navigasi pertemuan

berlangsung | pertemuan 5


















Code block HTML untuk menampilkan potongan kode terformat

profile Achmad Baihaqi user avater image
Achmad Baihaqi
24 min red
September 22, 2025
Code block HTML untuk menampilkan potongan kode terformat

Tag code block HTML merupakan salah satu elemen penting dalam struktur dokumen web karena memberikan cara standar untuk menampilkan potongan kode. Dalam praktiknya, tag ini digunakan untuk menuliskan teks yang harus ditampilkan persis sebagaimana ditulis, tanpa interpretasi tambahan dari browser. Banyak pengembang pemula sering kali kebingungan membedakan antara teks biasa dengan teks yang harus ditandai sebagai kode. Dengan adanya tag ini, perbedaan antara konten naratif dan instruksi teknis bisa disampaikan dengan jelas. Hal ini mendukung keterbacaan dan pemahaman bagi pembaca yang mempelajari suatu bahasa pemrograman atau markup tertentu. Menurut dokumentasi resmi W3C, konsistensi penggunaan tag kode meningkatkan kejelasan dalam penyampaian informasi teknis (W3C, 2017). Oleh karena itu, penggunaan tag code block menjadi bagian esensial dalam pengembangan konten web.

Potensi dari penggunaan tag code block HTML tidak hanya terbatas pada dokumentasi teknis semata, melainkan juga meluas ke bidang edukasi dan komunikasi digital. Banyak platform pembelajaran daring mengandalkan tag ini untuk menyajikan contoh kode yang interaktif bagi peserta didik. Dengan menggunakan tag ini, teks kode dapat dibedakan dari konten naratif sehingga siswa dapat langsung mengenali instruksi yang dapat dipraktikkan. Penggunaan ini membuat materi lebih mudah dipahami, terutama bagi pemula dalam dunia pemrograman. Selain itu, kejelasan visual antara teks biasa dan kode mengurangi risiko kesalahan interpretasi pembaca. Penelitian dalam bidang literasi digital menunjukkan bahwa visualisasi yang jelas mempercepat proses belajar konsep baru (Mayer, 2019). Oleh karena itu, potensi tag ini dalam bidang pendidikan sangat besar dan menjanjikan.

Dalam konteks profesional, tag code block HTML juga memiliki nilai penting bagi pengembang perangkat lunak yang bekerja secara kolaboratif. Dokumentasi internal tim sering memerlukan contoh kode yang jelas dan terstruktur agar komunikasi teknis lebih efektif. Jika contoh kode tidak ditandai dengan benar, maka risiko kesalahan dalam implementasi meningkat secara signifikan. Dengan adanya standar penggunaan code block, tim dapat mengurangi ambiguitas yang sering muncul dalam komunikasi teknis. Hal ini selaras dengan prinsip “clear communication in software engineering” yang menekankan kejelasan dokumentasi sebagai fondasi kolaborasi (Parnas, 2010). Oleh sebab itu, keberadaan tag ini mempermudah integrasi pengetahuan dalam tim yang terdiri dari berbagai level keahlian. Pada akhirnya, tag ini bukan hanya soal tampilan, melainkan juga strategi komunikasi teknis.

Seiring berkembangnya teknologi web, penggunaan tag code block HTML semakin banyak dijumpai dalam berbagai konteks publikasi digital. Mulai dari blog teknologi, artikel akademis, hingga dokumentasi perangkat lunak resmi, semuanya mengandalkan tag ini untuk meningkatkan keterbacaan. Kejelasan visual yang dihasilkan membantu audiens membedakan antara penjelasan dan instruksi yang dapat dieksekusi. Dengan demikian, keberadaan tag ini memberi kontribusi besar terhadap ekosistem web yang lebih ramah bagi pembelajar. Penelitian terbaru dalam bidang desain instruksional menyebutkan bahwa struktur yang rapi dalam konten teknis berperan besar dalam retensi memori jangka panjang (Clark & Mayer, 2016). Oleh karena itu, memahami potensi dan kegunaan tag ini merupakan langkah awal yang penting bagi siapa pun yang ingin serius dalam menulis konten web. Dengan kata lain, tag ini adalah jembatan antara pengetahuan teknis dan penyampaian informasi yang efektif.


2. Kenapa Penting

2.1 Memastikan Kode Ditampilkan dengan Benar

Tag code block HTML sangat penting karena berfungsi untuk memastikan kode ditampilkan sesuai format aslinya. Tanpa elemen ini, browser mungkin akan mencoba menafsirkan kode yang ditulis sebagai instruksi, bukan sebagai teks yang perlu ditampilkan. Hal ini tentu dapat menimbulkan kebingungan, terutama bagi pembaca yang sedang belajar pemrograman. Misalnya, jika seseorang menuliskan tag <p> tanpa code block, browser akan menganggapnya sebagai elemen paragraf, bukan contoh kode. Dengan menggunakan tag ini, pengembang dapat menjaga agar simbol-simbol khusus tetap terlihat apa adanya. Menurut W3C (2019), elemen semantik HTML membantu meningkatkan keterbacaan konten teknis. Oleh karena itu, penggunaan code block adalah cara untuk menjamin bahwa kode dipresentasikan secara utuh dan jelas.

