navigasi pertemuan

berlangsung | pertemuan 8


















Representasikan arsip digital terstruktur pada HTML dengan metadata EAD

profile null user avater image
null
14 min red
September 22, 2025
Representasikan arsip digital terstruktur pada HTML dengan metadata EAD

Metadata EAD (Encoded Archival Description) adalah standar XML yang digunakan untuk mendeskripsikan koleksi arsip secara sistematis (Society of American Archivists, 2010). Standar ini memungkinkan arsip digital dan fisik dicatat dengan detail sehingga memudahkan pengelolaan. EAD mempermudah pencarian koleksi berdasarkan judul, pengarang, tanggal, dan konteks arsip. Dengan EAD, institusi dapat membuat katalog online yang terstruktur dan mudah diakses oleh peneliti. Kesalahan umum dalam pengelolaan arsip dapat diminimalkan melalui penerapan EAD. Potensi EAD juga mencakup integrasi dengan sistem perpustakaan dan repositori digital lainnya. Penggunaan EAD mendukung transparansi dan akurasi informasi arsip.

EAD menyediakan struktur hierarkis yang fleksibel, sehingga setiap unit arsip dapat dijelaskan mulai dari koleksi hingga item individu (Society of American Archivists, 2010). Elemen <archdesc> dan <did> menjadi inti struktur untuk mendeskripsikan informasi administratif dan konten. Kesalahan pencatatan manual sering terjadi tanpa standar seperti EAD. Dengan EAD, metadata arsip menjadi lebih konsisten dan interoperabel. Implementasi standar ini meningkatkan efisiensi digitalisasi arsip. Peneliti dapat menavigasi koleksi dengan mudah. EAD memungkinkan dokumentasi riwayat dan konteks arsip yang akurat.

EAD mendukung berbagai jenis arsip, termasuk dokumen teks, foto, rekaman audio, dan koleksi multimedia (Society of American Archivists, 2010). Elemen XML memungkinkan pencatatan informasi penting seperti tanggal, pembuat, dan lokasi penyimpanan. Kesalahan umum terjadi ketika atribut ini diabaikan atau tidak terstruktur. Dengan penerapan EAD, koleksi dapat dipertahankan kualitasnya selama digital preservation. Metadata yang lengkap meningkatkan aksesibilitas bagi pengguna jarak jauh. Potensi EAD juga mencakup analisis data arsip dan visualisasi koleksi. EAD memberikan fondasi profesional untuk manajemen arsip digital.

EAD dapat diintegrasikan dengan standar metadata lain seperti MODS atau Dublin Core untuk memperluas interoperabilitas (Society of American Archivists, 2010). Hal ini memungkinkan koleksi arsip digunakan dalam berbagai platform digital. Kesalahan umum adalah tidak menggunakan namespace XML yang tepat, sehingga data tidak terbaca sistem lain. Implementasi EAD yang benar menjamin kompatibilitas lintas sistem. Metadata ini mendukung pencarian, pelacakan, dan preservasi koleksi. Potensi pengembangan EAD juga mencakup otomasi cataloging dan sistem rekomendasi. Dengan EAD, arsip menjadi lebih mudah dikelola dan diakses secara profesional.


Kenapa Penting EAD

Mempermudah Akses Koleksi Arsip

EAD memungkinkan koleksi arsip diakses secara online dengan struktur yang terorganisir (Society of American Archivists, 2010). Pengguna dapat menavigasi koleksi mulai dari level koleksi hingga item individu. Metadata yang lengkap membantu pencarian spesifik berdasarkan tanggal, pengarang, atau subjek. Kesalahan pencatatan manual dapat diminimalkan dengan EAD. Implementasi EAD meningkatkan efisiensi staf perpustakaan dan arsip. Standar ini juga memudahkan integrasi dengan katalog digital lain. Dengan EAD, arsip menjadi lebih mudah diakses oleh peneliti atau publik.

