguna dengan koneksi terbatas. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua browser lama mendukung atribut loading. Oleh karena itu, fallback atau strategi tambahan kadang masih diperlukan.


5.8 Implementasi Gambar SVG

Gambar SVG (Scalable Vector Graphics) diimplementasikan dengan format file berbasis vektor. Implementasi ini membuat gambar tetap tajam pada resolusi berapa pun. Menurut W3C (2018), SVG adalah format standar terbuka untuk grafik vektor di web. Berikut contoh implementasi:

<img src="logo.svg" alt="Logo perusahaan">

Kode ini menampilkan logo berbentuk SVG yang fleksibel dan ringan.

Secara naratif, penggunaan SVG lebih unggul dibandingkan format raster untuk ikon dan ilustrasi sederhana. Gambar SVG memiliki ukuran file kecil dan dapat diskalakan tanpa kehilangan kualitas. Menurut Felke-Morris (2019), SVG juga lebih ramah SEO karena isinya bisa dibaca mesin pencari. Namun, SVG tidak selalu cocok untuk foto kompleks yang membutuhkan detail tinggi. Dengan cara ini, SVG menjadi solusi ideal untuk logo, ikon, dan grafik sederhana dalam web modern.


5.9 Implementasi Gambar GIF

GIF digunakan untuk menampilkan gambar bergerak dengan animasi sederhana. Implementasi ini populer pada media sosial, forum, dan situs hiburan. Menurut W3C (2017), GIF masih relevan meskipun muncul format animasi baru seperti WebP. Berikut contoh implementasi:

<img src="animasi.gif" alt="Animasi berjalan">

Kode ini akan menampilkan gambar bergerak sesuai file GIF yang digunakan.

Secara naratif, GIF memberikan cara mudah untuk menambahkan animasi tanpa perlu pemrograman tambahan. Format ini mendukung transparansi sederhana dan animasi berulang. Menurut Felke-Morris (2019), GIF memiliki keterbatasan pada jumlah warna, sehingga kualitas gambar tidak setajam format lain. Namun, untuk ilustrasi animasi sederhana, GIF tetap efektif dan mudah digunakan. Implementasi ini biasanya diterapkan pada elemen dekoratif atau hiburan, bukan untuk gambar utama. Dengan begitu, GIF tetap relevan pada konteks tertentu di web.


5.10 Implementasi Gambar PNG

PNG adalah format gambar lossless yang mendukung transparansi. Implementasi ini sangat cocok untuk ikon, logo, atau gambar dengan latar belakang transparan. Menurut W3C (2018), PNG menggantikan format GIF untuk kebutuhan grafis statis dengan kualitas lebih tinggi. Berikut contoh implementasi:

<img src="ikon.png" alt="Ikon aplikasi">

Kode tersebut menampilkan gambar PNG dengan latar belakang transparan.

Secara naratif, PNG sering dipilih karena kualitas visualnya yang tinggi. Gambar dalam format PNG tidak kehilangan detail meskipun disimpan berulang kali. Menurut Felke-Morris (2019), keunggulan utama PNG adalah kemampuannya menjaga transparansi, yang sangat berguna dalam desain web modern. Namun, ukuran file PNG biasanya lebih besar dibandingkan JPEG. Oleh karena itu, PNG sebaiknya digunakan hanya untuk elemen grafis yang membutuhkan kualitas tinggi dan transparansi. Dengan begitu, performa halaman tetap terjaga.


5.11 Implementasi Gambar JPEG

JPEG adalah format gambar kompresi lossy yang ideal untuk foto atau gambar dengan detail kompleks. Implementasi ini paling umum digunakan pada web karena ukurannya relatif kecil. Menurut W3C (2018), JPEG tetap menjadi standar industri untuk foto digital. Berikut contoh implementasi:

<img src="foto.jpg" alt="Foto pemandangan alam">

Kode di atas menampilkan foto dengan format JPEG yang terkompresi.

Secara naratif, JPEG memungkinkan pengembang menampilkan foto berkualitas tinggi dengan ukuran file yang lebih kecil. Format ini mendukung jutaan warna, sehingga cocok untuk gambar realistis. Menurut Felke-Morris (2019), kelemahan JPEG adalah kehilangan detail setelah dikompresi berulang kali. Namun, dengan pengaturan kompresi yang tepat, JPEG tetap menghasilkan visual yang jelas dan menarik. Implementasi ini paling sering dijumpai pada galeri foto, artikel berita, dan e-commerce. Dengan begitu, JPEG menjadi pilihan default untuk konten berbasis fotografi.


5.12 Implementasi Gambar WebP

WebP adalah format gambar modern yang menawarkan ukuran file lebih kecil dengan kualitas setara JPEG atau PNG. Implementasi ini dirancang untuk meningkatkan performa halaman web. Menurut Google (2020), WebP dapat menghemat ukuran gambar hingga 30% dibandingkan format lama. Berikut contoh implementasi:

<img src="gambar.webp" alt="Ilustrasi WebP">

Kode ini menampilkan gambar dengan format WebP yang efisien.