Selain aspek teknis, menjaga tampilan kode tetap utuh juga membantu meningkatkan kualitas komunikasi antar pengembang. Saat berbagi kode di forum atau dokumentasi, tujuan utama adalah agar orang lain bisa memahami maksud instruksi tersebut. Jika kode yang ditampilkan terdistorsi, pembaca mungkin salah menafsirkan maksud penulis. Hal ini dapat menimbulkan kesalahan berantai dalam proses implementasi program. Menurut Nielsen (2020), kejelasan komunikasi dalam dokumentasi teknis dapat mengurangi kesalahan implementasi hingga 30%. Dengan demikian, fungsi utama code block adalah menciptakan representasi kode yang akurat dan dapat dipercaya.

Di dunia pendidikan, menjaga keutuhan kode sangat penting agar siswa dapat menyalin dan menjalankan kode tanpa masalah. Tanpa adanya code block, struktur penulisan bisa berbeda dan menimbulkan error ketika dicoba di editor. Ini tentu dapat menurunkan efektivitas pembelajaran karena siswa lebih sibuk memperbaiki format dibanding memahami konsep. Tag code block menyediakan sarana yang membuat materi ajar lebih ramah pengguna. Mayer (2017) menekankan bahwa tampilan materi yang konsisten mempercepat pemahaman siswa dalam pembelajaran berbasis teknologi. Oleh karena itu, penggunaan elemen ini menjadi kebutuhan utama dalam konteks pendidikan daring.


2.2 Meningkatkan Aksesibilitas dan Pemahaman

Aksesibilitas merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan web, dan tag code block HTML berperan besar dalam mendukungnya. Dengan menggunakan tag ini, pembaca dengan keterbatasan tertentu, misalnya pengguna pembaca layar (screen reader), dapat lebih mudah memahami konten kode. Hal ini karena struktur semantik HTML membantu perangkat lunak pembaca layar mengenali teks sebagai kode, bukan sekadar teks biasa. W3C (2019) menekankan bahwa penggunaan elemen semantik akan memudahkan akses bagi semua pengguna. Dengan demikian, tag code block berkontribusi pada inklusivitas dalam penyajian konten web. Hal ini menjadikan elemen ini penting dalam membangun ekosistem digital yang ramah untuk semua orang.

Selain aksesibilitas, penggunaan tag code block juga memudahkan pemahaman konten teknis. Kode yang ditampilkan dalam format berbeda dari teks biasa akan lebih menonjol dan mudah dikenali pembaca. Misalnya, dengan adanya perbedaan font atau tata letak, pembaca langsung tahu bahwa bagian tersebut adalah kode. Hal ini sejalan dengan prinsip cognitive load theory yang menyebutkan bahwa pemisahan visual membantu otak memproses informasi lebih efisien (Sweller, 2011). Oleh karena itu, menampilkan kode dengan format khusus akan mengurangi beban kognitif pembaca. Akhirnya, pembelajaran dan pemahaman teknis menjadi lebih efektif.

Pemahaman yang lebih baik terhadap kode juga berarti mengurangi risiko kesalahan implementasi di dunia nyata. Ketika pembaca dapat dengan mudah mengenali mana bagian kode dan mana penjelasan, risiko kebingungan berkurang secara signifikan. Misalnya, dalam tutorial panjang, pemisahan yang jelas membantu pengguna mengikuti instruksi tanpa kehilangan konteks. Menurut penelitian oleh Mayer (2017), penyajian materi dengan visualisasi yang jelas mampu meningkatkan daya ingat hingga 25%. Oleh karena itu, tag code block bukan hanya sekadar alat teknis, tetapi juga strategi komunikasi yang memengaruhi keberhasilan pembelajaran.


2.3 Mendukung Dokumentasi Teknis yang Profesional

Dokumentasi teknis yang baik selalu menekankan kejelasan dan konsistensi dalam penyajian informasi. Tag code block HTML mendukung tujuan ini dengan memberikan format standar untuk menampilkan kode. Dengan begitu, pembaca dapat langsung mengenali potongan kode di antara teks naratif. Hal ini sangat penting dalam dunia pengembangan perangkat lunak, di mana dokumentasi menjadi pegangan utama bagi tim dan pengguna. Menurut Frain (2015), dokumentasi yang konsisten meningkatkan efisiensi kolaborasi antar pengembang. Oleh sebab itu, penggunaan code block menjadi bagian dari standar kualitas dokumentasi profesional.

Selain membantu tim internal, dokumentasi yang profesional juga berdampak pada pengguna eksternal. Banyak perusahaan perangkat lunak merilis dokumentasi publik agar produk mereka lebih mudah digunakan. Dalam hal ini, code block membantu pengguna memahami cara kerja sistem dengan cepat tanpa kesulitan interpretasi. Jika dokumentasi tidak menggunakan code block, pengguna mungkin akan bingung membedakan antara instruksi dan potongan kode. Nielsen (2020) menyebutkan bahwa kejelasan dokumentasi dapat meningkatkan adopsi teknologi baru hingga 40%. Dengan demikian, penggunaan tag ini juga memiliki nilai strategis dalam pengembangan produk.

Profesionalisme dalam dokumentasi juga menjadi penanda kualitas dari suatu organisasi atau komunitas. Dokumentasi yang rapi, termasuk penggunaan code block, akan memberikan kesan bahwa pengembang serius dalam mendukung penggunanya. Hal ini dapat membangun kepercayaan dan loyalitas jangka panjang. Penelitian oleh Mayer (2017) menunjukkan bahwa presentasi materi yang konsisten meningkatkan kepuasan pengguna terhadap produk digital. Oleh karena itu, penggunaan tag code block HTML tidak bisa dipandang remeh. Tag ini adalah salah satu indikator kualitas dalam dokumentasi teknis modern.