Menjamin Konsistensi Deskripsi Arsip

EAD menyediakan template dan elemen standar yang menjaga konsistensi pencatatan metadata (Society of American Archivists, 2010). Elemen seperti <archdesc> dan <did> memastikan setiap arsip dicatat secara uniform. Kesalahan umum adalah deskripsi yang tidak konsisten di antara koleksi serupa. Dengan EAD, setiap item arsip memiliki struktur deskripsi yang sama. Hal ini membantu staf mengelola koleksi dalam jumlah besar. Metadata yang konsisten juga mempermudah penggabungan atau migrasi data ke sistem lain. Implementasi standar ini menjadikan arsip lebih profesional dan mudah diverifikasi.

Mendukung Digital Preservation

EAD mendukung preservasi digital dengan mencatat atribut penting untuk jangka panjang (Society of American Archivists, 2010). Metadata ini mencakup konteks historis, tanggal, dan asal arsip. Kesalahan umum adalah metadata yang tidak lengkap sehingga digitalisasi kehilangan konteks penting. Dengan EAD, arsip digital dapat dipertahankan kualitasnya dan keterlacakan tetap terjaga. Metadata yang lengkap mempermudah backup, migrasi, dan restorasi data. Hal ini juga memudahkan audit atau pemeriksaan koleksi di masa depan. EAD menjadi fondasi bagi manajemen arsip yang tahan lama dan terpercaya.


Konsep Dasar EAD

EAD menggunakan struktur XML untuk mendeskripsikan koleksi arsip secara hierarkis (Society of American Archivists, 2010). Elemen utama seperti <ead>, <archdesc>, dan <did> membentuk kerangka metadata arsip. Contoh sederhana:

<ead>
  <archdesc level="collection">
    <did>
      <unittitle>Dokumen Proyek Web</unittitle>
      <unitdate>2025</unitdate>
    </did>
  </archdesc>
</ead>

Struktur ini mempermudah navigasi dari koleksi hingga item individu. Kesalahan umum adalah menulis elemen di luar <archdesc>. Praktik terbaik adalah mengikuti hierarki yang ditetapkan EAD. Metadata ini mendukung interoperabilitas dengan sistem perpustakaan digital. Dengan struktur yang tepat, arsip menjadi mudah dicari dan diakses.

EAD mencatat identitas pembuat arsip menggunakan <origination> (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<origination>
  <persname>Yuros</persname>
</origination>

Elemen ini membantu menelusuri pengarang atau lembaga pembuat arsip. Kesalahan umum adalah mengabaikan tipe nama atau peran. Praktik terbaik adalah menuliskan nama lengkap dan jenis pembuat arsip. Metadata ini mempermudah pencarian berbasis kontributor. Dengan implementasi tepat, setiap arsip memiliki informasi pembuat yang jelas.

Elemen <scopecontent> digunakan untuk mendeskripsikan isi arsip secara ringkas (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<scopecontent>
  <p>Dokumentasi proyek pengembangan website untuk institusi pendidikan.</p>
</scopecontent>

Deskripsi ini mempermudah pengguna memahami isi arsip sebelum membuka dokumen. Kesalahan umum adalah membuat deskripsi terlalu umum atau ambigu. Praktik terbaik adalah menulis ringkasan yang spesifik dan jelas. Metadata ini mendukung efisiensi penelusuran dan referensi. Dengan implementasi tepat, pengguna dapat menilai relevansi arsip secara cepat.

EAD mendukung atribut tambahan seperti <controlaccess> untuk subjek atau kata kunci (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<controlaccess>
  <subject>Metadata</subject>
</controlaccess>

Atribut ini membantu pencarian berbasis topik. Kesalahan umum adalah tidak mencatat subjek yang relevan. Praktik terbaik adalah menggunakan subjek spesifik dan konsisten dengan controlled vocabulary. Metadata ini meningkatkan akurasi pencarian dan aksesibilitas. Dengan penggunaan benar, koleksi arsip dapat dijelajahi lebih efektif.