Secara naratif, penggunaan WebP semakin populer seiring meningkatnya kebutuhan performa web. Format ini mendukung transparansi dan animasi, sehingga bisa menggantikan PNG maupun GIF. Menurut Felke-Morris (2019), WebP adalah solusi ideal untuk web modern meskipun belum didukung oleh semua browser lama. Implementasi WebP membantu mempercepat waktu muat halaman dan meningkatkan skor SEO. Oleh karena itu, pengembang disarankan menyediakan fallback format lain jika kompatibilitas menjadi masalah. Dengan begitu, konten tetap bisa diakses semua pengguna.


5.13 Implementasi Gambar Latar Belakang dengan <img>

Meskipun biasanya gambar latar belakang ditangani dengan CSS, tag <img> juga dapat digunakan untuk menampilkan gambar besar yang berfungsi sebagai latar konten. Implementasi ini umum pada halaman sederhana. Menurut W3C (2017), praktik ini bukan yang paling ideal, tetapi masih relevan untuk konteks tertentu. Berikut contoh implementasi:

<img src="background.jpg" alt="Latar belakang langit biru">

Kode ini menampilkan gambar langit yang memenuhi area tertentu dalam halaman.

Secara naratif, pendekatan ini digunakan pada situasi ketika CSS tidak digunakan. Gambar yang ditampilkan akan tetap bersifat inline, sehingga membutuhkan tata letak tambahan agar menyerupai latar belakang. Menurut Felke-Morris (2019), penggunaan <img> sebagai latar bukanlah praktik terbaik, tetapi bisa dimanfaatkan pada halaman statis sederhana. Kekurangan utama metode ini adalah keterbatasan fleksibilitas. Namun, dalam skenario tertentu, terutama untuk pemula, pendekatan ini masih bisa diterapkan.


5.14 Implementasi Gambar dengan <figure> dan <figcaption>

Tag <figure> digunakan untuk membungkus gambar, sementara <figcaption> memberikan keterangan resmi. Implementasi ini membantu meningkatkan semantik dalam HTML. Menurut W3C (2018), kombinasi ini sangat direkomendasikan untuk gambar informatif. Berikut contoh implementasi:

<figure>
  <img src="sungai.jpg" alt="Sungai mengalir">
  <figcaption>Sungai yang mengalir di tengah hutan tropis</figcaption>
</figure>

Kode tersebut menampilkan gambar sungai dengan keterangan yang jelas.

Secara naratif, <figure> dan <figcaption> memberikan struktur semantik yang lebih kuat dibandingkan sekadar <img>. Browser dan mesin pencari dapat memahami bahwa gambar memiliki deskripsi resmi yang menyertainya. Menurut Felke-Morris (2019), praktik ini sangat penting dalam konteks akademik, berita, atau laporan ilmiah. Dengan cara ini, gambar tidak hanya berfungsi sebagai elemen visual, tetapi juga sebagai bagian dari informasi yang lengkap. Implementasi ini meningkatkan aksesibilitas dan memperkaya konten.


5.15 Implementasi Gambar Inline Base64

Gambar dapat diimplementasikan langsung di dalam HTML menggunakan encoding Base64. Teknik ini menghindari permintaan HTTP terpisah. Menurut W3C (2018), metode ini cocok untuk gambar kecil seperti ikon. Berikut contoh implementasi:

<img src="data:image/png;base64,iVBORw0KGgoAAAANSUhEUgAA..." alt="Ikon kecil">

Kode ini menyematkan gambar langsung ke dalam dokumen HTML.

Secara naratif, penggunaan Base64 dapat mengurangi jumlah permintaan server. Namun, ukuran file HTML menjadi lebih besar karena data gambar disimpan langsung di dalam kode. Menurut Felke-Morris (2019), teknik ini berguna pada aplikasi sederhana atau email HTML. Kekurangannya adalah sulit dikelola ketika jumlah gambar sangat banyak. Oleh karena itu, metode ini hanya disarankan untuk ikon atau elemen dekoratif kecil. Dengan begitu, efisiensi tetap terjaga tanpa menambah beban besar pada file utama.


5.16 Implementasi Gambar dengan Map (Image Map)

Image map memungkinkan area tertentu pada gambar dijadikan tautan interaktif. Implementasi ini memberikan navigasi berbasis gambar. Menurut W3C (2017), image map sudah lama tersedia dalam HTML dan masih digunakan untuk kebutuhan tertentu. Berikut contoh implementasi:

<img src="peta.jpg" alt="Peta kampus" usemap="#kampusmap">
<map name="kampusmap">
  <area shape="rect" coords="34,44,270,350" href="gedung-a.html" alt="Gedung A">
</map>

Kode ini menjadikan bagian tertentu dari gambar peta sebagai tautan.

Secara naratif, image map efektif untuk konten yang membutuhkan interaktivitas visual. Pengguna dapat langsung mengklik area pada gambar untuk menuju halaman terkait. Menurut Felke-Morris (2019), meskipun jarang digunakan pada desain modern, fitur ini tetap berguna dalam aplikasi khusus seperti peta interaktif. Kekurangannya adalah sulit diakses oleh pembaca layar jika tidak didukung teks alternatif yang baik. Dengan begitu, image map harus diimplementasikan dengan memperhatikan aksesibilitas.