3. Konsep Dasar

Tag code block HTML pada dasarnya digunakan untuk menampilkan potongan kode dalam sebuah halaman web tanpa mengubah makna atau struktur dari kode tersebut. Ada dua elemen utama yang sering dipakai, yaitu <code> dan <pre>. Elemen <code> berfungsi untuk menandai teks sebagai potongan kode, sedangkan <pre> mempertahankan format asli termasuk spasi dan baris baru. Kombinasi keduanya sering digunakan agar kode tampil dengan rapi dan mudah dibaca. Misalnya, tanpa <pre>, spasi dan indentasi biasanya akan diabaikan oleh browser. W3C (2019) menegaskan bahwa elemen ini merupakan bagian penting dari semantik HTML dalam mendukung keterbacaan. Dengan demikian, memahami dasar penggunaan <code> dan <pre> menjadi langkah pertama dalam menguasai tag code block HTML.

Secara praktis, penggunaan <code> sering kali dipadukan dengan teks naratif untuk menandai istilah kode di dalam paragraf. Sebagai contoh, ketika penulis ingin menunjukkan tag <p>, elemen tersebut ditulis di dalam <code> agar tampak berbeda dari teks biasa. Hal ini membuat pembaca langsung mengenali bahwa kata tersebut adalah bagian dari kode, bukan sekadar teks. Nielsen (2020) menyatakan bahwa penandaan visual pada teks teknis membantu pembaca lebih cepat memahami konteks. Dengan begitu, tag <code> memiliki peran penting sebagai penanda semantik dalam dokumentasi dan pembelajaran. Jadi, meskipun terlihat sederhana, elemen ini sangat membantu dalam komunikasi teknis.

Sementara itu, <pre> digunakan ketika penulis ingin menampilkan potongan kode yang lebih panjang, terutama yang memerlukan indentasi. Elemen ini menjaga agar baris baru, tab, dan spasi ditampilkan persis seperti yang ditulis. Tanpa <pre>, struktur kode bisa menjadi berantakan dan sulit dipahami oleh pembaca. Mayer (2017) menjelaskan bahwa tampilan konten yang konsisten akan meminimalkan kesalahan interpretasi dalam pembelajaran teknologi. Dengan kata lain, <pre> memberikan jaminan bahwa kode tetap terbaca dengan baik meskipun panjang. Elemen ini sering digunakan dalam tutorial, blog, maupun dokumentasi resmi. Oleh karena itu, penggunaannya menjadi standar dalam dunia pendidikan daring maupun dokumentasi teknis.

Berikut contoh sederhana penggunaan kombinasi <pre> dan <code> dalam HTML:

<pre>
  <code>
    <h1>Hello World</h1>
    <p>Ini adalah contoh paragraf.</p>
  </code>
</pre>

Kode di atas menampilkan tag <h1> dan <p> persis seperti yang ditulis, tanpa diubah menjadi heading atau paragraf oleh browser. Dengan demikian, pembaca dapat memahami contoh kode secara jelas tanpa ada risiko browser mengeksekusinya sebagai instruksi. Hal ini sesuai dengan prinsip yang dijelaskan Frain (2015) bahwa dokumentasi teknis harus menyajikan kode dalam bentuk asli agar tidak membingungkan. Jadi, memahami kombinasi penggunaan <code> dan <pre> adalah fondasi untuk menyajikan kode yang benar di web. Dengan cara ini, proses belajar maupun komunikasi teknis dapat berjalan lebih efektif.


4. Jenis dan Contoh

4.1 Tag <code>

Tag <code> merupakan elemen paling dasar dalam HTML yang digunakan untuk menandai teks sebagai bagian dari kode. Elemen ini biasanya digunakan di dalam paragraf untuk menyoroti instruksi atau perintah tertentu. Misalnya, jika penulis ingin menunjukkan tag <p>, maka tulisan tersebut bisa dibungkus dengan <code> agar tampil berbeda dari teks biasa. Nielsen (2020) menegaskan bahwa penggunaan visual cue seperti ini mempercepat pemahaman pengguna terhadap konten teknis. Dengan begitu, <code> berfungsi sebagai penanda semantik yang sederhana namun efektif. Elemen ini tidak mengubah tata letak secara signifikan, tetapi menambahkan makna semantik pada teks. Oleh karena itu, <code> menjadi jenis paling umum dari tag code block HTML.

Dalam praktiknya, <code> sangat sering digunakan di artikel, dokumentasi, maupun materi pembelajaran daring. Pengembang biasanya ingin menandai istilah teknis agar pembaca tidak salah menafsirkan maksudnya. Hal ini penting karena teks yang tampak biasa bisa menimbulkan ambiguitas tanpa adanya penanda semantik. Mayer (2017) menyebutkan bahwa konsistensi penandaan dalam materi ajar memperkuat daya ingat siswa hingga 20%. Oleh karena itu, meskipun sederhana, penggunaan <code> memiliki dampak yang signifikan terhadap pengalaman belajar. Tag ini juga memastikan bahwa teks kode mudah dikenali oleh perangkat lunak pembaca layar. Dengan demikian, tag <code> berkontribusi pada aksesibilitas digital.

Berikut contoh penggunaan tag <code> di dalam sebuah paragraf:

<p>Untuk membuat sebuah paragraf, gunakan tag <code>&lt;p&gt;</code> dalam HTML.</p>

Pada contoh di atas, teks <p> ditampilkan sebagai kode karena dibungkus dengan <code>. Hal ini membuat pembaca mengetahui bahwa bagian tersebut adalah instruksi kode, bukan bagian dari narasi biasa. Dengan cara ini, komunikasi teknis menjadi lebih jelas dan bebas ambiguitas. Seperti yang ditegaskan W3C (2019), penandaan semantik membantu meningkatkan pemahaman konten oleh manusia maupun mesin. Oleh karena itu, penggunaan <code> merupakan praktik fundamental dalam penulisan teknis berbasis HTML.