Jenis dan Contoh EAD

Judul dan Informasi Judul

Elemen <unittitle> digunakan untuk mencatat judul koleksi atau item arsip (Society of American Archivists, 2010). Contoh implementasi:

<did>
  <unittitle>Dokumen Proyek Web</unittitle>
</did>

Implementasi yang tepat mempermudah pengguna menavigasi koleksi. Kesalahan umum adalah menuliskan judul di elemen lain atau tidak menggunakan <unittitle>. Praktik terbaik adalah menuliskan judul utama secara jelas dan singkat. Metadata ini mendukung pencarian berbasis judul. Dengan implementasi tepat, arsip menjadi mudah dikenali dan diakses.

Tanggal Arsip

Elemen <unitdate> mencatat waktu pembuatan atau publikasi arsip (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<did>
  <unitdate>2025</unitdate>
</did>

Implementasi yang benar mempermudah pengurutan kronologis arsip. Kesalahan umum adalah tidak mencantumkan tanggal atau menggunakan format tidak konsisten. Praktik terbaik adalah menuliskan tanggal dengan format standar ISO jika memungkinkan. Metadata ini mendukung pencarian berdasarkan waktu. Dengan implementasi tepat, pengguna dapat menelusuri arsip secara temporal.

Pembuat Arsip

Elemen <origination> digunakan untuk mencatat pengarang atau lembaga pembuat arsip (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<origination>
  <persname>Yuros</persname>
</origination>

Implementasi yang tepat membantu identifikasi pembuat arsip. Kesalahan umum adalah tidak menyertakan tipe atau peran pembuat. Praktik terbaik adalah menuliskan nama lengkap dan jenis pembuat. Metadata ini mempermudah pencarian berbasis kontributor. Dengan implementasi tepat, arsip dapat ditelusuri dengan jelas.

Deskripsi Konten

Elemen <scopecontent> menjelaskan isi arsip secara ringkas (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<scopecontent>
  <p>Dokumentasi proyek pengembangan website institusi.</p>
</scopecontent>

Deskripsi ini mempermudah pengguna menilai relevansi arsip sebelum mengaksesnya. Kesalahan umum adalah membuat deskripsi terlalu umum atau ambigu. Praktik terbaik adalah menulis ringkasan yang jelas dan spesifik. Metadata ini meningkatkan efisiensi pencarian. Dengan implementasi tepat, pengguna dapat memahami isi arsip dengan cepat.

Subjek dan Kata Kunci

Elemen <controlaccess> digunakan untuk mencatat subjek atau kata kunci (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<controlaccess>
  <subject>Metadata</subject>
</controlaccess>

Subjek yang jelas mempermudah pencarian topik tertentu. Kesalahan umum adalah tidak mencatat subjek atau menggunakan istilah ambigu. Praktik terbaik adalah menggunakan controlled vocabulary. Metadata ini meningkatkan akurasi penelusuran arsip. Dengan implementasi tepat, pengguna dapat menemukan koleksi berdasarkan topik relevan.

Lokasi dan Penyimpanan

Elemen <physdesc> dan <repository> mendeskripsikan bentuk fisik arsip dan tempat penyimpanan (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<physdesc>
  <extent>10 dokumen</extent>
</physdesc>
<repository>
  <corpname>Perpustakaan Nasional</corpname>
</repository>

Informasi ini membantu pengguna mengetahui format arsip dan lokasinya. Kesalahan umum adalah tidak mencatat detail penyimpanan atau jumlah item. Praktik terbaik adalah menuliskan informasi lengkap dan akurat. Metadata ini mendukung manajemen fisik dan digital. Dengan implementasi tepat, arsip dapat diakses dan dikelola secara efisien.