5.17 Implementasi Gambar dengan crossorigin

Atribut crossorigin digunakan untuk mengatur bagaimana gambar dari domain lain diperlakukan. Implementasi ini penting dalam konteks keamanan dan integrasi lintas domain. Menurut W3C (2018), atribut ini mendukung kebijakan CORS (Cross-Origin Resource Sharing). Berikut contoh implementasi:

<img src="https://example.com/logo.png" alt="Logo eksternal" crossorigin="anonymous">

Kode tersebut memuat gambar dari domain eksternal dengan izin akses anonim.

Secara naratif, penggunaan crossorigin memastikan gambar dapat digunakan tanpa melanggar aturan keamanan browser. Tanpa atribut ini, beberapa gambar tidak bisa diproses lebih lanjut, misalnya untuk kanvas. Menurut Felke-Morris (2019), atribut ini lebih banyak digunakan pada aplikasi kompleks yang melibatkan manipulasi gambar. Bagi pengembang pemula, fungsinya mungkin jarang terlihat, tetapi penting dalam konteks integrasi lintas domain. Dengan begitu, pengelolaan keamanan tetap terjaga saat memanfaatkan sumber eksternal.


5.18 Implementasi Gambar Responsif dengan <picture>

Elemen <picture> memberikan fleksibilitas lebih dibandingkan srcset. Implementasi ini memungkinkan penggunaan format berbeda untuk kondisi tertentu. Menurut W3C (2019), <picture> adalah solusi lengkap untuk gambar responsif. Berikut contoh implementasi:

<picture>
  <source srcset="gambar.webp" type="image/webp">
  <source srcset="gambar.jpg" type="image/jpeg">
  <img src="gambar.jpg" alt="Gambar responsif">
</picture>

Kode ini memberikan prioritas WebP, dengan fallback JPEG jika tidak didukung.

Secara naratif, <picture> memungkinkan kontrol penuh atas format gambar yang ditampilkan. Dengan cara ini, pengembang dapat mengoptimalkan performa sekaligus menjaga kompatibilitas. Menurut Felke-Morris (2019), elemen ini sangat penting untuk web modern yang mengutamakan efisiensi. Kekurangannya adalah kode menjadi sedikit lebih panjang. Namun, manfaat yang diberikan jauh lebih besar dalam hal kecepatan muat dan fleksibilitas. Dengan begitu, <picture> sebaiknya dipertimbangkan untuk semua proyek berskala besar.


5.19 Implementasi Gambar Placeholder

Gambar placeholder digunakan untuk memberi tanda sebelum gambar utama selesai dimuat. Implementasi ini meningkatkan pengalaman pengguna dengan mencegah ruang kosong. Menurut Nielsen Norman Group (2018), placeholder membantu menjaga persepsi kecepatan. Berikut contoh implementasi:

<img src="placeholder.jpg" alt="Placeholder gambar">

Kode ini menampilkan gambar sementara sebelum konten utama tersedia.

Secara naratif, gambar placeholder sering digunakan dalam aplikasi dinamis atau galeri online. Dengan adanya placeholder, tata letak halaman tetap stabil meskipun gambar utama belum dimuat. Menurut Felke-Morris (2019), strategi ini meningkatkan kepuasan pengguna terutama pada koneksi lambat. Placeholder bisa berupa ikon sederhana atau gambar kecil berwarna abu-abu. Dengan begitu, halaman terlihat lebih rapi dan profesional. Praktik ini memperkuat pengalaman visual dan persepsi performa.


Favicon adalah gambar kecil yang muncul di tab browser atau bookmark. Implementasi ini memberikan identitas visual pada situs web. Menurut W3C (2017), favicon merupakan elemen penting dalam branding digital. Berikut contoh implementasi:

<link rel="icon" href="favicon.ico" type="image/x-icon">

Kode tersebut menambahkan favicon berbentuk file .ico pada tab browser.

Secara naratif, favicon membantu pengguna mengenali situs dengan cepat di antara banyak tab. Meskipun ukurannya kecil, dampaknya besar terhadap pengalaman pengguna dan identitas merek. Menurut Felke-Morris (2019), favicon juga berperan dalam meningkatkan kepercayaan karena memberikan kesan profesional. Implementasi favicon sederhana dan tidak memerlukan konfigurasi kompleks. Dengan begitu, hampir semua situs modern memanfaatkannya sebagai bagian dari desain.


6. Kesalahan dalam Menggunakan Tag Gambar HTML

6.1 Tidak Menggunakan Atribut alt

Salah satu kesalahan paling umum adalah tidak menyertakan atribut alt pada tag <img>. Tanpa teks alternatif, pengguna dengan keterbatasan penglihatan tidak dapat memahami isi gambar. Menurut W3C (2018), alt adalah atribut wajib untuk semua gambar informatif. Berikut adalah contoh penggunaan yang salah:

<img src="gunung.jpg">

Kode ini tidak memberikan alternatif jika gambar gagal dimuat.