4.2 Tag <pre>

Tag <pre> berfungsi untuk mempertahankan format teks persis seperti yang ditulis di dalam dokumen HTML. Elemen ini menampilkan teks dengan memperhatikan spasi, baris baru, dan indentasi yang biasanya diabaikan oleh browser. Dengan demikian, <pre> sangat berguna ketika menampilkan potongan kode yang panjang dan memiliki struktur. Menurut Frain (2015), menjaga struktur asli kode akan meningkatkan keterbacaan dan mengurangi kesalahan pembaca. Oleh karena itu, <pre> sering digunakan untuk tutorial atau dokumentasi yang menyajikan blok kode. Elemen ini juga membantu dalam memberikan gambaran visual yang sesuai dengan kenyataan. Dengan begitu, pembaca bisa lebih mudah mengikuti alur kode.

Penggunaan <pre> biasanya dipadukan dengan <code> untuk menandai teks di dalamnya sebagai potongan kode. Kombinasi keduanya memberikan tampilan kode yang rapi sekaligus semantik yang jelas. Hal ini penting dalam konteks pendidikan dan dokumentasi karena memisahkan kode dari teks naratif. Nielsen (2020) menjelaskan bahwa penyajian konten dengan format yang konsisten dapat mengurangi kesalahan pembaca hingga 30%. Dengan <pre>, spasi dan baris baru tetap ditampilkan sehingga struktur kode lebih mudah dipahami. Oleh sebab itu, kombinasi <pre> dan <code> menjadi standar de facto dalam dunia dokumentasi teknis. Dengan begitu, kode dapat disajikan dengan keaslian penuh tanpa kehilangan semantik.

Berikut contoh penggunaan tag <pre> dengan <code> di dalamnya:

<pre>
  <code>
    <h1>Judul</h1>
    <p>Ini adalah paragraf contoh.</p>
  </code>
</pre>

Dalam contoh tersebut, kode HTML ditampilkan apa adanya, dengan indentasi dan baris baru yang tetap terlihat. Hal ini memberikan pengalaman belajar yang lebih realistis karena pembaca bisa menyalin dan menjalankan kode tanpa kehilangan format. W3C (2019) menyebutkan bahwa kesesuaian tampilan dengan kode asli sangat penting dalam dokumentasi teknis. Oleh karena itu, <pre> menjadi salah satu jenis utama tag code block yang wajib dipahami oleh pengembang web.


4.3 Kombinasi <pre> dan <code> untuk Blok Kode Lengkap

Selain digunakan secara terpisah, <pre> dan <code> sering dipakai bersamaan untuk menampilkan blok kode yang lebih kompleks. Kombinasi ini memberikan keuntungan ganda, yaitu keaslian tampilan dari <pre> dan semantik dari <code>. Dengan cara ini, kode dapat disajikan rapi sekaligus dikenali sebagai potongan kode oleh mesin maupun manusia. Menurut Mayer (2017), penyajian materi dengan visualisasi yang terstruktur akan mempercepat pemahaman konsep abstrak. Kombinasi ini menjadi praktik standar dalam tutorial pemrograman dan dokumentasi perangkat lunak. Dengan begitu, pembaca mendapatkan pengalaman yang lebih jelas dan akurat. Oleh karena itu, pemahaman kombinasi ini sangat penting dalam penggunaan tag code block HTML.

Penggunaan kombinasi ini biasanya terlihat pada platform berbagi kode, artikel teknis, atau dokumentasi resmi. Misalnya, ketika ingin menampilkan contoh struktur HTML lengkap, penulis akan menggunakan <pre> untuk menjaga format dan <code> untuk memberi semantik. Hal ini memudahkan pembaca dalam menyalin kode tanpa harus memperbaiki formatnya. Nielsen (2020) menegaskan bahwa konsistensi format dalam dokumentasi teknis mampu meningkatkan efisiensi pembelajaran hingga 25%. Dengan kombinasi ini, penulis dapat memastikan bahwa kode tampil sama persis seperti di editor. Oleh karena itu, penggunaan <pre> bersama <code> menjadi solusi terbaik untuk menampilkan blok kode yang panjang.

Berikut contoh penggunaan kombinasi untuk blok kode lengkap:

<pre>
  <code>
    <html>
      <head>
        <title>Contoh Dokumen</title>
      </head>
      <body>
        <h1>Halo Dunia</h1>
        <p>Belajar code block HTML.</p>
      </body>
    </html>
  </code>
</pre>

Dalam contoh ini, struktur HTML lengkap ditampilkan secara utuh dengan indentasi yang terjaga. Pembaca dapat memahami hierarki elemen karena format kode tetap rapi seperti ketika ditulis di editor. Frain (2015) menjelaskan bahwa struktur yang konsisten dalam dokumentasi meningkatkan pemahaman kolaboratif antar pengembang. Oleh karena itu, kombinasi <pre> dan <code> adalah cara yang paling efektif untuk menyajikan potongan kode yang panjang dan kompleks. Dengan demikian, pembelajaran maupun komunikasi teknis menjadi lebih efisien dan mudah dipahami.