Akses dan Batasan

Elemen <accessrestrict> digunakan untuk mencatat batasan akses atau hak cipta (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<accessrestrict>
  <p>Hanya dapat diakses oleh staf internal.</p>
</accessrestrict>

Informasi ini penting untuk menjaga keamanan arsip. Kesalahan umum adalah tidak menyertakan batasan atau hak akses. Praktik terbaik adalah menuliskan aturan secara jelas dan spesifik. Metadata ini mendukung kepatuhan terhadap regulasi. Dengan implementasi tepat, hak akses arsip dapat terkontrol.

Catatan Tambahan

Elemen <note> digunakan untuk menyertakan informasi tambahan atau komentar (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<note>Dokumen ini pernah dipublikasikan pada konferensi internal.</note>

Catatan membantu menjelaskan konteks atau riwayat arsip. Kesalahan umum adalah menyertakan informasi penting di luar <note>. Praktik terbaik adalah menulis catatan dengan format konsisten. Metadata ini memperkaya informasi arsip. Dengan implementasi tepat, konteks arsip lebih jelas bagi pengguna.


Implementasi dari Setiap Contoh EAD

Judul dan Informasi Judul

Elemen <unittitle> diimplementasikan pada setiap koleksi untuk memastikan judul arsip jelas (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<did>
  <unittitle>Dokumen Proyek Web</unittitle>
</did>

Implementasi yang tepat memudahkan penelusuran dan identifikasi koleksi. Kesalahan umum adalah menuliskan judul di elemen yang salah atau tidak menggunakan <unittitle>. Praktik terbaik adalah menuliskan judul secara lengkap dan singkat. Metadata yang tepat meningkatkan navigasi katalog digital. Dengan implementasi benar, pengguna dapat mengenali koleksi secara cepat dan akurat.

Tanggal Arsip

Tanggal arsip dicatat menggunakan <unitdate> untuk mempermudah urutan kronologis (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<did>
  <unitdate>2025</unitdate>
</did>

Implementasi yang tepat memungkinkan arsip diurutkan berdasarkan waktu pembuatan atau publikasi. Kesalahan umum adalah tidak mencantumkan tanggal atau menggunakan format yang tidak konsisten. Praktik terbaik adalah menuliskan tanggal dengan format standar ISO. Metadata ini memudahkan pencarian temporal. Dengan implementasi benar, penelusuran arsip menjadi lebih efisien.

Pembuat Arsip

Elemen <origination> digunakan untuk menyertakan pengarang atau lembaga pembuat arsip (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<origination>
  <persname>Yuros</persname>
</origination>

Implementasi yang benar mempermudah pelacakan kontributor arsip. Kesalahan umum adalah tidak mencatat tipe atau peran pembuat arsip. Praktik terbaik adalah mencatat nama lengkap dan jenis pembuat arsip. Metadata ini meningkatkan akurasi pencarian berbasis kontributor. Dengan implementasi tepat, arsip dapat ditelusuri dengan jelas dan konsisten.

Deskripsi Konten

Elemen <scopecontent> digunakan untuk menjelaskan isi arsip secara ringkas (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<scopecontent>
  <p>Dokumentasi proyek pengembangan website institusi.</p>
</scopecontent>

Implementasi yang benar mempermudah pengguna memahami isi arsip sebelum mengaksesnya. Kesalahan umum adalah menulis deskripsi yang terlalu umum atau ambigu. Praktik terbaik adalah menuliskan ringkasan yang jelas dan spesifik. Metadata ini memudahkan penilaian relevansi arsip. Dengan implementasi tepat, pengguna dapat menilai konten arsip dengan cepat dan akurat.