Contoh implementasi yang benar adalah:

<img src="gunung.jpg" alt="Gunung tinggi dengan langit biru">

Dengan adanya teks alternatif, informasi tetap tersampaikan meskipun gambar tidak ditampilkan. Menurut Felke-Morris (2019), praktik ini meningkatkan aksesibilitas dan SEO. Kesalahan ini sering terjadi karena pengembang menganggap atribut alt opsional. Padahal, dampaknya signifikan terhadap inklusivitas dan pengalaman pengguna.


6.2 Salah Menentukan Jalur Gambar

Kesalahan lain yang sering terjadi adalah salah menentukan jalur (path) gambar. Jika jalur salah, gambar tidak akan ditampilkan oleh browser. Menurut W3C (2017), atribut src harus mengarah ke lokasi yang valid. Berikut contoh penggunaan yang salah:

<img src="images/foto.jpg" alt="Foto keluarga">

Jika folder atau nama file berbeda, gambar tidak akan muncul.

Contoh yang benar adalah:

<img src="img/foto.jpg" alt="Foto keluarga">

Dengan jalur yang sesuai, gambar akan tampil sebagaimana mestinya. Menurut Felke-Morris (2019), kesalahan jalur adalah salah satu masalah paling umum pada pemula. Masalah ini bisa dicegah dengan manajemen file yang terorganisir. Selain itu, konsistensi penamaan file sangat penting dalam proyek besar.


6.3 Tidak Menentukan Ukuran Gambar

Kesalahan berikutnya adalah tidak menetapkan ukuran gambar dengan atribut width dan height. Hal ini bisa menyebabkan halaman bergeser saat gambar sedang dimuat. Menurut Google Developers (2020), pergeseran tata letak mengganggu pengalaman pengguna dan menurunkan skor performa. Berikut contoh yang salah:

<img src="bunga.jpg" alt="Bunga matahari">

Tanpa ukuran, browser harus menghitung dimensi setelah gambar selesai dimuat.

Contoh yang benar adalah:

<img src="bunga.jpg" alt="Bunga matahari" width="300" height="200">

Dengan menetapkan ukuran, tata letak halaman lebih stabil sejak awal. Menurut Felke-Morris (2019), meskipun ukuran bisa diatur dengan CSS, menetapkannya di HTML tetap berguna untuk menghindari pergeseran. Kesalahan ini sering ditemui pada situs dengan banyak gambar. Dengan menetapkan ukuran, pengalaman pengguna meningkat secara signifikan.


6.4 Menggunakan Gambar Berukuran Terlalu Besar

Mengunggah gambar berukuran terlalu besar adalah kesalahan umum yang memengaruhi kinerja. File gambar yang tidak dioptimalkan membuat halaman lambat dimuat. Menurut Nielsen Norman Group (2018), waktu muat yang lama meningkatkan risiko pengguna meninggalkan situs. Berikut contoh penggunaan yang salah:

<img src="foto-8mb.jpg" alt="Foto detail kota">

Gambar dengan ukuran 8 MB jelas terlalu besar untuk web.

Contoh yang benar adalah:

<img src="foto-optimized.jpg" alt="Foto detail kota">

File hasil kompresi lebih kecil dan lebih efisien dimuat. Menurut Felke-Morris (2019), optimasi gambar bisa dilakukan tanpa mengorbankan kualitas signifikan. Kesalahan ini biasanya terjadi karena pengembang langsung mengunggah foto dari kamera tanpa kompresi. Padahal, teknik sederhana seperti menggunakan format WebP bisa menghemat ukuran file secara drastis.


6.5 Menggunakan Gambar sebagai Satu-Satunya Navigasi

Kesalahan lain adalah menggunakan gambar sebagai satu-satunya bentuk navigasi tanpa teks pendukung. Jika gambar gagal dimuat, pengguna kehilangan akses ke tautan tersebut. Menurut W3C (2017), tautan berbasis gambar harus selalu dilengkapi teks alternatif yang jelas. Berikut contoh yang salah:

<a href="profil.html">
  <img src="profil.jpg">
</a>

Jika gambar tidak tampil, pengguna tidak tahu fungsi tautan.

Contoh yang benar adalah:

<a href="profil.html">
  <img src="profil.jpg" alt="Menuju halaman profil">
</a>

Dengan teks alternatif, fungsi navigasi tetap dapat dipahami. Menurut Felke-Morris (2019), kesalahan ini menurunkan aksesibilitas secara drastis. Pengguna pembaca layar tidak akan mengetahui tujuan tautan tanpa teks alternatif. Praktik ini juga merugikan SEO karena mesin pencari tidak memahami maksud tautan.