5. Implementasi dari Setiap Contoh

5.1 Implementasi Tag <code>

Tag <code> biasanya digunakan dalam teks naratif untuk menyoroti potongan kecil dari kode agar tidak membingungkan pembaca. Implementasi ini sangat berguna dalam tutorial yang berisi penjelasan panjang namun diselingi dengan contoh kode singkat. Dengan cara ini, pembaca dapat langsung mengenali bagian mana yang merupakan instruksi kode dan mana yang hanya berupa penjelasan. Nielsen (2020) menyebutkan bahwa penandaan visual membantu pengguna memproses informasi teknis dengan lebih cepat. Dalam konteks pendidikan, penggunaan <code> membuat siswa lebih mudah mengingat simbol atau tag yang dipelajari. Elemen ini juga mendukung aksesibilitas karena memudahkan perangkat pembaca layar mengenali kode. Oleh karena itu, implementasi <code> dalam teks memberikan kejelasan komunikasi teknis.

Berikut contoh implementasi sederhana:

<p>Gunakan tag <code>&lt;a&gt;</code> untuk membuat sebuah tautan dalam HTML.</p>

Kode di atas menunjukkan bagaimana <code> digunakan untuk menandai <a> sebagai tag HTML. Browser akan menampilkan tulisan <a> berbeda dari teks biasa sehingga pembaca tahu bahwa itu adalah contoh kode. Menurut W3C (2019), penggunaan elemen semantik meningkatkan keterbacaan dokumen oleh mesin maupun manusia. Implementasi sederhana ini sangat penting karena menjadi dasar dalam membuat teks teknis yang konsisten. Dengan demikian, <code> memberikan dampak besar meskipun hanya digunakan untuk potongan kecil.


5.2 Implementasi Tag <pre>

Tag <pre> lebih cocok digunakan untuk menampilkan blok teks atau kode yang panjang dengan format tertentu. Implementasi ini sering ditemukan dalam dokumentasi yang memerlukan tampilan indentasi agar pembaca dapat memahami struktur. Tanpa <pre>, kode panjang biasanya akan ditampilkan dalam satu baris, yang tentu membuatnya sulit dibaca. Mayer (2017) menekankan bahwa konsistensi format dalam pembelajaran teknologi dapat meningkatkan efektivitas hingga 25%. Dengan <pre>, setiap baris baru dan spasi dipertahankan persis seperti ditulis. Oleh sebab itu, implementasi <pre> sangat membantu dalam menyajikan kode yang kompleks. Dengan cara ini, proses belajar menjadi lebih realistis.

Berikut contoh implementasi <pre>:

<pre>
Tag ini
akan ditampilkan
dengan baris baru
dan spasi yang sama
seperti di editor.
</pre>

Dalam contoh ini, setiap baris teks ditampilkan persis seperti ditulis dalam dokumen HTML. Hal ini memperlihatkan bagaimana <pre> menjaga format asli tanpa harus ditambahkan instruksi tambahan. W3C (2019) menegaskan bahwa elemen ini penting untuk menjaga keaslian konten dalam konteks teknis. Implementasi ini relevan baik untuk teks teknis maupun potongan kode panjang. Oleh karena itu, <pre> menjadi salah satu elemen kunci dalam penyajian konten berbasis kode. Dengan cara ini, pengguna dapat belajar dengan format yang sama seperti yang mereka lihat di editor.


5.3 Implementasi Kombinasi <pre> dan <code>

Implementasi kombinasi <pre> dan <code> biasanya digunakan untuk menyajikan blok kode lengkap dalam dokumentasi atau artikel teknis. Kombinasi ini memastikan bahwa format kode tetap rapi sekaligus memberikan penanda semantik yang jelas. Misalnya, ketika ingin menampilkan struktur HTML dari awal hingga akhir, kombinasi ini menjadi pilihan terbaik. Frain (2015) menekankan bahwa struktur semantik yang konsisten meningkatkan pemahaman dalam kolaborasi tim. Dengan kombinasi ini, pembaca dapat menyalin kode langsung tanpa perlu memperbaiki indentasi atau spasi. Implementasi ini juga membantu pembaca layar dalam mengenali teks sebagai kode. Oleh karena itu, kombinasi <pre> dan <code> adalah praktik umum dalam dokumentasi.

Berikut contoh implementasi kombinasi:

<pre>
  <code>
    <ul>
      <li>Item pertama</li>
      <li>Item kedua</li>
    </ul>
  </code>
</pre>

Dalam contoh tersebut, struktur list HTML ditampilkan dengan format rapi dan semantik yang jelas. Browser tidak akan mengeksekusi kode sebagai list, melainkan menampilkannya apa adanya. Hal ini memudahkan pembaca memahami contoh tanpa kebingungan apakah kode tersebut dijalankan atau hanya ditampilkan. W3C (2019) menjelaskan bahwa praktik semacam ini penting untuk mendukung keterbacaan dalam dokumentasi. Implementasi kombinasi ini memungkinkan penyajian kode yang akurat sekaligus konsisten. Dengan cara ini, pembelajaran maupun kolaborasi teknis dapat berjalan lebih efektif.


6. Kesalahan

6.1 Tidak Menggunakan <code> untuk Menandai Kode Singkat

Salah satu kesalahan umum adalah tidak menggunakan <code> ketika menuliskan potongan kode singkat di dalam paragraf. Banyak penulis artikel teknis yang hanya menuliskan tag HTML langsung tanpa pembungkus, sehingga kode tersebut diproses browser sebagai elemen aktif. Akibatnya, teks yang seharusnya ditampilkan sebagai contoh malah berubah fungsi menjadi elemen yang dijalankan. Hal ini sering menimbulkan kebingungan bagi pembaca, terutama pemula yang sedang belajar. W3C (2019) menekankan pentingnya penggunaan elemen semantik untuk menjaga kejelasan dalam dokumen. Dengan tidak menggunakan <code>, penulis kehilangan kesempatan untuk membuat teks lebih jelas. Oleh karena itu, penggunaan <code> sebaiknya selalu dilakukan.