Subjek dan Kata Kunci

Elemen <controlaccess> dicatat untuk menandai topik atau kata kunci penting (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<controlaccess>
  <subject>Metadata</subject>
</controlaccess>

Implementasi yang tepat mempermudah pencarian berbasis topik. Kesalahan umum adalah tidak mencatat subjek atau menggunakan istilah ambigu. Praktik terbaik adalah menggunakan controlled vocabulary yang konsisten. Metadata ini meningkatkan akurasi pencarian. Dengan implementasi benar, pengguna dapat menelusuri arsip sesuai topik secara efisien.

Lokasi dan Penyimpanan

Elemen <physdesc> dan <repository> digunakan untuk menjelaskan format fisik dan lokasi penyimpanan (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<physdesc>
  <extent>10 dokumen</extent>
</physdesc>
<repository>
  <corpname>Perpustakaan Nasional</corpname>
</repository>

Implementasi yang tepat membantu pengguna mengetahui jumlah item dan lokasi penyimpanan. Kesalahan umum adalah tidak mencantumkan informasi penyimpanan lengkap. Praktik terbaik adalah menuliskan semua detail fisik dan lokasi secara akurat. Metadata ini mendukung manajemen koleksi dan akses. Dengan implementasi benar, arsip dapat dikelola dan diakses dengan efisien.

Akses dan Batasan

Elemen <accessrestrict> digunakan untuk mencatat batasan akses atau hak cipta (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<accessrestrict>
  <p>Hanya dapat diakses oleh staf internal.</p>
</accessrestrict>

Implementasi yang tepat memastikan hak akses arsip terkontrol. Kesalahan umum adalah tidak mencatat batasan atau hak cipta. Praktik terbaik adalah menuliskan batasan secara jelas dan spesifik. Metadata ini mendukung keamanan dan kepatuhan regulasi. Dengan implementasi tepat, arsip tetap terlindungi namun dapat diakses sesuai aturan.

Catatan Tambahan

Elemen <note> digunakan untuk mencatat informasi tambahan atau komentar (Society of American Archivists, 2010). Contoh:

<note>Dokumen ini pernah dipublikasikan pada konferensi internal.</note>

Implementasi yang tepat menambah konteks dan riwayat arsip. Kesalahan umum adalah menaruh informasi penting di luar <note>. Praktik terbaik adalah menulis catatan secara konsisten dan jelas. Metadata ini memperkaya informasi arsip. Dengan implementasi benar, konteks arsip menjadi lebih lengkap dan berguna bagi pengguna.


Kesalahan Umum EAD

Tag Tidak Tertutup atau Salah Posisi

Kesalahan umum dalam EAD adalah tag XML tidak tertutup atau ditempatkan di luar hierarki yang benar (Society of American Archivists, 2010). Contoh salah:

<archdesc>
  <did>
    <unittitle>Dokumen Proyek Web</unittitle>
  <!-- did tidak ditutup -->
</archdesc>

Contoh benar:

<archdesc>
  <did>
    <unittitle>Dokumen Proyek Web</unittitle>
  </did>
</archdesc>

Tag yang salah menyebabkan file XML tidak terbaca. Praktik terbaik adalah selalu menutup setiap elemen dan mengikuti struktur hierarkis. Validasi XML sebelum implementasi sangat dianjurkan. Metadata yang valid meningkatkan interoperabilitas dan aksesibilitas. Kesalahan ini umum bagi pemula yang menulis manual.

Deskripsi Konten Terlalu Umum

Kesalahan lain adalah membuat elemen <scopecontent> terlalu umum (Society of American Archivists, 2010). Contoh salah:

<scopecontent>
  <p>Dokumen tentang proyek.</p>
</scopecontent>

Contoh benar:

<scopecontent>
  <p>Dokumentasi proyek pengembangan website institusi pendidikan 2025.</p>
</scopecontent>

Deskripsi terlalu umum menyulitkan pengguna menilai relevansi arsip. Praktik terbaik adalah menulis deskripsi spesifik dan jelas. Metadata yang akurat mempermudah pencarian dan referensi. Kesalahan ini dapat menurunkan kualitas katalog digital. Implementasi tepat meningkatkan pengalaman pengguna.