Tabel Perbandingan Kesalahan Umum

Kesalahan Umum Contoh Salah Contoh Benar Dampak
Tidak menggunakan alt <img src="gunung.jpg"> <img src="gunung.jpg" alt="Gunung tinggi"> Hilangnya aksesibilitas dan SEO
Jalur gambar salah <img src="images/foto.jpg"> <img src="img/foto.jpg"> Gambar tidak tampil
Tidak menentukan ukuran <img src="bunga.jpg" alt="Bunga matahari"> <img src="bunga.jpg" alt="Bunga matahari" width="300" height="200"> Tata letak bergeser
Gambar terlalu besar <img src="foto-8mb.jpg" alt="Foto kota"> <img src="foto-optimized.jpg" alt="Foto kota"> Halaman lambat dimuat
Navigasi hanya gambar <a href="profil.html"><img src="profil.jpg"></a> <a href="profil.html"><img src="profil.jpg" alt="Menuju profil"></a> Aksesibilitas rendah

7. Best Practice

7.1 Selalu Gunakan Atribut alt yang Deskriptif

Salah satu praktik terbaik dalam penggunaan tag gambar HTML adalah memastikan setiap gambar memiliki atribut alt yang deskriptif. Atribut ini berfungsi sebagai teks alternatif ketika gambar tidak dapat dimuat atau bagi pengguna dengan keterbatasan penglihatan. Menurut W3C (2018), alt bukan hanya opsional, tetapi bagian wajib dari aksesibilitas web. Teks alternatif harus menjelaskan isi gambar dengan singkat namun jelas. Misalnya, gambar seorang dokter sebaiknya diberi deskripsi “Dokter sedang memeriksa pasien di ruang klinik”. Dengan deskripsi yang tepat, informasi visual tetap tersampaikan dalam bentuk teks. Praktik ini meningkatkan inklusivitas halaman web secara keseluruhan.

Selain mendukung aksesibilitas, teks alternatif juga membantu mesin pencari memahami konteks gambar. Menurut Felke-Morris (2019), teks pada atribut alt dianggap sebagai sinyal semantik yang dapat meningkatkan SEO. Hal ini berarti gambar yang diberi deskripsi baik lebih mudah ditemukan di pencarian gambar. Namun, pengembang harus menghindari praktik “keyword stuffing” dalam teks alternatif. Jika deskripsi terlalu panjang atau dipenuhi kata kunci, nilai informatifnya justru berkurang. Oleh karena itu, penggunaan alt harus seimbang antara kejelasan dan relevansi. Dengan cara ini, manfaat maksimal dapat diperoleh dari satu atribut sederhana.

Praktik penggunaan alt juga memperlihatkan kepedulian terhadap keragaman pengguna. Banyak negara kini menerapkan standar hukum terkait aksesibilitas web. Misalnya, Undang-Undang Penyandang Disabilitas di Amerika Serikat menekankan pentingnya akses yang setara (ADA, 2019). Dengan menggunakan alt, pengembang turut memastikan situs mereka sesuai dengan standar hukum dan etika. Hal ini bukan hanya tentang kepatuhan, tetapi juga menciptakan pengalaman pengguna yang adil. Oleh karena itu, setiap gambar yang memiliki makna harus selalu dilengkapi dengan atribut alt.


7.2 Optimalkan Ukuran dan Format Gambar

Best practice berikutnya adalah selalu mengoptimalkan ukuran dan format gambar sebelum digunakan. File gambar yang terlalu besar dapat memperlambat waktu muat halaman, yang berpengaruh langsung pada kepuasan pengguna. Menurut Nielsen Norman Group (2018), pengguna cenderung meninggalkan halaman jika waktu muat lebih dari tiga detik. Oleh karena itu, gambar harus dikompresi tanpa mengorbankan kualitas secara signifikan. Format modern seperti WebP dapat digunakan untuk hasil yang lebih efisien. Sementara itu, JPEG cocok untuk foto, dan PNG lebih sesuai untuk ikon atau gambar dengan transparansi. Pemilihan format yang tepat akan meningkatkan performa halaman web secara keseluruhan.

Selain ukuran file, dimensi gambar juga harus diatur sesuai kebutuhan tampilan. Misalnya, gambar dengan resolusi 4000 piksel tidak diperlukan untuk elemen kecil seperti ikon. Menurut Google Developers (2020), menyajikan gambar sesuai kebutuhan layar adalah salah satu strategi utama dalam optimasi web. Teknik seperti srcset atau <picture> memungkinkan browser memilih resolusi terbaik secara otomatis. Hal ini menghindari pemborosan bandwidth, terutama pada perangkat seluler dengan koneksi terbatas. Dengan optimasi ini, pengalaman pengguna menjadi lebih cepat dan nyaman.

Praktik optimasi juga memiliki dampak pada aspek teknis lainnya. Misalnya, halaman dengan gambar berukuran besar cenderung mendapat nilai buruk pada metrik Core Web Vitals. Nilai tersebut merupakan salah satu faktor yang memengaruhi peringkat SEO menurut Google (2021). Dengan mengoptimalkan gambar, pengembang dapat menjaga keseimbangan antara kualitas visual dan performa teknis. Hal ini membuat situs lebih ramah bagi pengguna sekaligus mesin pencari. Oleh karena itu, optimasi gambar sebaiknya dilakukan sejak awal dalam proses pengembangan web.