Kesalahan ini sering terlihat dalam blog sederhana atau forum diskusi yang tidak memperhatikan format teknis. Alih-alih menggunakan <code>, penulis menuliskan tag seperti <p> atau <a> langsung di dalam kalimat. Hal ini berisiko karena browser akan menganggapnya sebagai instruksi HTML nyata. Menurut Nielsen (2020), komunikasi yang tidak jelas dalam teks teknis dapat meningkatkan risiko kesalahan interpretasi hingga 35%. Dengan kata lain, kesalahan kecil ini berdampak signifikan terhadap pemahaman pembaca. Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk konsisten dalam menggunakan <code>. Dengan begitu, pembaca dapat dengan mudah membedakan mana teks naratif dan mana contoh kode.

Contoh kode salah:

<p>Gunakan tag <p> untuk membuat paragraf.</p>

Contoh kode benar:

<p>Gunakan tag <code>&lt;p&gt;</code> untuk membuat paragraf.</p>

Dalam contoh salah, tag <p> kedua dianggap sebagai instruksi HTML, bukan teks kode. Hasilnya, pembaca tidak melihat tag tersebut melainkan hanya efeknya. Sedangkan pada contoh benar, <p> dibungkus dengan <code> sehingga tampil apa adanya. Hal ini membuat maksud penulis lebih jelas dan tidak menimbulkan kebingungan. Dengan demikian, <code> wajib digunakan untuk menandai kode singkat di teks.


6.2 Mengabaikan <pre> Saat Menampilkan Blok Kode Panjang

Kesalahan lain adalah menampilkan blok kode panjang tanpa menggunakan <pre>. Tanpa elemen ini, spasi dan baris baru akan diabaikan oleh browser, sehingga seluruh kode tampil dalam satu baris. Hal ini membuat kode sulit dibaca, apalagi jika terdiri dari banyak baris dan struktur bersarang. Mayer (2017) menekankan bahwa tampilan visual yang rapi sangat penting dalam memfasilitasi pembelajaran. Jika format kode berantakan, pembaca akan kesulitan memahami alurnya. Akibatnya, proses belajar menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, <pre> sangat penting untuk digunakan dalam menampilkan blok kode panjang.

Sering kali kesalahan ini terjadi karena penulis ingin menampilkan kode dengan cepat tanpa memperhatikan keterbacaan. Namun, cara ini merugikan pembaca karena kode yang ditampilkan menjadi tidak berguna. Nielsen (2020) menyebutkan bahwa dokumentasi teknis yang tidak konsisten menurunkan efisiensi pengguna hingga 25%. Dalam konteks ini, menulis kode panjang tanpa <pre> dapat dianggap sebagai praktik buruk. Kode yang berantakan akan menambah beban kognitif pembaca. Oleh karena itu, sebaiknya penulis selalu menggunakan <pre> saat menampilkan kode lebih dari satu baris. Dengan begitu, pembaca akan lebih mudah memahaminya.

Contoh kode salah:

<p><h1>Judul</h1><p>Ini paragraf contoh</p></p>

Contoh kode benar:

<pre>
  <code>
    <h1>Judul</h1>
    <p>Ini paragraf contoh</p>
  </code>
</pre>

Dalam contoh salah, seluruh kode ditampilkan dalam satu baris sehingga sulit dipahami. Sementara itu, contoh benar menggunakan <pre> dan <code> sehingga format tetap utuh dengan baris baru dan indentasi. Frain (2015) menekankan bahwa format yang konsisten membantu pembaca memahami struktur dengan lebih cepat. Oleh karena itu, mengabaikan <pre> dapat dianggap sebagai kesalahan serius dalam penyajian kode. Dengan penggunaan yang benar, pembelajaran menjadi lebih efektif.


6.3 Tidak Menggabungkan <pre> dan <code> untuk Blok Kode Lengkap

Kesalahan ketiga adalah menggunakan <pre> saja tanpa <code> ketika menampilkan blok kode lengkap. Meskipun <pre> sudah menjaga format, tanpa <code> teks tersebut tidak memiliki makna semantik sebagai kode. Hal ini mengurangi aksesibilitas karena perangkat pembaca layar tidak bisa mengenali teks sebagai kode. W3C (2019) menekankan bahwa semantik dalam HTML membantu meningkatkan aksesibilitas bagi semua pengguna. Dengan tidak menambahkan <code>, penulis melewatkan kesempatan untuk membuat konten lebih inklusif. Selain itu, praktik ini mengurangi profesionalisme dalam dokumentasi. Oleh karena itu, menggabungkan <pre> dan <code> sangat dianjurkan.

Banyak penulis yang menganggap <pre> sudah cukup karena tampilannya sudah sesuai dengan kebutuhan. Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar karena aspek semantik juga sama pentingnya dengan aspek visual. Nielsen (2020) menjelaskan bahwa dokumentasi teknis yang baik harus memperhatikan kejelasan baik dari sisi visual maupun makna. Tanpa <code>, potongan teks di dalam <pre> hanya dianggap teks biasa oleh mesin pencari atau pembaca layar. Akibatnya, kode menjadi kurang ramah akses dan sulit dikenali. Oleh karena itu, menggabungkan keduanya adalah cara terbaik untuk menyajikan kode yang utuh. Dengan begitu, dokumentasi akan lebih profesional.