Subjek Tidak Konsisten

Mengabaikan elemen <controlaccess> atau menggunakan istilah ambigu adalah kesalahan umum (Society of American Archivists, 2010). Contoh salah:

<controlaccess>
  <subject>Proyek</subject>
</controlaccess>

Contoh benar:

<controlaccess>
  <subject>Pengembangan Website Institusi Pendidikan</subject>
</controlaccess>

Subjek tidak konsisten menyulitkan pencarian berbasis topik. Praktik terbaik adalah menggunakan controlled vocabulary. Metadata yang konsisten mempermudah interoperabilitas. Kesalahan ini mempengaruhi penemuan arsip. Implementasi tepat memastikan topik terindeks dengan benar.

Tabel Perbandingan Kesalahan Umum

Kesalahan Contoh Salah Contoh Benar Dampak
Tag tidak tertutup <did><unittitle>Judul</unittitle> <did><unittitle>Judul</unittitle></did> XML tidak terbaca, metadata gagal diproses
Deskripsi terlalu umum <scopecontent><p>Dokumen tentang proyek.</p></scopecontent> <scopecontent><p>Dokumentasi proyek pengembangan website institusi pendidikan 2025.</p></scopecontent> Sulit menilai relevansi arsip
Subjek tidak konsisten <controlaccess><subject>Proyek</subject></controlaccess> <controlaccess><subject>Pengembangan Website Institusi Pendidikan</subject></controlaccess> Pencarian berbasis topik tidak akurat

Best Practice EAD

Gunakan Struktur Hierarkis yang Konsisten

Mengikuti hierarki XML yang ditetapkan oleh EAD sangat penting (Society of American Archivists, 2010). Setiap koleksi harus memiliki elemen <archdesc> sebagai wadah utama, dengan <did> untuk informasi identifikasi. Kesalahan umum adalah menempatkan elemen di luar struktur yang benar. Praktik terbaik adalah selalu memvalidasi XML sebelum implementasi. Metadata yang konsisten meningkatkan interoperabilitas lintas sistem. Dengan struktur yang tepat, arsip dapat diakses dengan lebih mudah. Implementasi ini juga memudahkan staf dalam mengelola koleksi besar.

Deskripsi Konten yang Spesifik dan Jelas

Elemen <scopecontent> harus diisi dengan deskripsi yang informatif dan spesifik (Society of American Archivists, 2010). Kesalahan umum adalah menulis deskripsi yang terlalu singkat atau ambigu. Praktik terbaik adalah menuliskan ringkasan yang cukup detail tanpa kehilangan konteks. Metadata yang jelas membantu penelusuran arsip oleh pengguna. Dengan deskripsi yang tepat, relevansi arsip mudah dinilai. Implementasi yang konsisten memudahkan pemeliharaan katalog digital. Metadata ini juga mendukung digital preservation.

Gunakan Controlled Vocabulary

Untuk elemen <controlaccess>, disarankan menggunakan controlled vocabulary (Society of American Archivists, 2010). Hal ini menjaga konsistensi subjek dan kata kunci di seluruh koleksi. Kesalahan umum adalah menggunakan istilah bebas yang tidak konsisten. Praktik terbaik adalah mengacu pada daftar subjek resmi atau standar internasional. Metadata yang konsisten mempermudah pencarian dan interoperabilitas. Implementasi ini juga membantu integrasi dengan sistem lain. Pengguna dapat menemukan arsip lebih akurat berdasarkan topik.

Validasi File XML Secara Rutin

Validasi file XML memastikan semua tag tertutup dan hierarki benar (Society of American Archivists, 2010). Kesalahan umum adalah file XML tidak valid sehingga tidak terbaca oleh sistem katalog digital. Praktik terbaik adalah menggunakan validator EAD sebelum upload ke sistem. Metadata yang tervalidasi meningkatkan kualitas katalog dan aksesibilitas. Dengan validasi rutin, kesalahan teknis dapat diminimalkan. Implementasi ini mempermudah pemeliharaan arsip jangka panjang. Metadata yang valid juga mendukung integrasi lintas platform.