7.3 Gunakan Struktur Semantik dengan <figure> dan <figcaption>

Penggunaan <figure> dan <figcaption> adalah praktik terbaik untuk memberikan konteks semantik pada gambar. Elemen <figure> digunakan untuk membungkus gambar, sedangkan <figcaption> memberikan keterangan resmi. Menurut W3C (2018), struktur ini membantu mesin pencari dan pembaca layar memahami bahwa gambar memiliki deskripsi yang relevan. Contohnya, sebuah grafik data dapat disertai keterangan ringkas yang menjelaskan isi grafik. Dengan struktur ini, informasi yang disampaikan lebih kaya dan mudah dipahami. Hal ini meningkatkan kualitas konten dari sisi akademis maupun praktis.

Selain itu, penggunaan <figure> dan <figcaption> mendukung penyajian konten yang lebih terorganisir. Misalnya, pada artikel ilmiah atau laporan penelitian, gambar biasanya membutuhkan penjelasan detail. Menurut Felke-Morris (2019), elemen ini memungkinkan deskripsi gambar ditampilkan langsung di bawahnya tanpa mengganggu alur teks utama. Dengan begitu, pembaca dapat langsung menghubungkan visual dengan narasinya. Struktur semantik ini juga memudahkan pembuat konten dalam mengatur layout. Hasilnya adalah tampilan yang lebih konsisten dan profesional.

Dari perspektif aksesibilitas, <figcaption> berfungsi sebagai teks tambahan yang bisa dibaca oleh pembaca layar. Hal ini membuat gambar lebih inklusif untuk semua pengguna. Menurut penelitian dari Lazar et al. (2017), penyajian teks pendamping pada gambar meningkatkan pemahaman bagi pengguna dengan keterbatasan penglihatan. Dengan demikian, elemen ini bukan hanya memperindah tampilan, tetapi juga menambah nilai informatif. Penggunaan <figure> dan <figcaption> menunjukkan bahwa desain web bisa menggabungkan aspek teknis, estetika, dan aksesibilitas. Oleh karena itu, praktik ini sangat dianjurkan dalam pengembangan konten berkualitas.


7.4 Terapkan Lazy Loading dengan Atribut loading

Lazy loading adalah teknik menunda pemuatan gambar hingga benar-benar diperlukan. Implementasinya dapat dilakukan dengan atribut loading pada tag <img>. Menurut Google Developers (2020), strategi ini meningkatkan kecepatan muat awal halaman hingga 30%. Dengan lazy loading, gambar yang berada di bawah lipatan (below the fold) tidak langsung dimuat saat halaman dibuka. Hal ini menghemat bandwidth dan mempercepat rendering halaman. Contohnya, galeri dengan banyak gambar akan lebih efisien dengan lazy loading. Atribut loading="lazy" kini didukung oleh sebagian besar browser modern.

Manfaat utama lazy loading adalah peningkatan performa tanpa usaha besar dari sisi pengembang. Hanya dengan menambahkan atribut sederhana, pengalaman pengguna bisa meningkat signifikan. Menurut Felke-Morris (2019), strategi ini sangat relevan pada era mobile-first, di mana kecepatan akses adalah prioritas. Dengan bandwidth yang terbatas pada perangkat seluler, lazy loading memastikan sumber daya digunakan secara efisien. Selain itu, teknik ini membantu mengurangi konsumsi data, yang penting bagi pengguna di wilayah dengan biaya internet tinggi.

Dari sisi SEO, Google juga memperhitungkan kecepatan halaman sebagai faktor peringkat. Dengan menerapkan lazy loading, skor performa pada metrik PageSpeed Insights akan meningkat. Hal ini berdampak positif pada visibilitas situs di hasil pencarian. Namun, pengembang tetap perlu memastikan bahwa gambar penting di bagian atas halaman dimuat segera tanpa tertunda. Jika tidak, pengalaman pengguna justru akan terganggu. Oleh karena itu, penerapan lazy loading harus selektif sesuai konteks penggunaan.


7.5 Gunakan Atribut srcset untuk Responsivitas

Atribut srcset memungkinkan browser memilih gambar dengan resolusi yang paling sesuai dengan perangkat pengguna. Menurut Google Developers (2020), fitur ini sangat penting dalam era mobile-first di mana variasi ukuran layar sangat beragam. Dengan srcset, pengembang dapat menyediakan beberapa versi gambar, lalu browser akan otomatis menentukan mana yang terbaik. Contohnya, perangkat dengan layar retina dapat menampilkan gambar resolusi tinggi, sementara perangkat biasa cukup menggunakan resolusi standar. Hal ini meningkatkan efisiensi penggunaan bandwidth sekaligus mempertahankan kualitas visual. Praktik ini mendukung pengalaman pengguna yang lebih konsisten di berbagai perangkat.