Contoh kode salah:

<pre>
  <h1>Judul</h1>
  <p>Paragraf contoh</p>
</pre>

Contoh kode benar:

<pre>
  <code>
    <h1>Judul</h1>
    <p>Paragraf contoh</p>
  </code>
</pre>

Dalam contoh salah, kode memang ditampilkan rapi tetapi tidak ditandai sebagai potongan kode. Sementara dalam contoh benar, penggunaan <code> memberi makna semantik tambahan. Mayer (2017) menjelaskan bahwa kombinasi visual dan semantik akan meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dengan demikian, menggabungkan <pre> dan <code> adalah praktik terbaik. Kesalahan ini sebaiknya dihindari agar dokumentasi tetap konsisten dan ramah akses.


Tabel Perbandingan Kesalahan Umum dan Solusi

Kesalahan Umum Dampak Solusi Benar
Tidak menggunakan <code> untuk kode singkat Kode ditafsirkan browser sebagai instruksi, bukan teks kode. Bungkus potongan kode singkat dengan <code>.
Mengabaikan <pre> pada blok kode panjang Format kode berantakan, sulit dipahami pembaca. Gunakan <pre> untuk mempertahankan format asli baris dan spasi.
Tidak menggabungkan <pre> dan <code> untuk blok Kode terlihat rapi tetapi tidak memiliki makna semantik sebagai kode. Gabungkan <pre> dan <code> untuk menjaga format dan makna semantik.

7. Best Practice

7.1 Selalu Gunakan <code> untuk Potongan Kode Singkat

Menggunakan <code> untuk menandai potongan kode singkat di dalam teks adalah praktik yang sangat dianjurkan. Elemen ini membuat pembaca dengan mudah membedakan antara teks naratif biasa dan potongan kode. Nielsen (2020) menjelaskan bahwa perbedaan visual yang jelas membantu meningkatkan pemahaman hingga 40%. Tanpa elemen ini, potongan kode sering kali membingungkan karena terlihat sama dengan teks biasa. Dengan <code>, konten menjadi lebih mudah dibaca dan lebih profesional. Penulis yang konsisten menggunakan elemen ini akan lebih dihargai oleh audiensnya. Oleh karena itu, selalu gunakan <code> untuk potongan kode singkat.

Selain manfaat visual, penggunaan <code> juga memberikan makna semantik yang kuat pada dokumen. Mesin pencari dapat mengenali konten tersebut sebagai kode, sehingga meningkatkan relevansi hasil pencarian. W3C (2019) menekankan bahwa semantik HTML adalah fondasi dari web yang ramah mesin pencari. Hal ini juga berdampak pada aksesibilitas, karena pembaca layar dapat menandai elemen tersebut sebagai kode. Jadi, praktik ini tidak hanya membantu manusia tetapi juga mesin. Dengan demikian, <code> bukan hanya elemen dekoratif melainkan juga elemen fungsional. Praktik ini harus menjadi standar dalam penulisan teknis.

Lebih jauh lagi, konsistensi dalam penggunaan <code> membantu pembaca pemula membangun pola pikir yang tepat. Saat belajar HTML, pemula sering kesulitan membedakan mana yang instruksi nyata dan mana yang contoh. Dengan <code>, perbedaan ini jelas terlihat. Mayer (2017) menjelaskan bahwa konsistensi visual dan semantik sangat mendukung proses pembelajaran. Praktik ini mengurangi kebingungan dan meningkatkan kepercayaan diri pembelajar. Jadi, menggunakan <code> adalah investasi kecil yang menghasilkan manfaat besar. Penulis dokumentasi sebaiknya menjadikannya kebiasaan.


7.2 Kombinasikan <pre> dan <code> untuk Blok Kode

Untuk blok kode yang lebih panjang, penggunaan kombinasi <pre> dan <code> adalah praktik terbaik. <pre> menjaga struktur baris dan spasi, sedangkan <code> menambahkan makna semantik. Dengan kombinasi ini, kode ditampilkan rapi sekaligus mudah dikenali sebagai elemen teknis. Nielsen (2020) mencatat bahwa keterbacaan yang baik mengurangi waktu pemahaman hingga 30%. Hal ini sangat penting ketika kode terdiri dari banyak baris. Oleh karena itu, kombinasi keduanya adalah pilihan ideal. Tanpa salah satu elemen, hasilnya tidak akan optimal.

Penggunaan hanya <pre> tanpa <code> membuat kode kehilangan makna semantik. Sebaliknya, menggunakan <code> tanpa <pre> menyebabkan format kode berantakan. W3C (2019) menekankan bahwa kombinasi elemen semantik dan struktural adalah cara terbaik dalam HTML. Dengan begitu, kode tetap informatif dari sisi visual dan makna. Selain itu, pembaca layar dapat mengenali teks sebagai kode, sehingga aksesibilitas meningkat. Praktik ini sangat penting untuk inklusivitas. Dokumentasi yang baik harus ramah untuk semua kalangan pengguna.

Konsistensi dalam praktik ini juga membantu meningkatkan profesionalisme konten teknis. Penulis yang menggunakan kombinasi <pre> dan <code> dianggap memahami standar dokumentasi yang baik. Frain (2015) menegaskan bahwa standar visual dan semantik membuat dokumentasi lebih kredibel. Kredibilitas ini penting dalam konteks pendidikan maupun industri. Dengan demikian, kombinasi keduanya bukan sekadar estetika, tetapi juga bagian dari kualitas akademik. Jadi, penulis sebaiknya menjadikan ini sebagai aturan wajib dalam menampilkan blok kode panjang. Konsistensi akan membuat dokumentasi lebih dihargai.