Cantumkan Informasi Pembuat dan Tanggal yang Lengkap

Elemen <origination> dan <unitdate> harus diisi lengkap (Society of American Archivists, 2010). Kesalahan umum adalah tidak mencantumkan pengarang atau tanggal pembuatan. Praktik terbaik adalah menuliskan nama lengkap pembuat dan format tanggal standar. Metadata lengkap mempermudah pelacakan dan referensi arsip. Implementasi yang tepat meningkatkan akurasi pencarian. Informasi ini juga penting untuk keperluan preservasi digital. Dengan data lengkap, arsip menjadi lebih profesional dan dapat dipercaya.


Kesimpulan EAD

EAD merupakan standar metadata yang kuat untuk mendeskripsikan koleksi arsip secara sistematis (Society of American Archivists, 2010). Implementasi yang tepat memudahkan akses, pencarian, dan preservasi arsip digital maupun fisik. Metadata EAD mencakup elemen inti seperti <archdesc>, <did>, <scopecontent>, <origination>, dan <controlaccess> yang mendukung konsistensi dan interoperabilitas. Kesalahan umum dapat diminimalkan dengan praktik terbaik seperti validasi XML dan penggunaan controlled vocabulary. Penerapan standar ini juga mempermudah integrasi dengan sistem perpustakaan dan repositori digital lainnya. Dengan EAD, staf arsip dapat mengelola koleksi lebih efisien. Standar ini mendukung penelusuran arsip yang lebih cepat dan akurat.

Gagasan utama dari EAD meliputi:

  • Metadata hierarkis memungkinkan navigasi dari koleksi ke item individu.
  • Deskripsi konten yang spesifik meningkatkan relevansi pencarian.
  • Controlled vocabulary menjamin konsistensi subjek dan kata kunci.
  • Validasi XML rutin meminimalkan kesalahan teknis.
  • Informasi pembuat dan tanggal lengkap mempermudah referensi dan preservasi digital.
  • EAD mendukung interoperabilitas lintas platform dan integrasi sistem.
  • Implementasi tepat meningkatkan profesionalisme dan aksesibilitas arsip.

Referensi

Society of American Archivists. (2010). Encoded Archival Description (EAD) Version 2002: Official Standard. Chicago: Society of American Archivists.

Society of American Archivists. (2012). Guidelines for Implementing EAD. Chicago: SAA.

Duff, W. M., & Johnson, C. A. (2002). Accidentally Found on Purpose: Information-Seeking Behavior of Archivists. American Archivist, 65(1), 56–69.

Kirk, D., & Ockerbloom, J. (2004). EAD and the Modern Archival Landscape. Journal of Archival Organization, 2(3-4), 33–52.

mulai diskusi

peraturan

Login menggunakan akun telegram untuk memulai diskusi.

Gunakan bahasa yang sopan, baik dan benar

Dilarang menggunakan perkataan yang mengandung unsur pelecehan, cacian dan merendahkan aggota forum lain.

Dilarang memulai pembicaraan yang keluar dari topik pembahasan.

pegaduan

panduan

Login menggunakan akun Github untuk mengajukan report.

Gunakan kalimat deskriptif yang jelas terkait kendala yang dihadapi dalam pengajuan report

Upload gambar screenshoot terkait report untuk membantu kami dalam penanganan report

Progress penanganan report dapat di monitoring pada halaman github course.

latihan

berikut ini adalah aktivitas latihan untuk modul Representasikan arsip digital terstruktur pada HTML dengan metadata EAD

penugasan

aktivitas penugasan dan penilaian untuk modul Representasikan arsip digital terstruktur pada HTML dengan metadata EAD