Penggunaan srcset juga berkontribusi pada optimasi performa halaman web. Menurut Felke-Morris (2019), strategi ini membantu mengurangi waktu muat karena gambar yang lebih kecil digunakan pada layar kecil. Dengan begitu, pengguna ponsel tidak terbebani dengan file berukuran besar yang sebenarnya tidak diperlukan. Selain itu, srcset mendukung fleksibilitas desain tanpa perlu menambahkan logika tambahan. Hal ini membuat pengembangan lebih sederhana sekaligus efektif. Praktik ini sangat relevan untuk situs berita, e-commerce, dan blog dengan konten visual tinggi.

Dari sisi SEO, penggunaan srcset membantu mesin pencari memahami variasi gambar yang tersedia. Menurut penelitian oleh W3C (2018), penyediaan gambar responsif memperkuat relevansi konten visual dalam indeksasi. Hal ini meningkatkan kemungkinan gambar tampil di hasil pencarian visual. Selain itu, dengan waktu muat yang lebih cepat, peringkat halaman juga berpotensi meningkat. Oleh karena itu, penggunaan srcset merupakan salah satu langkah penting dalam strategi optimasi gambar. Praktik ini bukan hanya teknis, tetapi juga strategis dalam mendukung performa dan jangkauan konten.


7.6 Sediakan Gambar Fallback Jika Diperlukan

Praktik terbaik lainnya adalah menyediakan gambar fallback untuk mengantisipasi masalah kompatibilitas. Beberapa format gambar modern, seperti WebP atau AVIF, belum sepenuhnya didukung oleh semua browser. Menurut Mozilla Developer Network (2021), fallback membantu menjaga kompatibilitas lintas platform. Misalnya, pengembang dapat menyediakan gambar WebP untuk browser modern dan JPEG sebagai cadangan. Dengan begitu, pengguna tetap melihat gambar meskipun format utama tidak didukung. Strategi ini menjamin pengalaman yang konsisten tanpa hambatan teknis.

Selain itu, fallback juga penting untuk menjaga integritas konten visual. Menurut Felke-Morris (2019), gambar yang hilang atau tidak tampil dapat menurunkan kredibilitas situs. Dengan menyediakan fallback, pengembang menunjukkan perhatian terhadap detail dan kebutuhan pengguna. Hal ini sangat penting pada situs profesional seperti e-commerce, di mana visual produk sangat menentukan keputusan pembelian. Dengan fallback, risiko kehilangan kepercayaan pengguna dapat diminimalkan. Praktik ini menjadikan situs lebih tahan terhadap perbedaan teknologi di sisi pengguna.

Dari perspektif aksesibilitas, fallback memastikan informasi visual tetap tersampaikan. Misalnya, jika format modern gagal dimuat, pengguna tetap mendapatkan gambar dalam format standar. Hal ini sesuai dengan prinsip desain universal yang menekankan kesetaraan akses (Lazar et al., 2017). Dengan demikian, penyediaan fallback bukan hanya masalah teknis, tetapi juga etika dalam penyampaian informasi. Oleh karena itu, pengembang sebaiknya selalu mempertimbangkan penggunaan gambar alternatif sebagai langkah pencegahan. Praktik ini membuat konten lebih tangguh dalam berbagai kondisi.


7.7 Gunakan Gambar yang Relevan dan Berkualitas Tinggi

Pemilihan gambar yang relevan dan berkualitas tinggi adalah salah satu kunci keberhasilan komunikasi visual. Menurut Nielsen Norman Group (2018), gambar yang tidak relevan justru dapat mengalihkan perhatian pengguna dari pesan utama. Oleh karena itu, setiap gambar harus memiliki hubungan langsung dengan konteks konten. Misalnya, artikel tentang pendidikan sebaiknya menggunakan gambar suasana kelas atau buku, bukan gambar yang tidak berhubungan. Dengan relevansi yang baik, gambar mendukung narasi secara efektif. Hal ini memperkuat pesan yang ingin disampaikan penulis.

Selain relevansi, kualitas teknis gambar juga sangat penting. Menurut Felke-Morris (2019), gambar buram atau pecah menurunkan kesan profesional dari sebuah situs. Oleh karena itu, gambar harus memiliki resolusi yang cukup untuk ditampilkan dengan jelas di perangkat modern. Namun, kualitas tinggi tidak berarti ukuran file harus besar. Dengan teknik kompresi yang tepat, gambar tetap terlihat tajam tanpa membebani performa. Praktik ini menciptakan keseimbangan antara estetika dan efisiensi teknis.

Kualitas dan relevansi gambar juga berdampak pada persepsi merek. Menurut studi oleh Nielsen (2018), pengguna cenderung lebih percaya pada situs yang menyajikan gambar profesional. Hal ini berlaku terutama pada sektor e-commerce, di mana keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh kualitas visual. Dengan menggunakan gambar yang baik, pengembang dapat membangun kredibilitas sekaligus meningkatkan konversi. Oleh karena itu, praktik ini tidak boleh diabaikan dalam strategi pengembangan konten.