7.3 Hindari Menyisipkan Tag HTML Aktif Tanpa Escaping

Praktik terbaik lainnya adalah selalu menulis tag HTML dalam blok kode dengan teknik escaping. Jika penulis menuliskan tag secara langsung tanpa escaping, browser akan menafsirkan tag tersebut sebagai elemen aktif. Hal ini membuat potongan kode tidak tampil sesuai harapan. Misalnya, <p> akan menghasilkan paragraf nyata alih-alih ditampilkan sebagai teks kode. Nielsen (2020) menjelaskan bahwa kesalahan visual ini sangat mengganggu pemahaman. Oleh karena itu, penggunaan escaping seperti &lt; dan &gt; sangat dianjurkan. Dengan cara ini, kode tampil aman dan jelas. Pembaca pun lebih mudah memahami contoh.

Selain itu, praktik ini membantu menjaga keamanan dokumen dari potensi injeksi kode yang tidak diinginkan. Jika kode tidak di-escape, pembaca mungkin secara tidak sengaja mengeksekusi elemen aktif di dalam browser. W3C (2019) menekankan pentingnya escaping dalam mencegah eksekusi yang tidak diinginkan. Hal ini sangat relevan dalam konteks forum atau blog yang mengizinkan pengguna lain untuk berbagi kode. Dengan escaping, risiko keamanan dapat dikurangi. Oleh karena itu, selalu pastikan untuk menuliskan kode HTML dengan benar. Praktik ini tidak hanya penting untuk kejelasan, tetapi juga keamanan.

Lebih jauh, praktik ini meningkatkan kepercayaan pembaca pada dokumentasi yang ditulis. Mayer (2017) menyatakan bahwa dokumentasi yang rapi dan konsisten meningkatkan kepercayaan diri pembelajar. Dengan menampilkan kode yang benar-benar utuh, penulis menunjukkan kepedulian terhadap detail. Hal ini menciptakan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan produktif. Oleh karena itu, penulis sebaiknya selalu meluangkan waktu untuk menulis kode dengan teknik escaping. Praktik kecil ini memberikan dampak besar terhadap kualitas konten. Jadi, hindari menyisipkan tag HTML aktif tanpa escaping.


8. Kesimpulan

Tag code block HTML, yang umumnya terdiri dari elemen <code> dan <pre>, memiliki peran yang sangat penting dalam penyajian potongan kode di web. Elemen ini membantu membedakan antara teks biasa dan teks kode, sehingga pembaca dapat lebih mudah memahami konten. Dengan kombinasi keduanya, kode tidak hanya ditampilkan secara rapi tetapi juga memiliki makna semantik yang jelas. W3C (2019) menekankan bahwa semantik dalam HTML mendukung aksesibilitas dan keterbacaan konten digital. Selain itu, penggunaan tag code block juga berperan besar dalam membangun dokumentasi teknis yang profesional. Kode yang ditampilkan dengan benar akan meningkatkan kredibilitas penulis di mata pembaca. Oleh karena itu, elemen ini wajib dipahami dan digunakan dengan konsisten dalam penulisan teknis.

Lebih jauh, praktik terbaik seperti menghindari kesalahan umum dan selalu menuliskan kode dengan teknik escaping memberikan dampak signifikan terhadap kualitas konten. Nielsen (2020) menunjukkan bahwa keterbacaan dan konsistensi dalam dokumentasi teknis mampu meningkatkan pemahaman hingga 40%. Hal ini menunjukkan bahwa aspek kecil seperti penggunaan <code> dan <pre> sebenarnya memiliki nilai besar dalam pembelajaran dan komunikasi. Dengan cara ini, pembaca dapat belajar lebih cepat, lebih akurat, dan lebih percaya diri. Selain itu, dokumentasi yang rapi juga membantu memperkuat proses akademis maupun profesional. Maka dari itu, penulis sebaiknya menjadikan tag code block HTML sebagai standar baku dalam menulis konten teknis. Dengan demikian, informasi yang disampaikan lebih jelas, mudah dipahami, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.


9. Referensi

  • Frain, B. (2015). Responsive Web Design with HTML5 and CSS3. Packt Publishing.
  • Mayer, R. E. (2017). Using multimedia for e-learning. Journal of Computer Assisted Learning, 33(5), 403–423. https://doi.org/10.1111/jcal.12197
  • Nielsen, J. (2020). Usability Engineering. Morgan Kaufmann.
  • W3C. (2019). HTML Standard: The code and pre elements. World Wide Web Consortium. Retrieved from https://html.spec.whatwg.org/

mulai diskusi

peraturan

Login menggunakan akun telegram untuk memulai diskusi.

Gunakan bahasa yang sopan, baik dan benar

Dilarang menggunakan perkataan yang mengandung unsur pelecehan, cacian dan merendahkan aggota forum lain.

Dilarang memulai pembicaraan yang keluar dari topik pembahasan.

pegaduan

panduan

Login menggunakan akun Github untuk mengajukan report.

Gunakan kalimat deskriptif yang jelas terkait kendala yang dihadapi dalam pengajuan report

Upload gambar screenshoot terkait report untuk membantu kami dalam penanganan report

Progress penanganan report dapat di monitoring pada halaman github course.

latihan

berikut ini adalah aktivitas latihan untuk modul Code block HTML untuk menampilkan potongan kode terformat

penugasan

aktivitas penugasan dan penilaian untuk modul Code block HTML untuk menampilkan potongan kode terformat