7.8 Hindari Penggunaan Gambar yang Tidak Perlu

Best practice terakhir adalah menghindari penggunaan gambar yang tidak memiliki nilai tambah. Gambar sebaiknya digunakan hanya ketika benar-benar mendukung konten. Menurut Nielsen Norman Group (2018), gambar dekoratif yang tidak relevan justru membingungkan pengguna. Misalnya, menambahkan foto pemandangan di artikel tentang algoritma tidak memberikan manfaat informatif. Gambar semacam itu hanya memperlambat waktu muat tanpa menambah pemahaman. Oleh karena itu, setiap gambar harus melalui pertimbangan kritis sebelum ditambahkan.

Selain membingungkan, gambar yang tidak perlu juga memboroskan sumber daya. Menurut Google Developers (2020), setiap byte data tambahan berdampak pada kecepatan muat halaman. Hal ini sangat merugikan pengguna dengan koneksi internet lambat. Jika gambar tidak memiliki fungsi informatif atau estetika yang jelas, sebaiknya dihapus. Dengan mengurangi elemen yang tidak perlu, halaman menjadi lebih bersih dan efisien. Praktik ini menciptakan pengalaman pengguna yang lebih fokus.

Dari sisi aksesibilitas, gambar yang tidak relevan juga bisa menjadi gangguan bagi pengguna pembaca layar. Menurut Lazar et al. (2017), teks alternatif pada gambar dekoratif seringkali mengacaukan alur informasi. Jika gambar memang hanya untuk dekorasi, sebaiknya atribut alt dikosongkan. Dengan begitu, pembaca layar dapat melewati elemen tersebut tanpa mengganggu pengguna. Praktik ini sejalan dengan prinsip desain inklusif yang mengutamakan kemudahan akses. Oleh karena itu, penggunaan gambar harus selektif dan bijaksana.


8. Kesimpulan

Tag gambar HTML merupakan salah satu elemen fundamental dalam membangun halaman web yang informatif dan menarik. Keberadaan gambar tidak hanya memberikan nilai estetika, tetapi juga memperkuat pesan yang ingin disampaikan dalam konten digital. Dengan memahami fungsi dan cara kerja tag gambar, pengembang dapat menciptakan pengalaman pengguna yang lebih inklusif dan efisien. Menurut W3C (2018), penerapan atribut yang tepat seperti alt, title, atau srcset sangat berperan dalam memastikan aksesibilitas dan performa. Selain itu, kesadaran terhadap kesalahan umum perlu ditingkatkan agar gambar tidak menjadi beban teknis. Praktik yang salah dapat menurunkan kecepatan, kualitas, bahkan kredibilitas situs. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang tag gambar menjadi kunci penting dalam pengembangan web modern.

Di sisi lain, penerapan best practice memastikan bahwa gambar benar-benar memberikan manfaat optimal bagi pengguna. Mulai dari optimasi ukuran file, penggunaan teks alternatif, hingga penerapan lazy loading, semuanya mendukung pengalaman yang lebih baik. Menurut Google Developers (2020), optimasi gambar adalah salah satu faktor krusial dalam kecepatan akses yang memengaruhi peringkat SEO. Dengan kombinasi strategi teknis dan pemilihan visual yang relevan, halaman web dapat lebih mudah dipahami sekaligus lebih menarik. Gambar yang digunakan harus relevan, berkualitas, dan mampu mendukung narasi konten. Dengan begitu, situs web tidak hanya sekadar tampil indah, tetapi juga berfungsi secara maksimal. Oleh karena itu, peran tag gambar HTML tidak dapat dipandang sebelah mata dalam praktik desain dan pengembangan web.

Gagasan Utama:

  • Tag gambar HTML memiliki peran penting dalam estetika dan penyampaian informasi.
  • Atribut seperti alt, title, dan srcset wajib dipahami untuk mendukung aksesibilitas.
  • Kesalahan umum dalam penggunaan gambar dapat menurunkan performa situs.
  • Best practice membantu gambar menjadi efisien sekaligus informatif.
  • Optimasi gambar berpengaruh pada SEO dan pengalaman pengguna.
  • Gambar yang relevan dan berkualitas meningkatkan kredibilitas konten.
  • Tag gambar HTML adalah elemen dasar namun berdampak besar pada pengembangan web.

9. Referensi

mulai diskusi

peraturan

Login menggunakan akun telegram untuk memulai diskusi.

Gunakan bahasa yang sopan, baik dan benar

Dilarang menggunakan perkataan yang mengandung unsur pelecehan, cacian dan merendahkan aggota forum lain.

Dilarang memulai pembicaraan yang keluar dari topik pembahasan.

pegaduan

panduan

Login menggunakan akun Github untuk mengajukan report.

Gunakan kalimat deskriptif yang jelas terkait kendala yang dihadapi dalam pengajuan report

Upload gambar screenshoot terkait report untuk membantu kami dalam penanganan report

Progress penanganan report dapat di monitoring pada halaman github course.

latihan

berikut ini adalah aktivitas latihan untuk modul Meggunakan image dalam menyisipkan dan menampilkan media visual

penugasan

aktivitas penugasan dan penilaian untuk modul Meggunakan image dalam menyisipkan dan menampilkan media visual